Empat tahun silam, sebelum lovebird mengalami puncak popularitasnya di pasaran dan ramai dilombakan, nama Om Jhonpur sudah lebih dulu eksis sebagai pengepul maupun breeder lovebird lokal. Produknya laris-manis di pasaran, baik lovebird suara yang mau dilombakan maupun lovebird warna eksotis sebagai burung hias. Ya, selain lovebird suara, dia juga menyediakan aneka warna eksotik seperti blorok, albino, lutino, pastel kuning, hijau, putih, dan lain-lain. Gempuran lovebird impor tak menggoyahkan JP Bird Farm yang murni produk lokal.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Keunggulan kompetitif menjadi jawaban mengapa produk lovebird hasil breeding Om Jhonpur tetap bertahan. Bahkan ketika harga lovebird umumnya anjlok, produknya tetap laku pada kisaran harga sebelumnya, tak terpengaruh fluktuasi di pasaran.
Keunggulan kompetitif ini jarang dimiliki pedagang dan / atau penangkar lovebird, sebab ada upaya manusia untuk melatih burung-burung sejak anakan untuk disiapkan ke arena lomba. Itu sebabnya, anakan lovebird siap lomba di tempatnya tetap laris-manis.
Om Jhonpur juga memiliki keunggulan jaringan (networking). Pasalnya, dia dikenal luas oleh kicaumania di Jabodetabek sebagai pemilik JP Enterprise, yang setiap Sabtu siang rutin menggelar latber di lapangan Jalan Raya Limo, Meruyung, Depok, Jawa Barat.
Tidak heran kalau produknya terserap habis oleh koleganya, para pemain senior maupun pemula. Apalagi, berdasarkan pemantauan di lapangan, banyak lovebird penangkarannya yang moncer di lapangan. Sebagian konsumen bahkan ada yang membeli pasangan yang sudah berjodoh alias siap produksi.
Untuk memenuhi pesanan pembeli dan pelanggan yang membeludak, Om Jhonpur terus memaksimalkan sekitar 40 pasang indukan, yang kini dalam kondisi berproduksi semua.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Bagaimana Om Jhonpur memulai usaha penangkaran lovebird? Sebenarnya, penangkaran yang dirintisnya ini berawal dari ketidaksengajaan. Saat itu, dia justru lebih sering lomba. Di kelas anis merah, misalnya, ada beberapa koleksi jawara miliknya seperti Bralink dan Redlabel. Untuk lovebird, dia memiliki beberapa burung berprestasi seperti Cembrang, Queen dan Golif.
“Iseng-iseng, saya masukkan beberapa lovebird ke kandang ternak agar menurunkan anakan dengan kualitas suara kasar dan tarikan ngekek panjang-panjang. Ternyata jodoh dan berproduksi. Anakannya lalu dipesan teman-teman. Ya sudah, sekalian saja ternak dengan menambah beberapa indukan lagi, dan berlanjut sampai sekarang,” tuturnya, saat ditemui di kediamannya, Jalan Raya Meruyung Raya (kawasan Masjid Kubah Emas) Gg Masjid Mujahidin No 52, Limo, Depok.
Kombinasi suara dan warna eksotik
Selama ini, ada anggapan lovebird standar (hijau) memiliki kualitas suara lebih bagus daripada lovebird warna eksotik. Akibatnya, para penangkar pun seperti terkotak-kotak dalam menghasilkan lovebird suara dan lovebird warna.
Om Jhonpur justru mengambil jalan tengah, dengan mengawinkan induk yang memiliki spesifikasi berbeda tersebut. Dalam hal ini, induk lovebird standar yang mampu ngekek panjang dikawinkan dengan induk lovebird warna eksotis, mulai dari lutino, albino, putih non-albino, kepala emas, hitam, cokelat, blorok, pastel kuning dan sebagainya.
Hasilnya, meski warnanya eksotik, burung tetap memiliki kualitas suara yang bagus dan siap bertarung di lapangan dengan lovebird standar lainnya. Dalam beberapa lomba, kini sudah jamak lovebird warna eksotik juga moncer di lapangan, seperti Blue Reg, Elang Biru, dan sebagainya.
