Ribuan ekor burung kakatua “menyerang” beberapa wilayah di Kota Boulia, Negara Bagian Queensland, Australia. Serangan kawanan kakatua ini menyebabkan terputusnya aliran listrik dan menimbulkan beberapa kekacauan di mana-mana. Wali Kota Rick Britton mengatakan, lebih dari 2.000 burung kakaktua galah yang berwarna merah muda dan kakaktua putih telah singgah ke wilayahnya. “Kedatangan mereka disebabkan kekeringan yang melanda habitatnya,” kata Britton.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pak Wali menambahkan, ratusan dari burung jenis paruh bengkok ini bertengger di kabel-kabel listrik yang menyebabkan hubungan pendek arus listrik, sehingga beberapa permukiman penduduk di Boulia mengalami mati lampu.
Ribuan kakatua ini juga kemungkinan akan tetap bertahan hingga November mendatang, di mana musim hujan mulai datang. Karena itu, Rick Britton mengajak masyarakat setempat agar mau “hidup bersama” para kakatua ini untuk sementara waktu.
Kakatua galah (Eolophus roseicapilla) merupakan salah satu jenis burung paruh bengkok yang banyak dijumpai di Australia. Kekeringan yang melanda habitat mereka, akibat curah hujan rendah, membuat burung-burung ini bermigrasi secara lokal ke daerah lain yang dianggap memiliki banyak sumber pakan, termasuk ke wilayah Boulia yang berada di bagian barat dari negara bagian tersebut.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Karena Boulia berada di daerah kering, kami berusaha membuat jalan-jalan terlihat bagus dengan menanam rumput dan pepohonan. Jadi, burung-burung sepertinya menganggap ini merupakan surga rahasia di tengah kekeringan yang melanda habitat aslinya,” kata Britton.
Banyaknya burung kakatua juga menyebabkan beberapa kekacauan dan gangguan bagi kota. “Ketika mereka mendarat, burung-burung ini bertengger di kabel listrik di jalan utama. Dan saat mereka pergi di pagi harinya, kabel-kabel saling bertubrukan sehingga kami mengalami mati lampu,” katanya.
Belum merupakan ancaman
Britton juga mengatakan, saat ini burung-burung itu belum dalam tahap mengancam, meski mereka telah membuat kotanya berantakan. Dia mengatakan, burung telah mengganggu kota selama dua bulan, sejak kekeringan diumumkan.
Beberapa warga mencoba untuk mengusir burung, tetapi upaya tersebut nampaknya sia-sia. Sebab, jumlah kakatua ini memang terlalu banyak. Namun Britton melihat sisi positif dari kekacauan yang diakibatkan oleh kawanan burung ini.
“Setidaknya, kota kami menjadi lebih popular dan menjadi tujuan wisata dari turis lokal atau mancanegara yang ingin melihat kawanan burung kakatua tersebut. Bagi yang ingin melihat kerumuman burung, tidak ada tempat yang lebih baik dari Boulia untuk melihatnya sekarang ini,” katanya berpromosi.
Wah, betapa bijak pernyataan Pak Wali. Adakah hal ini bakal kita jumpai di Indonesia, di mana seorang kepala daerah mampu mengelola “musibah” menjadi “berkah”?
Bayangkan kalau peristiwa ini terjadi di Indonesia. Jika warga Boulia sekadar mengusir kawanan kakatua, bisa jadi masyarakat kita akan berlomba-lomba menangkapi dan menjualnya, he… he…
Semoga menjadi inspirasi kita bersama.
—