Apa yang dialami Mulyono, kicaumania asal Depok, dapat menjadi inspirasi bagi sesama kicaumania yang ingin menjadi penangkar burung, khususnya murai batu. Meski lahan sangat terbatas, Mulyono berhasil mencetak puluhan murai jawara dalam rumah petak. Usaha ini sudah dirintisnya tiga tahun lalu. Sebagian produknya, baik yang masih di tangannya maupun sudah dibeli koleganya, bahkan mencorong di berbagai lomba. Misalnya Pujangga, Bukan Basa Basi, Koboy 540, Metalica, dan Marcopolo.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Rumah petak adalah bangunan sederhana yang lazim dijumpai di pinggiran Kota Jakarta, untuk disewakan sebagai rumah tinggal. Harga sewa yang miring membuat banyak warga pendatang memilik tinggal di rumah petak. Biasanya pula, fasilitas seperti kamar mandi, dapur, tempat cuci dan jemuran digunakan bersama oleh beberapa penghuni rumah petak.
Mulyono tinggal di wilayah Sukatani, Tapos Pekapuran, Depok. Ia membangun tiga rumah petak yang menyatu dengan kediamannya. Entah kenapa, dia tak lagi menyewakan rumah petak itu.
Kini, dua dari tiga rumah petak itu dimanfaatkannya untuk kandang penangkaran murai batu. Bukan hanya itu, dapur dan kamar mandi yang merupakan kelengkapan rumah petak itu pun disulapnya menjadi kandang-kandang produktif.
Secara teknis, lokasinya kurang memenuhi syarat ideal untuk sebuah kandang breeding. Misalnya, sirkulasi udara dan ventilasi kandang yang minim. Namun, ketelatenan dalam beternak murai batu mampu menutupi kendala teknis tersebut. Buktinya, semua indukan tetap produktif. Bahkan ketika penangkarannya baru berumur tujuh bulan, separo dari 6 kandang induk sudah 10 kali berproduksi.
Mulyono mendesain sendiri kandangnya, yang dibangun mulai dari ruang tamu, dapur, hingga kamar mandi. Karena lahan memang terbatas, dia membangun beberapa petak kandang dengan ukuran minimalis. Setiap petak kandang hanya berukuran 1,5 x 1 m2 dan tinggi 2 meter.
Calon induk jantan dan induk betina harus diseleksi terlebih dulu, karena menjadi basic indukannya. Jantan yang dipilihnya tentu bermental bagus, memiliki kualitas irama lagu, dan volume di atas rata-rata. Bulan lalu, salah satu eks indukan jantannya, Pujangga, telah dibeli H Endri. Pujangga langsung menjuarai even Hobbyku Ramadhan di Jalan Kahfi, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (2/8) lalu.
Induk betina juga dipilih yang benar-benar istimewa, baik dari katuranggan atau fisiknya yang sempurna, serta memiliki naluri fighter. “Yang penting lagi, induk sudah mencapai umur dewasa kelamin, atau minimal 8 bulan untuk betinanya. Karena pada umur tersebut betina sudah siap kawin,” kata Mulyono.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Pakan dan EF tak terbatas
Agar indukan bisa berproduksi maksimal, Mulyono memberikan pakan dan extra fooding (EF) secara ad libitum (tanpa batas), alias sekenyangnya. EF yang diberikan antara lain kroto segar dan jangkrik diberikan tanpa batas. Keduanya diberikan sebanyak-banyaknya dalam wadah plastik. Sedangkan cacing diberikan jika stoknya memang ada.
Induk betina rata-rata bertelur sebanyak 3 butir, dan menetas semua. Lima hari sejak menetas, anakan tetap berada dalam pengasuhan induknya. Setelah umur 5 hari, baru dipanen dari sarangnya.
Mulyono tak menggunakan kandang incubator untuk perawatan anakan, melainkan cukup menggunakan kotak kardus. Pada hari pertama dipanen, anakan sudah diberi jangkrik ukuran kecil, yang bagian kepala dan kaki-kakinya sudah dibuang.
Selain itu, anakan diberi adonan voer yang dicampur dengan kroto bersih, susu bubuk, dan tulang sotong yang sudah dihaluskan. EF lain yang diberikan adalah cacing tanah, yang sudah dipotong kecil-kecil.
Jika anakan terlihat kurang sehat, Mulyono biasanya memberikan pakan cacing. Anakan akan diloloh sampai bisa makan sendiri (biasanya setelah umur 15 hari). Setelah umur 1 bulan, anakan sudah bisa dipasarkan.
Harga anakan umur 1 bulan dibanderol Rp 2 juta – Rp 2,5 juta / ekor dan dijamin jantan Karena kualitasnya istimewa, dan harga yang relatif miring, membuat produk Mulyono Bird Farm terbilang laris-manis. Ini yang membuat beberapa pemain murai batu di Depok dan sekitarnya kerap melakukan pemesanan sejak anakan.
Apalagi Mulyono dikenal bukan sekadar breeder, tetapi juga pengorbit murai jawara. Sudah beberapa burung hasil orbitannya mencorong, baik di tangannya sendiri maupun setelah dibeli orang lain.
Murai batu Koboy 540 dan Marcopolo adalah contoh produk yang ditanganinya sendiri. Dalam even Cilodong Menyambut Ramadhan, Sabtu (3/8) lalu, keduanya menjadi juara 4 dan juara 5.
Adapun Pujangga adalah contoh produk Mulyono BF yang moncer di tangan pembelinya, yaitu H Endri, dan sehari-hari dirawat Dhani. Selain itu, H Endri juga membeli Metalica yang dalam Cilodong Menyambut Ramadhan menjadi runner-up di Kelas THR.
Bukan Basa Basi, gaco milik Mega Siswanto, yang dua kali menjadi runner-up di even yang sama, juga merupakan produk Mulyono BF. Sebelumnya, Bukan Basa Basi sukses menjuarai Ramadhan Cikeas, 27 Juli lalu.
Kini, Mulyono sudah mulai bisa menikmati hasil dari usaha breeding murai batu. Ia sudah menyiapkan rumah baru, tak jauh dari kediamannya saay ini. Rumah baru tersebut rencananya untuk rumah tinggal, dan di belakangnya dibangun lagi beberapa kandang penangkaran murai batu. (d’one)