Harga lovebird suara dengan warna eksotik bervariasi, tergantung kualitas warna. Yang pasti, kata Om Jhonpur, harganya cukup terjangkau untuk semua kalangan. Berikut ini beberapa harga yang dibanderolnya untuk lovebird umur 4 bulan:
- Lutino, Rp 1,5 juta
- Lutino mata merah, Rp 2 juta – Rp 2,5 juta
- Pastel kuning, Rp 1 juta
- Pastel hijau, Rp 600.000
- Hijau standar, Rp 400.000 – Rp 450.000
Untuk memenuhi permintaan pasar, Om Jhonpur tak bisa mengandalkan seluruhnya dari hasil breeding yang “hanya” berjumlah 40 pasang indukan. Karena itulah, dia bermitra dengan rekannya di Madura, Haji Kadir.
“Beliau memiliki sekitar 200 kandang indukan di Madura. Sebagian produk di Madura dikirim ke saya untuk dipasarkan ke Jabodetabek,” kata Om Jhonpur yang juga pernah mengorbitkan lovebird Raja dan Bintang Peace.
Kombinasi kandang soliter dan polier
Kandang penangkaran di JP Bird Farm Depok terdiri atas dua model kandang, yaitu sistem soliter (kandang battery) dan kandang koloni (polier / umbaran). Kandang soliter hanya diisi sepasang indukan. Kandang berbahan kawat alumunium itu dibuat bersusun dan tertata rapi.
Kandang polier dihuni 5-10 pasang indukan, di mana burung mencari pasangan masing-masing. Jadi, pemilik atau perawat tak perlu susah-payah menjodohkannya.
Model kandang polier digunakan untuk mengefisienkan lahan tersedia. “Kebetulan ada kandang besar, ya dimanfaatkan saja,” tambah Om Jhonpur yang pernah mengorbitkan cendet legendaris bernama Capuchino dan Peterpan.
Adapun kandang soliter digunakan ketika dia sudah menyeleksi induk jantan dan betina dengan kriteria khusus, sehingga mau tak mau harus dijodohkan dulu. “Kandang soliter memang lebih sulit, khususnya bagi pemula, tetapi sangat bagus untuk memantau kualitas warna anakan yang dihasilkan”.
Karena lovebird sulit dibedakan jenis kelaminnya, kita sering terkecoh ketika melihat keduanya tampak rukun dan bercumbu. Padahal, bisa saja keduanya betina, atau malah semuanya jantan. Tetapi pasangan jantan dan betina saat meloloh akan memberikan air liurnya. Kalau sudah begitu, burung akan cepat kawin dan berproduksi.
Sebelum bertelur, gelodok atau kotak sarang dari kayu / triplek harus disiapkan, termasuk bahan sarang beripa serabut cemara dan daun jagung kering. “Idealnya di dalam golodok dilapisi serbuk kayu bekas gergajian. Ini untuk menjaga kelembaban di dalam sarang,” tutur Om Jhonpur.
Adapun untuk kandang koloni / polier, kotak tempat bertelur bisa terbuat dari bahan apa saja. Kandang koloni di JP Bird Farm menggunakan kotak sarang berupa gelodok dan paralon segi empat yang dilubangi dengan cara disekat-sekat. Pasangan yang sudah jodoh langsung mengangkut bahan sarang, dibawa ke tempat sarang dan berproduksi di dalam gelodok atau paralon kotak tersebut.
Untuk menjaga kesehatan, terutama dari pengaruh udara malam, kandang ditutup plastik di bagian depannya. Sebab, kandang penangkaran berada di luar ruangan (outdoor). Terpal ini juga bisa melindungi burung saat turun hujan. Dengan cara demikian, burung selalu merasa nyaman.
Cara ini sangat cocok untuk pemula. Pemberian pakan juga praktis, karena cukup ditempatkan dalam wadah besar di dasar kandang. Wadah diisi millet putih dan merah, biji matahari, dan sayuran seperti kangkung, jagung muda, dan tauge. Pemberian sayuran ini dimaksudkan untuk memacu produktivitas indukan. (d’one)