Selama ini, lomba burung pleci digelar dalam tiga kemasan. Pertama, digelar EO umum, di mana pleci menjadi salah satu jenis burung yang dilombakan pleci. Kedua, digelar EO umum, tapi panitia melibatkan PCMI dalam manajemen lomba dan penjurian di kelas pleci. Hal ini antara lain dipelopori Papburi Solo dan KMYK Jogja. Ketiga, digelar PCMI, terutama melalui chapter di daerah, seperti yang dilakukan Garut dan Cimahi. Nah, panitia One Stop Pleci Festival membuat diversifikasi lomba yang lebih inovatif lagi. Seperti apakah?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Untuk meningkatkan daya tarik plecimania agar mau datang ke Jogja, Panitia One Stop Pleci Festival (OSPF) membuat terobosan baru dalam jenis lomba, yaitu:
- Lomba suara model konvensional
- Lomba suara model penyisihan
- Lomba suara model kolosal
- Kontes kecantikan pleci
Lomba suara model konvensional
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Model ini sama seperti lomba burung, terutama di kelas pleci, yang digelar oleh event organizer (EO) pada umumnya. Dalam hal ini, panitia membuka belasan kelas, di mana jumlah peserta maksimal 60 gantangan per kelas. Jadi, tak ada yang berbeda dari gelaran lomba burung lainnya, termasuk dalam sistem penilaian.
Panitia One Stop Pleci Festival menggunakan dua lapangan yang ada di Taman Juliner Jogja, yaitu lapangan bertenda dan lapangan terbuka. Hampir semua kelas full gantangan. Hal ini menunjukkan kebangkitan kembali minat plecimania dalam mengadu kemampuan vokal gaco-gaconya.
Lomba suara model penyisihan
- Konsep ini sebenarnya hampir sama seperti yang biasa dilakukan Papburi, misalnya di Solo dan Klaten, termasuk sistem penilaiannya.
- Dalam setiap kelas, misalnya full gantangan (60 peserta), burung dibagi dalam 5 kelompok (A – E), di mana setiap kelompok terdiri atas 12 ekor burung.
- Juri kemudian memilih burung terbaik pada setiap kelompok, untuk diadu dalam babak final.
- Melalui format ini, maka dalam setiap kelas terdapat 6 sesi (lima penyisihan dan 1 kali final).
Dalam One Stop Pleci Festival, panitia membuka tiga kelas, sehingga lomba suara model penyisihan secara keseluruhan menggelar 18 sesi. Harga tiket berbeda untuk setiap kelasnya. Lomba digelar di salah satu lapangan, yaitu Pendapa, dan dilakukan secara bergantian dari satu sesi ke sesi lainnya.
Lomba suara model kolosal
- Satu lapangan berisi 120 gantangan, atau dua kali lebih banyak daripada model konvensional. Hal ini sangat dimungkinkan, karena sangkar pleci ukurannya kecil. Lagi pula, pleci merupakan burung sosial atau burung koloni, sehingga ketika sangkar berdekatan pun tidak masalah.
- Juri langsung mencari atau memilih 10 burung terbaik dari 120 gantangan yang ada.
- Burung-burung yang terpilih ditandai juri pada kertas nilai. Jadi, juri tidak perlu memberikan angka atau nomor.
- Setelah dikoordinasikan dan disepakati 10 nominasi, juri kemudian membuat urutan burung, mulai dari juara 1 hingga juara 10, kemudian memberikan bendera koncer.
- Burung lain yang tidak mendapatkan koncer akan direkap berdasarkan hasil urutannya.
Secara keseluruhan, para juri menganggap sistem penilaian dalam model kolosal jauh lebih gampang dan lebih simpel daripada memberikan nilai. Rekapnya pun lebih gampang dan cepat, karena juri-juri hanya merekap 10 burung. Burung yang tidak masuk 10 besar, tentu tidak perlu direkap.
Dalam OSPF, pelaksanaan lomba kolosal yang dipandu langsung oleh Ketua III PCMI Pusat Anditya Kurniawan, yang bertindak sebagai koordinator lapangan (korlap) atau pengawas lapangan. Mungkin karena bersifat ujicoba, semua peserta bisa menerima hasil lomba. Jadi model ini masih memerlukan pembuktian di lain waktu, dan semoga hasilnya sama seperti di Jogja.
Apalagi untuk kelas kolosal, panitia sengaja menggratiskan peserta dari kewajiban membayar tiket. Meski gratis, panitia tetap menyediakan hadiah, namun nomimalnya memang tidak banyak. “Kalau langsung bayar, kita belum berani. Sebab sifatnya masih ujicoba. Kalau hasilnya kurang bagus, sejak awal peserta kan sudah tahu ini baru sekadar ujicoba, dan gratis lagi,” kata Mac.
Kontes kecantikan pleci
Konsepnya mirip dengan kontes kecantikan lovebird. Namun, karena seluruh spesies tidak mengenal mutasi warna, maka penilaian lebih simpel. Juri akan menilai beberapa aspek, mulai dari warna bulu hingga keseimbangan postur atau proporsi tubuh.
Di Indonesia, kontes kecantikan pleci ya baru digelar dalam One Stop Pleci Festival. Jadi, jika dihitung dari tanggal penerbitan artikel ini, umur lomba ini baru lima hari. Di mancanegara, kontes kecantikan pleci sudah lama digelar.
Agung Budiman, salah seorang pembina PCMI Pusat, punya pengalaman internasional dalam kontes kecantikan pleci. Maka, sehari sebelum lomba, dia ikut memberi pembekalan kepada para juri dalam Diklat Juri PCMI dengan materi cara menilai dalam kontes kecantikan pleci.
Namun, karena “barang baru”, peserta kontes kecantikan pleci masih minim. Meski demikian, mulai muncul pemahaman baru di kalangan plecimania, khususnya yang hadir dalam OSPF, mengenai apa dan bagaimana beauty pleci contest. Diharapkan, ke depan, gelaran seperti ini terus tumbuh di kota-kota lain di Indonesia.
Tulisan terkait One Stop Pleci Festival:
—