Bagi kicaumania yang sering jalan-jalan atau sekadar nongkrong-nongkrong di pasar burung, pasti mengenali ketiga jenis burung ini: kancilan bakau, pelanduk semak, dan wergan jawa. Ketiganya termasuk dalam daftar hitungan para penggemar burung di Indonesia. Tetapi sebagian di antara kita kerap keliru membedakan tiga burung tersebut, karena satu sama lain memiliki kemiripan. Yuk, biar tidak salah pilih, kita amati perbedaan mereka.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
—-
Beberapa waktu lalu, Om Ilham dalam komentarnya di website ini menanyakan soal burung drodot, sekaligus bagaimana suaranya. Kalau Anda cek di Mbah Google, susah sekali menemukan informasi mengenai burung drodot.
Om Kicau sudah membuka beragam kamus burung, termasuk Daftar Burung Indonesia (DBI) Volume 2, tapi juga nggak menemukan burung yang disebut drodot. Artinya, drodot merupakan sebutan di wilayah tertentu dan belum banyak digunakan di daerah lain.
Ini berbeda dari empuloh jenggot (nama resmi dalam bahasa Indonesia), yang kondang dengan sebutan cucak jenggot, karena nama alias ini sudah diterima oleh semua penggemar burung berkicau di Indonesia. Demikian pula dengan empuloh ragum (kapas tembak), merbah cerukcuk (trucukan), cinenen kelabu (prenjak kepala merah), dan sebagainya.
Drodot belum menjadi nama alias yang popular sehingga masih banyak kicaumania yang belum mengenalinya. Beruntung komentar ini mendapat tanggapan dari Om Rizal Fauzi, yang memberi informasi bahwa burung itu kemungkinan wergan jawa.
Nah, kalau wergan jawa memang tercatat dalam Daftar Burung Indonesia, yang disepakati para ornithologi di negeri ini. Tetapi, bagi kicaumania mauoun pedagang burung di daerah lain, belum tentu yang disebut drodot adalah wergan jawa.
Di daerah lain, burung kancilan pun sering disebut burung drodot, juga terkadang disebut juga burung salakan. Bahkan di daerah lainnya lagi, burung pelanduk semak juga disebut drodot, sebagian lagi menyebutnya salakan. Nah lu, nah lu, pusing semua kan?
Agar tidak pusing, apalagi kalau kita bicara dalam konteks Indonesia Raya, ada baiknya menggunakan nama resmi yang sudah ditetapkan para ahli burung di negeri ini, yang telah berjasa banyak untuk kita: kicaumania.
Jadi, artikel kali ini tidak akan membahas si drodot, melainkan tiga jenis burung yang memiliki kemiripan dan sering disebut sebagai burung drodot.
1. Burung kancilan bakau (Pachycephala grisola)
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
—-
Burung kancilan banyak ditemukan di Indonesia. Jenis atau spesiesnya berbeda-beda, demikian pula dengan habitat dan wilayah persebarannya. Salah satu spesies burung kancilan yang paling top markotop adalah samyong (Pachycephala nudigula). Suara kicauannya bagus, keras, dan pintar merekam suara burung lain.
Beberapa spesies burung kancilan hanya bisa ditemukan di habitat tertentu. Samyong, misalnya, merupakan burung endemik di Pulau Flores (NTT) dan Pulau Sumbawa (NTB). Namun, beberapa spesies lainnya mudah ditemukan di berbagai daerah, mulai dari desa, kota, kawasan periferal (pinggiran kota), areal perkebunan, dan sebagainya.
Saat ini, burung kancilan yang popular dan banyak diperjualbelikan di pasar burung adalah kancilan bakau (Pachycephala grisola). Burung inilah yang di beberapa daerah sering disebut sebagai burung salakan, tetapi ada juga yang menyebutnya drodot.
Daripada keliru, sebaiknya kita biasakan saja menggunakan nama kancilan bakau. Satu spesies lagi yang tidak kalah kondang adalah kancilan emas. Informasi lebih detail, termasuk suara kicauan dari kancilan bakau dan kancilan emas, bisa dilihat kembali di sini.
Kancilan bakau memiliki kemiripan dengan burung pelanduk semak (Malacocinla sepiaria). Mungkin karena itu pula, keduanya terkadang disebut drodot, terkadang disebut salakan, di daerah yang berbeda.
