Burung –entah kicauan, merpati, perkutut, maupun burung hias– memiliki multiplier effect sangat luas dalam perekonomian masyarakat kita. Ada yang bekerja di pabrik pakan burung, obat dan suplemen burung, penjual pakan dan aksesoris burung, pedagang burung, importir burung, penangkar burung, perajin sangkar, perajin kerodong, hingga event organizer (EO) lomba / latber / latpres burung. Bahkan, mereka yang sebelumnya tak merambah bisnis ini pun kepincut, seperti terlihat dari maraknya tukang burung dadakan di dekat pintu gerbang Jalan Raya Pemda Cibinong, Bogor, setiap Minggu pagi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
—-
Kalau kebetulan Anda sedang atau sering berkunjung ke Cibinong, Bogor, maka jangan lewatkan untuk jalan-jalan pagi di sekitar pintu gerbang Jalan Raya Pemda Cibinong. Apalagi pada Minggu pagi, karena Anda dapat melihat puluhan pedagang burung berjajar menggelar lapaknya di trotoar pinggir jalan.
Sebelumnya, para pedagang burung dadakan ini menggelar lapaknya di sepanjang Jalan Raya Pemda. Namun sejak muncul larangan berjualan bagi semua pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang jalan tersebut, akhirnya mereka berkumpul di depan pintu gerbang.
Setiap Minggu pagi, suasana di sana cukup ramai oleh para penggemar burung yang ingin mencari momongan baru. Boleh jadi, ada juga yang sengaja datang hanya untuk melihat-lihat saja. Sebagian pengunjung berasal dari daerah di sekitar Cibinong, tetapi tidak sedikit juga pembeli yang berasal dari Depok, Cileungsi, Sawangan, Cimanggis, bahkan beberapa kicaumania dari Jakarta dan Bekasi.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
—-
Lapak yang menempati hampir seluruh bahu jalan dan trotoar di seputar jalan raya tersebut dipenuhi aneka jenis burung. Selain itu, ada juga yang berjualan pakan seperti voer, buah pisang, dan jangkrik.
Jenis burung yang ditawarkan bervariasi, dan biasanya tergantung dari apa yang diperoleh pedagang dari para pemasok. Minggu (13/10), misalnya, burung yang dominan adalah cucak hijau bakalan. Pekan sebelumnya, di tempat ini banyak sekali murai batu bakalan.
Jadi, para pedagang dadakan itu juga mengikuti tren. Atau, bisa juga tren itu diciptakan pemasok berdasarkan burung yang sedang popular di kalangan kicaumania. Memang, dalam 1-2 tahun terakhir ini, cucak hijau telah menembus peringkat ketiga sebagai burung terpopular di Jabodetabek, di bawah murai batu dan lovebird.
Meski demikian, beberapa jenis burung lainnya tetap bisa dijumpai di Cibinong, misalnya trucukan, ciblek, gelatik, pleci, burung-madu (oleh kicaumania Sumatera biasa disebut “kolibri), dan sebagaunya.
Harga yang ditawarkan cukup bervariasi. Terkadang harga lebih tinggi daripada harga pasaran, terutama apabila Anda terlalu banyak bertanya. Kok bisa?
Karena banyak bertanya, Anda dianggap pedahang sebagai kicaumania pemula. He.. he.., aneh juga, bukankah mereka juga pedagang dadakan?
Sebaiknya jangan terfokus pada harga yang ditawarkan, sebab yang namanya pasar tradisional, apalagi pasar tiban, selalu berlaku hukum tidak ada harga mati. Semuanya masih bisa ditawar ke nominal yang lebih rendah lagi, bahkan bisa disesuaikan dengan isi kantong kita.
Harga memang sangat tergantung dari jenis burung yang ditawarkan. Rata-rata burung yang dijual memang bakalan atau tangkapan hutan. Sebagian pedagang menjual burung yang sudah jadi, dan biasanya dimasukkan dalam kandang tersendiri.
Di lokasi ini, selain terjadi transaksi jual-beli burung, juga kerap terjadi barter burung kicauan. Misalnya Anda sudah bosan dengan jenis burung yang selama ini dipelihara di rumah, silakan bawa ke Cibinong. Ditawarkan ke pedagang?
Oh, jangan… Anda bisa nego dengan sesama kicaumania yang berkunjung dan membawa burung dari rumah. Mereka juga punya kepentingan yang sama kok, ingin barter dengan burung milik pengunjung yang lain.
Bagaimana, tertarik mengunjungi pasar burung dadakan yang muncul sepekan sekali di Cibinong, tiap Minggu pagi? Jika ya, siapkan uang yang cukup. Jangan lupa ajak rekan yang mengerti burung kicauan, atau bisa baca terlebih dahulu tips sebelum belanja burung di sini.
—