Dalam beberapa pekan terakhir, Desly selalu menurunkan murai batu King Cobra (KC) ke berbagai even lomba burung di wilayah Jabodetabek. Hebatnya burung ini terus mengukir prestasi puncak. Padahal KC merupakan gaco lama, tetapi masih stabil dan mampu bersaing di kelas murai batu, yang di wilayah Jabodetabek selalu berlangsung ketat. Bagaimana Om Desly merawat gaconya hingga tetap stabil di jalur juara?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Desly sebenarnya punya ketertarikan pada beberapa jenis burung kicauan. Tetapi ada tiga jenis burung yang membuatnya begitu kesengsem, yaitu murai batu, cucak hijau, dan kenari.
Tahun lalu, dia pun melakukan take-over terhadap tiga burung jawara, yaitu King Cobra (murai batu), Lokomotif (cucak hijau), dan Melody (kenari). Ketiga gaco itulah yang kini menjadi andalan utamanya saat turun ke lomba.
Yang paling bersinar tentu murai batu King Cobra, karena nyaris setiap pekan menjuarai lomba di wilayah Jabodetabek, yang mana tingkat persaingannya selalu seru dan ketat. Di Jabodetabek, jarang dijumpai murai batu yang bisa meraih hasil nyeri, apalagi hattrick.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Namun hal ini mulai didobrak King Cobra, yang beberapa pekan terakhir justru berhasil meraih double-winner. Dalam even Flamboyan Enterprise Bintaro, Minggu (28/7) kemarin, KC berhasil meraih dua gelar juara 1 dan sekali juara 4.
Seminggu sebelumnya, dalam even PBI Bekasi di Lapangan Cobra, Tambun, Bekasi (21/7), KC sukses juara 1 di Kelas PBI Bekasi dan Kelas Cobra. King Cobra juga nyeri dalam even Gebyar Ramadhan yang digelar Halim BC, dengan menjuarai Kelas Mega Bintang dan Kelas Bintang. Burung ini hampir meraih hattrick, namun harus puas menjadi juara 3 di Kelas Executive PBI.
Om Desly menyadari, persaingan murai batu di wilayah Jabodetabek memang terbilang ketat. Kekuatan masing-masing hampir merata. Banyak burung jawara baru bermunculan setiap pekan. Namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus memberi perawatan maksimal kepada KC, agar tetap eksis dan bertengger di tangga juara.
“KC sudah membuktikannya. Karena pada dasarnya kualitas burung ini memang bagus. Meski gaco lawas, setiap pekan selalu memberi saya kepuasan batin melalui kemenangan demi kemenangan yang diraihnya,” kata Om Desly.
Materi lagu yang dimiliki KC memang cukup mewah, didukung dengan tembakan cililin yang dibawakannya panjang-panjang, serta tonjolan suara cucak jenggot, burung gereja tarung, dan ngekek lovebird yang panjang. Semua ini menjadi senjata utama King Cobra.
Mandi hanya 3 hari sekali
Perawatan KC relatif sederhana. Bahkan jadwal mandinya hanya tiga hari sekali. Setiap pagi, sekitar pukul 06.00, kerodong dibuka dan burung dikeluarkan. Selanjutnya, burung dianginkan sejenak, kemudian dijemur selama dua jam (hingga pukul 09.30).
Selesai dijemur, burung kembali dianginkan dan diberi extra fooding (EF) berupa 5 ekor jangkrik. Setelah itu, burung diberi 2 sendok makan kroto segar.
Berikutnya, burung langsung dimasukkan ke kandang umbar dengan panjang 3,5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 1 meter. King Cobra menjalani seluruh aktivitasnya di kandang umbar hingga sore hari.
“Karena kandang umbar luas, burung menjadi leluasa bergerak. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan kebugarannya, sehingga performanya saat tampil di lapangan pun makin maksimal,” ujar Om Desly.
Sore hari, burung dipindahkan dari kandang umbar ke sangkar harian, sambil dianginkan dan diberi tambahan 5 ekor jangkrik.
Dua hari menjelang lomba (H-2), porsi jangkrik dan kroto diubah. Jika sebelumnya menu jangkrik 5-5 dan kroto sebanyak 2 sendok makan, maka pada hari Jumat dan Sabtu tidak ada batasan mengenai kedua jenis EF tersebut. Artinya, burung diberi jangkrik dan kroto sekenyangnya.
Dengan perawatan seperti itu, didukung kualitas materi burung yang memang bagus, KC membalas semua jerih-payah majikannya dengan terus mengukir prestasi demi prestasi. Setiap pekan, burung ini selalu turun lomba, dan hampir selalu meraih gelar juara. (d’one)
—