Permasalahan klasik yang sering dialami para penangkar burung, khususnya murai batu, adalah burung yang tiba-tiba mengalami kejang-kejang. Gejala kejang-kejang ini bisa mengarah ke tetelo, yang biasanya terjadi pada peralihan musim / pancaroba (Maret – April dan Oktober – November). Tetapi ada juga yang disebabkan defisiensi thiamin atau kekurangan vitamin B1 dalam menu pakan yang diberikan selama burung berkembang biak. Bagaimana cara mencegah dan mengatasinya?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Artikel kali ini hanya membahas kejang-kejang pada burung, baik burung dalam penangkaran, piaraan di rumah, maupun burung lomba.
Dalam artikel ini, Om Kicau sering mengangkat kasus ini pada murai batu, karena kasusnya lebih sering dijumpai pada burung tersebut. Namun, semua jenis burung kicauan lainnya juga bisa mengalami hal yang sama, sepanjang penyebabnya sama, yaitu kekurangan thiamin atau vitamin B1.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Om Kicau hanya berharap, semoga tidak ada pemilik dan penangkar burung di Indonesia yang mengalami hal seperti ini. Namun, jika suatu saat harus menghadapi kenyataan pahit seperti ini, jangan panik. Simpan artikel ini sebagai referensi untuk pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif).
Gejala klinis / perubahan perilaku pada burung sakit
Selama ini, banyak kicaumania menyangka kalau kejang-kejang pada burung selalu terkait dengan penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND). Padahal tidak selamanya demikian. Gangguan kesehatan ini juga dapat disebabkan defisiensi thiamin.
Jangankan breeder pemula, penangkar murai sekaliber Om Jeffrey Low (Singapura) pun pernah mengalami hal serupa, di mana beberapa murainya kejang-kejang, namun akhirnya tersembuhkan melalui terapi khusus yang akan dijelaskan dalam artikel ini.
Semua jenis burung kicauan yang dipelihara dalam sangkar / kandang, baik untuk tujuan penangkaran, lomba, maupun sekadar hiburan di rumah, menggantungkan seluruh kebutuhan dan kelengkapan nutrisinya kepada manusia yang merawatnya.
Kalau kita lalai pada salah satu jenis nutrisi saja, dan itu berlangsung dalam waktu cukup lama, maka gangguan kesehatan akan muncul sesuai dengan sumber penyebabnya. Misalnya kejang-kejang akibat defisiensi thiamin / vitamin B1 yang menjadi bahasan kali ini.
Burung yang kekurangan thiamin akan menunjukkan perilaku / sikap yang disebut opistotonik (opisthotonic). Sebagian ahli perunggasan menyebutnya star gazing, dengan gejala kepala burung yang selalu mendongak ke atas.
Jika burung mendongak ke atas, duduk anteng di atas tangkringan, sambil berkicau terus saat berlomba, itu malah bagus, he.. he.. he… Namun, ketika hal itu terjadi di sangkar / kandang, dan burung dalam kondisi tak berkicau, tentu Anda harus mencurigainya sebagai gejala opistotonik atau star gazing.
Itulah kejang-kejang akibat kekurangan thiamin. Gejala klinis berupa kepala yang selalu mendongak ke atas ini terjadi karena otot-otot di bagian leher depan mengalami kelumpuhan, sehingga leher melengkung ke arah belakang. Akibatnya, kepala akan selalu mendongak ke atas, seperti memandang bintang-bintang di langit.
Gejala klinis lain dari defisiensi thiamin
Ada beberapa gejala klinis lain yang terlihat pada burung yang mengalami defisiensi vitamin B1. Misalnya otot kaki juga mengalami kelumpuhan sebagian atau seluruhnya. Kelumpuhan ini biasanya dimulai dari jari-jari kaki, kemudian naik ke persendian antara cakar dan batang kaki (shank), kemudian persendian antara batang kaki dan tulang paha.
Akibatnya bisa ditebak sendiri. Burung akan kehilangan kendali terhadap otot-otot kaki, sehingga tak mampu berdiri dan bertengger. Burung yang sakit akan selalu berbaring terlentang atau ke samping.
Jika serangannya masih ringan, burung masih berusaha bertengger, tetapi sering goyah dan gemetaran. Di atas tenggeran pun, burung hanya akan terlihat diam saja. Namun begitu kita dekati, burung terlihat goyah di atas tenggeran.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa kejang-kejang pada murai batu / jenis burung lainnya akibat kekurangan thiamin tak disertai dengan gerakan kepala yang berputar-putar sebagaimana tetelo. Angka kematian relatif rendah, karena memang bukan disebabkan virus, melainkan kekurangan nutrisi tertentu, dalam hal ini thiamin atau vitamin B1. Tetapi, jika dibiarkan tanpa pengobatan, tentu akan bertambah parah dan lama-lama mati juga.
