No Limit merupakan burung kacer dari pesisir selatan Jawa dan sudah langganan juara. Dibesut duet Heru Tronix dan Nanang Tato, yang kerap disebut sebagai Duet Maut, burung ini memiliki karakter ngerol dan speed rapat, dengan energi berlimpah, serta lagu dan prestasi yang seperti “tanpa batas”, sesuai dengan namanya. Setelah mendominasi beberapa even di wilayah Eks Karesidenan Banyumas dan sekitarnya, No Limit akhirnya dipinang kicaumania asal Pontianak, Kalimantan Barat. Duet Maut itu pun tak kuasa menampik pinangan tersebut.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
—-
Setiap kali berlomba, kacer No Limit selalu tampil ngoyot. Begitu digantang, burung langsung duduk tenang di atas tangkringan, sambil terus mengeluarkan lagu-lagunya yang dinamis, diselingi dengan tembakan-tembakan dengan speed rapat.
Sudah tak terhitung berapa even yang dimenanginya. Dalam dua bulan terakhir, burung ini moncer dalam even SapuRegel Team di Cilacap (juara 2), serta runner-up dan juara 3 dalam kontes Kukilo Aji di Purwokerto, 1 Desember lalu.
Beberapa kali burung ini dilirik sejumlah pemain di Cilacap dan Banyumas, namun Duet Maut ketika itu belum bersedia melepasnya. Nah, belum lama ini, pinangan serupa datang dari kicaumania Pontianak. Entah kenapa, Heru dan Nanank tidak kuasa menolaknya. Mungkin karena maharnya lebih tinggi, meski keduanya enggan membeberkan nominalnya.
Sharing perawatan kacer No Limit
No Limit termasuk prototype kacer lomba yang ideal saat ini. Artinya, burung ini tidak muncul dalam kondisi sudah jadi, tetapi kualitas dari sononya (genetik) memang sudah bagus.
Dengan materi inilah, Heru Tronix dan Nanank Tato melakukan pemolesan sedemikian rupa sehingga burung selalu dalam kondisi siap bertanding, punya stamina prima, dan yang terpenting selalu fight menghadapi lawan-lawannya.
“Perawatannya pun relatif mudah. Jangkrik cukup tiga ekor pada pagi hari, dan tiga ekor lagi pada sore hari. Sepanjang hari, burung tidak pernah dikerodong. Mandi dua kali sehari, pagi dan sore. Tapi pada hari lomba, atau Minggu, burung tidak perlu dimandikan,” kata Heru, didampingi Nanank.
Khusus sehari menjelang lomba (H-1), atau Sabtu, porsi jangkrik digenjot. Dalam hal ini, pada Sabtu sore, No Limit digelontor jangkrik hingga 30 ekor. Dengan demikian, ada waktu sekitar 12 jam untuk memproses pakan hidup itu menjadi amunisi nutrisi terpenting saat berlomba, yaitu protein (terkait dengan daya fighter) dan energi metabolisme (terkait power dan stamina).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
—-
Pada saat di lapangan, sebelum lomba, No Limit kembali diberik 5 ekor jangkrik, tanpa extra fooding (EF) yang lainnya. “Dengan setelan inilah, No Limit selalu tampil ngotot, nagen, serta mengeluarkan tembakan dengan speed rapat dan irama lagu yang dinamis,” tambah Heru.
Heru Tronix dan Nanank Tato sempat down, lantaran No Limit pernah beberapa kali tidak masuk “10 besar”. Apabila penyebabnya ada gaco lain yang berprestasi atau karena performa No Limit memang sedang menurun, keduanya masih bisa menerima, karena itu merupakan bagian dari sportivitas dan fairplay.
“Yang menjengkelkan, penyebabnya justru akibat penilaian para juri yang tidak fair. Akhirnya, kami memutuskan untuk tidak lagi menurunkan No Limit dalam even-even di Cilacap,” kata Heru Tronix.
Buah kesabaran Heru dan Nanank akhirnya terlihat, justru ketika No Limit dimainkan di luar Cilacap, dengan terus meraih prestasi dan terdengar oleh seorang kicaumania asal Pontianak, yang kemudian melakukan take-over.
Meski sudah kehilangan No Limit, Duet Maut ini akan melanjutkan kebiasaannya selama ini. Mencari burung rumahan, namun memiliki prospek bagus, lantas dipolesnya hingga menjadi langganan juara, persis seperti yang dilakukannya terhadap No Limit.
—-