Namun, kalau diamati, ada perbedaan nyata pada kedua jenis burung ini. Misalnya tungkai kaki (shank) yang dimiliki burung kancilan bakau sangat pendek. Jauh lebih panjang kaki burung pelanduk semak. Sebaliknya, ekor pelanduk semak sangat pendek, jauh lebih pendek daripada ekor kancilan bakau.
- Suara kicauan kancilan bakau | DOWNLOAD
2. Burung pelanduk semak (Malacocincla sepiaria)
—-
Pelanduk semak (Malacocinla sepiaria) termasuk anggota keluarga Timaliidae, dengan genus / marga Malaconcinla. Ukurannya memang hampur sama kancilan bakau. Faktor pembeda, seperti dijelaskan di atas, adalah ekornya yang sangat pendek.
Bukan hanya ekornya saja yang pendek. Kedua sayapnya juga pendek, sehingga tidak proporsional dengan tubuhnya secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pelanduk semak bukanlah “penerbang” yang baik dan lebih sering terlihat di permukaan tanah, semak-semak, atau tanaman rendah. Mereka jarang bertengger di atas tajuk-tajuk pepohonan.
Berbeda sekali dari burung kancilan. Meski kakinya pendek, mereka memiliki kemampuan terbang cukup baik dan senang berada di tajuk pohon tertinggi, sebagaimana ciri khas dari burung berkaki pendek.
Pelanduk semak / horsfield’s babbler mudah dijumpai di pasar burung, khususnya di Jawa dan Bali. Sebab spesies ini hanya memiliki wilayah persebaran di kedua pulau tersebut. Burung ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Itu karena kebiasaan hidupnya di dekat permukaan tanah, sehingga lebih familar terhadap lalu-lalang manusia.
Karena mudah beradaptasi, pelanduk semak juga mudah dijinakkan dan dirawat. Bahkan burung ini mudah sekali bunyi jika dipancing dengan suara burung sejenis. Untuk memudahkan Anda, berikut beberapa suara burung pelanduk semak untuk memancing burung sejenis agar rajin berbunyi.
- Suara kicauan burung pelanduk semak | DOWNLOAD
- Suara panggilan burung pelanduk semak | DOWNLOAD
3. Wergan jawa (Alcippe pyrrhoptera)
—-
Satu lagi burung yang memiliki kemiripan dengan kancilan bakau dan pelanduk semak adalah wergan jawa (Alcippe pyrrhoptera). Spesies ini juga termasuk dalam keluarga Timaliidae, namun dari genus / marga Alcippe.
Wergan jawa / javan fulvetta, atau terkadang disebut berencet wergan, juga memiliki postur tubuh seukuran kancilan bakau dan pelanduk semak, yaitu sekitar 14 cm. Pakan utamanya serangga, meski menyukai pula buah-buahan.
Penyebaran global burung wergan jawa terbatas di pegunungan yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mungkin karena itu pula, keberadaannya di pasar burung tak sebanyak kancilan bakau dan pelanduk semak.
Sebaiknya pilih yang mana?
Ketiga jenis burung di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jika Anda ingin menjadikannya sebagai burung pengibur di rumah, maka ketiganya bagus untuk dipelihara, dan murah-meriah.
Tetapi jika Anda ingin memeliharanya sebagai burung master, Om Kicau merekomendasikan pelanduk semak yang memiliki suara cerecetan cukup bagus. Namun, ini juga tergantung dari apakah pasar burung di daerah Anda memiliki stok pelanduk semak.
Perawatan harian
Perawatan harian dari ketiga jenis burung ini tidak terlepas dari serangga seperti jangkrik, ulat hongkong, dan kroto. Adapun buah-buahan seperti pepaya atau pisang bisa diberikan sebagai pakan tambahan. Kalau burung mau, ya diberikan saja. Kalau tidak, ya tidak apa-apa, bisa kita makan sendiri, he… he.. he…
Mandi merupakan faktor penting dalam perawatan ketiga jenis burung ini. Penjemuran bisa diberikan dengan durasi seperlunya saja, alias asal kena sinar matahari pagi.
Pemasteran tidak perlu dilakukan, karena ketiganya kurang memiliki kemampuan mimikri (menirukan suara kicauan burung lain). Namun suara kicauannya yang alami justru bisa membuat Anda seperti kembali ke alam pedesaan yang damai dan tenang.
Itulah sedikit ulasan mengenai tiga jenis burung memiliki kemiripan, serta sama-sama sering disebut dengan drodot atau terkadang salakan.
—