Metode sinkronisasi (penyerentakan) dalam penetasan telur burung, termasuk kenari, sebenarnya mudah dilakukan dan memiliki beberapa manfaat. Namun metode ini belum banyak digunakan para penangkar, padahal Om Kicau sudah pernah menjelaskannya (silakan cek di sini). Syukurlah, ketika membaca Tabloid Agrobur Edisi No 703 – Minggu II November 2013, ada artikel tentang Hartono yang sukses menerapkan metode ini untuk penangkaran kenarinya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Telur kenari bisa didesain menetas pada hari yang sama.

Mengapa Om Kicau menyebut metode sinkronisasi penetasan telur ini relatif mudah? Pasalnya, kita tinggal mengambil telur burung setiap hari, terutama ketika induk betina sedang keluar dari sarang untuk makan dan minum. Sebagai gantinya, Anda bisa memasukkan telur dummy, atau telur palsu, yang terbuat dari bahan plastik.

Ketika induk sudah tidak bertelur lagi, maka semua telur asli yang disimpan dalam suhu kamar bisa dimasukkan kembali ke sarang, ketika induk sedang meninggalkan sarang. Sebaliknya, telur dummy ditarik kembali. Dengan cara demikian, induk kenari akan mengerami telur asli secara bersamaan, sehingga semua anakan bisa menetas dalam waktu yang sama pula, atau minimal berbeda jam.

Sinkronisasi penetasan telur ini bagus untuk diterapkan pada penangkaran burung kicauan, karena proses pengeramannya berbeda dari ayam. Pada ayam, induk betina akan mengeluarkan beberapa butir telur selama satu periode peneluran (clutch). Setelah telur terakhir dikeluarkan, barulah induk akan mengerami telurnya. Ini biasa disebut sinkronisasi pengeraman.

Imitasi telur kenari dari plastik.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Tapi sebagian besar burung berkicau tidak demikian, yang terjadi adalah asinkronisasi pengeraman. Misalnya kenari, induk betina akan menghasilkan 4 – 5 butir telur dalam setiap clutch. Telur-telur ini akan dieraminya selama 13 hari.

Namun, ketika sudah bertelur 2 – 3 butir, induk betina sudah mengerami telur-telurnya. Akibatnya, telur ketiga / keempat hingga kelima akan dierami belalangan, sehingga menetasnya pun tidak bisa sama dengan telur pertama dan kedua, atau ketiga.

Biasanya penangkar baru memanen anakan pada umur 5 – 7 hari, sehingga induk akan merawatnya pada masa awal penetasan. Nah, di sinilah kendala yang sering dihadapi para penangkar.

Biasanya anakan yang menetas belakangan sering “dianaktirikan”. Karena tubuhnya lebih lemah, piyik yang menetas paling akhir kalah dalam kompetisi memperoleh lolohan dari induknya. Karena itu, kalaupun semua telur menetas, ada satu-dua anakan yang mati akibat kalah bersaing dari kakak-kakaknya yang menetas lebih dulu.

Hal ini juga dirasakan Om Hartono, breeder kenari yang tinggal di Perum Griya lndah, Jombang. “Jika yang menetas empat ekor, yang bisa bertahan hidup hanya  tiga ekor,” ungkap Om Hartono, seperti dikutip Tabloid Agrobur.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Akhirnya, dia melakukan percobaan sinkronisasi pengeraman dan berhasil. Hanya saja, dia tak menggunakan telur dummy yang tersedia di toko perlengkapan burung, tetapi memanfaatkan telur kosong / infertil.

Setiap kali induk betina bertelur, maka telur yang baru langsung iambil dan digantikan  dengan telur kosong yang telah disiapkan sebelumnya. Begitu seterusnya, hingga mencapai 4-5 butir.

“Setelah itu, semua telur asli dimasukkan kembali ke dalam sarang, sementara telur kosong diambil kembali untuk disimpan. Kalau telurnya bagus, maka akan menetas dalam waktu yang sama. Jika ada yang  tidak menetas,  berarti telur  tersebut  rusak,”  kata Om Hartono.

Hartono, breeder kenari asal Jombang. (Foto: Agrobur)

Untuk mengetahui baik dan tidaknya telur yang dihasilkan,  dia akan melakukan peneropongan telur (egg candling) pada 6-7 hari setelah telur dierami induknya. Candling dilakukannya menggunakan lampu senter. Jika bagian dalam telur nampak bening, berarti telur kosong atau infertil. Jika terdapat gumpalan atau kuning telumya, berarti  telur bagus.

Telur-telur yang bagus dikembalikan ke sarang untuk dierami kembali oleh induknya. Adapun telur kosong akan disimpan untuk dijadikan semacam dummy telur / telur palsu, yang bisa digunakan untuk sinkronisasi pengeraman pada induk lainnya.

Dengan cara sederhana inilah, Om Hartono bisa memanen anakan pada umur yang sama, sehingga sangat memudahkan dalam perawatan. Induk pun tidak menganaktirikan piyiknya yang lebih kecil, karena ukuran anakan relatif sama.

Apa yang dilakukan Om Hartono juga dapat dipraktikkan oleh breeder kenari lainnya, bahkan untuk  jenis burung kicauan lainnya.

Hanya saja, perlu dipertimbangkan kembali penggunaan telur kosong / infertil. Telur kosong relatif tidak berbau, karena memang tidak ada calon embrio / bakal embrio yang berkembang. Tetapi kalau digunakan dalam jangka waktu lama, misalnya lebih dari 2 bulan, tentu akan berbau juga mengingat udara bisa menembus pori-pori kerabang telur.

Jadi, dianjurkan menggunakan dummy telur atau telur plastik. Di pasaran banyak dijual dummy telur sesuai dengan jenis burung / unggas, seperti bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Aneka model dummy telur sesuai jenis burung.
Contoh dummy telur untuk burung jenis finch.

Salam sukses, salam dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.