Kualitas murai batu hasil breeding H Suwadi dari Desa Jombang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, memang sudah tidak diragukan lagi. Lelaki yang akrab disapa SWD, yang kemudian menjadi nama kode ring, ini awalnya menangkar jalak suren pada tahun 1997. Tahun 2001, SWD mulai sering turun lomba, sekaligus memulai kiprah dalam penangkaran murai batu. Gaco pertama hasil breeding sendiri saat itu adalah Bouraq. Sejak itu, satu persatu murai jawara dengan ring SWD bermunculan di berbagai arena lomba.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Karena usaha ini sangat prospektif, SWD tak mau coba-coba. Beberapa burung jawara terus dicari di berbagai arena, baik latberan maupun lomba. Ia lalu mencari calon induk betina yang memiliki trah / darah juara dari berbagai penangkar lainnya.
Dulu, SWD punya kebiasaan unik dalam merawat anakan murai batu. Ia kerap menjual produknya ke tetangga, dengan iming-iming akan dibelinya lagi jika sudah berumur 1 tahun dan kelihatan memiliki prospek bagus.
“Sebagian tetangga merupakan penggemar rumahan yang tidak pernah mengenal lomba. Jadi, kalau umur murai yang dibelinya dari saya sudah berumur sekitar satu tahun, biasanya akan saya pantau kembali. Jika bagus, saya siap membelinya lagi dengan harga beberapa kali lipat dari harga ketika dia membelinya dari saya,” kata SWD.
Ini merupakan trik mempromosi produk, sekaligus mengurangi kesibukannya dalam membesarkan anakan murai batu. Dengan cara seperti ini, produknya bisa dikenal, dan dia memiliki banyak waktu untuk terus mencetak calon murai jawara, termasuk melakukan pemasteran sejak dini.
Terakhir, nama jagoan yang pada kakinya terpasang ring SWD adalah Dragon dan Gelombang Cinta Jr. Keduanya berhasil meraih juara di kelas umum, bertarung melawan burung-burung jawara hasil tangkapan hutan. Gelombang Cinta menjadi juara dalam even Condong Sampur di Wonogiri (14/7) dan Duta Pendawa Cup di Ponorogo, Minggu (18/8) lalu.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kini, pembeli harus rela antre untuk mendapatkan anakan dari kandang SWD. Harganya pun cukup tinggi, yaitu mulai dari Rp 4 juta, tergantung kualitas induknya. Khusus anakan murai blacktail (ekor hitam) dibanderol Rp 3 juta.
Ada juga yang membeli pasangan indukan dari SWD, alias model jebol / bedol kandang. Kalau masih calon induk, tapi sudah berjodoh, harga sepasang mulai Rp 20 juta, tergantung pejantannya. Hampir semua induk jantan merupakan burung prestasi. Begitu pula dengan induk betina yang berasal dari trah juara.
Belum lama ini, Om Kicau melakukan “sidak” ke kandang SWD di Desa Jombang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Namanya sidak, tentu tidak membuat janji terlebih dulu. Di sana terdapat empat kandang yang terisi. Dua induk betina sedang mengeram. Ada dua ekor anakan umur 1 bulan dan 2 bulan, masing-masing merupakan adik dari Dragon dan Gelombang Cinta Jr.
Yang menarik, anakan umur 2 bulan ini ternyata sudah belajar ngerol. Jika mendengar suara burung, atau suitan, dia mau bunyi. “Lha kalau Anda ngomong dulu sebelum ke sini, ya tak kasih kroto dulu, kemudian saya kerodong. Begitu dibuka, anakan ini langsung gacor. Buka mulutnya memang belum begitu lebar, tapi sudah mau nembak-nembak. Maklum, umurnya baru dua bulan.”
Rencananya, SWD mau mengisi kandang yang lainnya lagi. “Biasanya, begitu produk ada yang minat, kalau cocok ya saya lepas. Atau ada yang pesan minta dijodohkan sekalian, Insya Allah saya bantu,” kata lelaki tersebut.
Om Kicau lalu mensyuting aksi anakan umur 2 bulan ini, sekadar memancing gairah para penangkar murai batu yang masih pemula, khususnya jika ingin menjadi penangkar sekaligus pengorbit murai batu prospek lomba.
Memang belum terlalu rajin, karena belum disetel dengan kroto dan tidak dikerodong, lantaran Om Kicau berkunjung model dadakan. Dalam video ini, ada momen ketika anakan mendengar suara MB yang ngeplong-ngeplong, namun sang trotol umur 2 bulan belum memberikan respon. Yuk, silakan disimak. (Waca)