Perkembangan teknologi gadget, khususnya telepon selular (ponsel), rupanya menjadi inspirasi bagi sebagian orang. Mereka menjadikan ponsel bukan sekadar alat komunikasi saja, namun juga menggunakannya sebagai alat bantu mencari nafkah. Hal ini juga dilakukan Rustam (50), pemikat burung ruak-ruak dari Desa Gampong Bintah, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Dulu dia memikat ruak-ruak secara konvensional. Kini, dia membunyikan ringtone suara burung ruak-ruak saat berburu, dan terbukti efektif.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sudah lima tahun terakhir, Rustam mengaku kehabisan ide mengenai bagaimana cara menangkap burung, khususnya ruak-ruak, unggas sejenis ayam-ayaman yang dalam bahasa Aceh disebut bu-bruek. Kendalanya, burung ini dikenal sangat susah ditangkap, meski menggunakan jaring atau kandang jebakan.
Selain suaranya yang nyaring, gerakannya ruak-ruak juga sangat gesit, sehingga bisa mengelabui mata bahkan bisa menghindari sergapan dari jaring yang sudah dipasang. Akhirnya, muncul ide untuk menggunakan dering / ringtone ponsel.
Maka, berbekal uang seratus ribu rupiah, Rustam mencari ponsel bekas yang memiliki fungsi merekam suara. Setelah ponsel didapat, dia mulai merekam setiap suara burung ruak-ruak di habitatnya. Nah, suara rekaman itulah yang digunakannya untuk memancing ruak-ruak keluar dari sarangnya. “Proses penangkapannya harus malam hari,” kata pria ini.
Bagaimana cara Rustam menangkap burung ruak-ruak pada malam hari? Berikut penjelasannya:
- Awalnya, Rustam menaruh ponsel lalu memutar suara burung tersebut di lokasi penangkapan.
- Ketika suara diputar, ruak-ruak akan tertarik dan mendekati lokasi asal suara.
- Begitu burung muncul dari balik rerimbunan semak atau tanaman, Rustam langsung menyalakan lampu senter dan menyorotkannya ke mata burung tersebut.
- Akibat sorotan lampu, burung akan “buta sementara” sehingga memudahkan Rustam untuk menangkap dan memasukannya ke dalam keranjang.
Melalui bantuan ringtone ponsel inilah, Rustam bisa memperoleh puluhan ruak-ruak dalam waktu dua jam saja. Dia biasa beroperasi pukul 22.00, dan berakhir sekitar pukul 00.00.
Burung ruak-ruak itu kemudian dijualnya seharga Rp 5.000 per ekor. Sebagian lagi dijadikan lauk keluarga di rumah. Burung ini memang sering disajikan menu hidangan di beberapa restoran atau rumah makan. Meski demikian, tidak sedikit pula yang sengaja memeliharanya untuk diternakkan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Burung ruak ruak atau white-breasted waterhen (Amaurornis phoenicurus) termasuk burung sawah / air dari keluarga Rallidae, yang secara luas menyebar di seluruh wilayah Asia Tenggara dan subbenua India. Warna bulunya gelap abu kebiruan, dengan bagian wajah, leher, dada dan perut berwarna putih bersih.
Kawanan burung ini sering terlihat di kawasan berair seperti sawah, payau, serta hamparan padang terbuka. Makanan utama serangga. Suaranya sangat bising, terutama saat subuh dan maghrib. Dan, dari suaranya yang bising itulah, Rustam berhasil menangkapnya dan menjadi sumber pendapatan harian baginya.
Penasaran dengan suara burung ini? Silakan dengar atau download audio di bawah ini:
Suara burung ruak-ruak
Perlu diketahui, teknik yang dilakukan Rustam memang bisa digunakan untuk memancing burung keluar dari sarangnya di alam liar. Di mancanegara, teknik ini kerap digunakan beberapa pengunjung taman unggas untuk memanggil burung tertentu. Mereka biasanya menggunakan aplikasi suara burung yang diinstall dalam smartphone.
Semoga bisa menambah pengetahuan bersama.