Tindakan pencegahan (kuratif)
Untuk menghindari gangguan kesehatan seperti ini, tentu Anda harus memberikan pakan yang mengandung vitamin B1, baik untuk burung penangkaran, burung lomba, maupun hiburan di rumah.
Om Kicau berkali-kali telah menjelaskan, secara teori, vitamin B1 biasanya sudah terkandung dalam pakan kering (voer). Yang menjadi persoalan, kita tidak tahu persis berapa kandungan thiamin dalam voer tersebut.
Vitamin B1 pasti juga terkandung dalam EF serangga, seperti jangkrik dan kroto, tetapi jumlahnya tak selalu mampu memenuhi apa yang dibutuhkan burung, terutama pada burung indukan.
Ikan-ikan kecil seperti guppy juga kaya vitamin B1. Namun, pemberian ikan kecil pada burung penangkaran belum menjadi kebiasaan bagi para penangkar maupun pemilik burung kicauan di Indonesia.
Karena itu, mengacu pada kebiasaan pada ternak unggas komersial seperti ayam potong dan ayam pedaging, dianjurkan memberikan multivitamin dari luar pakan untuk memastikan kecukupan dan kelengkapannya. Misalnya dengan rutin memberikan BirdVit, dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, untuk memastikan burung terpenuhi semua kebutuhan dan kelengkapan vitaminnya.
Tindakan pengobatan (kuratif)
Untuk mengobati burung yang kejang-kejang akibat kekurangan thiamin, Om Kicau akan memberikan dua rekomendasi. Pertama, menerapkan apa yang dilakukan Om Jeffrey-Low, dengan melakukan terapi suntikan / spet larutan yang mengandung vitamin B-complex.
Kedua, menggunakan produk Om Kicau, yaitu BirdPro, yang memang didesain untuk mengobati kejang-kejang pada burung, gejala kelumpuhan, dan gangguan saraf lainnya. Jadi, obat ini juga bisa untuk mengatasi tetelo pada tahap ringan (lentogenik).
Cara penggunaannya, campurkan 1 sendok ukur BirdPro ke dalam 50 ml air minum. Berikan selama 7 hari berturut-turut. Untuk pencegahan, bisa dilakukan seminggu sekali. Apabila burung sudah tidak bisa minum sendiri, maka larutan BirdPro tersebut bisa diambil dengan pipet, kemudian ditetaskan secara hati-hati ke rongga mulut burung.
Om Kicau tidak menganjurkan penggunaan suntikan / spet langsung ke rongga mulut burung, terutama bagi yang belum pernah melakukannya, karena sangat dimungkinkan burung tersedak jika caranya tidak tepat. Bagi yang sudah mahir seperti Om Jeffrey, ya silakan saja.
Untuk memandu Anda dalam pengobatan burung yang mengalami kejang-kejang akibat defisiensi thiamin, di bawah ini ada tiga video dari Om Jeffrey Low, yang bagus dijadikan referensi.
1. Burung mulai mengalami kejang-kejang
—-
Pada video ini, terlihat murai batu mulai mengalami kejang-kejang yang menyebabkan burung hanya berada di lantai kandang, tidak bisa bergerak seperti biasanya.
Pada saat ini seperti ini, segera ambil tindakan dengan memberikan obat-obatan yang mengandung vitamin B-complex yang banyak dijual di apotek dan toko obat dalam bentuk tablet. Tablet kemudian dilarutkan dalam air bersih yang sudah matang, lalu diberikan kepada burung dengan cara dilolohkan menggunakan suntikan / spet.
Jika ingin menggunakan BirdPro, bikin larutan dengan mencampurkan 1 sendok ukur produk ini ke dalam 50 ml air matang. Sedot dengan pipet, dan teteskan pelan-pelan ke rongga mulut burung.
2. Proses penyembuhan murai batu setelah pengobatan
—-
Sekitar 10 menit setelah pemberian obat, murai batu mulai memberikan respon dengan banyak bergerak. Namun tak ada obat yang instan, semuanya harus berproses dalam metabolisme tubuh burung. Jadi, otot-otot burung belum terlalu kuat, sehingg belum cukup pulih untuk bergerak secara normal.
3. Pemulihan setelah pengobatan
—-
Setelah beberapa saat, burung mulai tampak pulih, ditandai dengan menggetarkan seluruh bulunya. Pada saat ini, burung sudah bisa mengambil pakan yang disodorkan seperti ulat hongkong dan mau memakannya hingga habis. Tidak berapa kemudian, murai batu sudah pulih dan bisa kembali bertengger di atas tenggerannya.
Namun, perlu diingat, karena baru satu hari pengobatan, burung belum benar-benar terbebas dari defisiensi thiamin. Jadi terapi vitamin B-complex ala Om Jeffery, atau BirdPro, harus tetap diberikan selama 7 hari berturut-turut untuk memastikan kesembuhannya.
—-