Nanang PLN bukan sekadar kicaumania senior, tetapi juga pemain yang selalu eksis di tiga kelas: cucak hijau (terutama melalui Gajayana), anis merah (Matador), dan pentet (Sniper). Sniper sukses mencetak double-winner dalam even PBI Bekasi di Lapangan Cobra, Tambun, Bekasi, Minggu (21/7). Gaco ini termasuk pentet yang sudah “lupa” suara aslinya, karena full isian. Selain punya materi lagu mewah, Sniper juga memiliki tonjolan yang jadi senjata andalannya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pamor kelas pentet di Jabodetabek memang makin melambung. Banyak tokoh papan atas yang masih fanatik dan tetap eksis main di kelas ini. Salah satunya adalah Nanang PLN, kicaumania yang tinggal di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, yang punya koleksi apik bernama Sniper.
Hasil nyeri dalam even PBI Bekasi bukanlah kali pertama bagi Sniper. Ia sudah beberapa kali meraih prestasi serupa. Banyak kelebihan dari pentet yang satu ini, antara lain :
- Materinya full isian, yang dibawakannya secara bervariasi.
- Punya tonjolan khas, dengan volume tembus.
- Speed sangat rapat.
- Power di atas rata-rata.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Saat membawakan lagunya, Sniper benar-benar memiliki power di atas rata-rata. Tidak hanya itu, materi lagu isian yang dibawakannya bukan sekadar bervariasi, tapi dilengkapi dengan isian tonjolan dan volume yang tembus,” kata Nanang.
Ini yang membedakan Sniper dari pentet lainnya. Sebab, pentet yang mampu menirukan beragam materi suara burung lain, tentu sudah lazim. Tetapi materi yang dibawakannya itu bukan sekadar isian, ya nyembur-nyembur.
“Jadi, suaranya berbeda dari burung pentet lainnya. Ini yang membedakan Sniper dari gaco-gaco pentet lainnya,” ungkap Nanang, yang mendapatkan burung ini dari Surabaya, sekitar tiga tahun lalu.
Saat ini Sniper memiliki isian lagu tengkek buto, gereja tarung, “kolibri” dan tonjolan lainnya. Uniknya, perpindahan dari satu lagu ke lagu lainnya dibawakan panjang-panjang, dengan power luar biasa melalui satu tarikan nafasnya.
“Nyaris tidak ada lagi suara dasar atau suara asli pentet. Semuanya isian murni,” tambah Nanang.
Hanya kroto dan jangkrik
Untuk perawatan keseharian, Nanang mengaku hanya memberikan kroto segar sebagai menu utama setiap hari. Selain itu, setiap pagi dan sore diberi jangkrik, masing-masing lima ekor.
“Ya, cuma itu saja. Saya tidak pernah memberi Sniper serangga lain, misalnya ulat hongkong maupun ulat kandang. Sebab, tipikalnya memang bukan burung duduk. Oleh sebab itu, extra fooding cukup kroto dan jangkrik sekadarnya,” kata Nanang, yang juga pernah mengorbitkan pentet jawara seperti Niken dan Christ Jhon.
Yang dimaksud burung duduk adalah nagen di atas tangkringan. Kebiasaan Sniper justru sebaliknya. Burung ini memang sering melompat. Namun tidak hanya sembarang lompat, karena ia melakukannya sambil menarik nafas, dan tetap membawa irama lagunya. Agar lebih anteng, mandi wajib setiap pagi dilakukan secara kintinyu.
Menurut Sugik, yang sehari-hari merawat Sniper, gaco ini termasuk kategori burung basah. Jadi, setiap pagi sebelum dijemur, burung sudah disemprot hingga basah kuyup. Setelah itu dijemur hingga 2-3 jam.
Begitu juga saat lomba. Sebelum digantang, biasanya burung ini harus dibasahi terlebih dulu dengan cara disemprot halus. Hal ini dimaksudkan agar burung tidak terlalu nakal saat ketemu lawan-lawanya. (d’one)
—