Prospek breding cucakrawa tahun 2014
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
—-
Tabloid Agrobur masih menempatkan cucakrowo sebagai burung yang paling menguntungkan untuk ditangkarkan tahun depan (2014). Om Kicau sepakat, serta memasukkannya dalam level 1 bersama murai batu.
Ada beberapa alasan yang diungkap Agrobur. Sampai saat ini, anakan cucakrawa masih tetap dicari dan memiliki nilai jual sangat tinggi. Anakan cucakrawa umur 1 bulan lebih, atau sudah bisa makan sendiri, dibanderol pada kisaran Rp 7 juta – Rp 8 juta sepasang.
Harga ini memang bervariasi, tergantung dari tingkat kepercayaan konsumen terhadap penangkar / breeder itu sendiri. Sebab ada juga yang menjual anakan cucakrowo dengan umur yang sama hanya seharga Rp 3,5 juta per ekor, atau Rp 6 juta per pasang.
Kisaran harga yang ditampilkan Agrobur itu nampaknya mengacu pada penangkaran cucakrowo H Syafruddin, di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang memang memiliki puluhan pasang indukan berkualitas top-markotop.
“Permintaan cucakrowo dari tahun ke tahun terus meningkat, padahal harga juga naik terus. Mereka umumnya membeli cucakrowo yang masih anakan,” kata H Syafruddin kepada Agrobur.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Banyak kicaumania yang heran, kenapa cucakrowo yang pamornya di lomba burung terus merosot, namun tetap digemari banyak orang. Mengapa burung mahal itu tetap laris, meski hanya dijadikan burung rumahan.
Menurut H Syafruddin, mahalnya harga cucakrowo disebabkan populasi di alam liar memang sudah makin menipis, bahkan susah sekali untuk menjumpai di habitatnya. “Di hutan-hutan sudah mulai menyusut. Di sisi lain, banyak breeder yang mengalami kendala atau kesulitan teknis,” ujarnya.
Namun, jawaban ini belum menemukan konteks dengan alasan mengapa banyak orang masih terus menggemari cucakrowo, ketika burung ini sudah jarang dilombakan, bahkan sebagian besar event organizer (EO) sepertinya sudah “menghapus” kelas cucakrowo.
Berdasarkan pengamatan Om Kicau, hal ini tidak terlepas dari filosofi Jawa mengenai seorang lelaki sejati, yang harus memiliki lima hal: wisma (rumah; boleh diartikan apa adanya, tempat kediaman / beristirahat), wanodya (perempuan; bisa diartikan istri, pendamping hidup), turangga (kuda; boleh diartikan sebagai kendaraan: mobil, motor), curigo (keris, senjata; bisa diartikan sebagai kecerdasan, kebijakan, juga kekayaan), dan kukilo (burung; bisa juga diartikan sebagai hobi, apapun jenisnya).
Sebagai bagian terbesar dari penduduk Indonesia, masyarakat Jawa bukan hanya terkonsentrasi di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia. Mereka, terutama kaum tua yang masih menjunjung filosofi ini, akan memilih dua jenis burung sebagai ikon kukilo: perkutut dan cucakrowo.
Perkutut dan cucakrowo menjadi burung kelangenan sejak nenek-moyang kita, dan sering dianggap melambangkan status sosial pemiliknya. Anggung perkutut masih dapat terdengar dari jarak sekitar 100 meter.
Cucakrowo lebih lantang lagi. Di masa lalu, ketika rumah-rumah belum berimpitan seperti sekarang, kicau cucakrowo bisa terdengar dalam radius 1 km. Apalagi kalau suaranya ropel, dan terus-menerus berkicau, bisa membuat pemiliknya bangga.
Itu sebabnya, penggemar burung cucakrowo umumnya kalangan yang sudah berusia tua, atau anak-anak mereka yang sejak kecil dididik mengenai filosofi kehidupan seorang lelaki dewasa. Sebagian lagi memang penggemar sejati cucakrowo, yang tidak peduli soal filosofi, tetapi memang menyukai keindahan suaranya.
Beberapa penangkar kondang seperti H Syafruddin pun acapkali kedatangan pembeli dari kalangan anak muda. Mereka membeli untuk ditangkar kembali, karena tahu persis permintaan pasar selama ini bagus, dan harganya relatif stabil bahkan cenderung naik.
Semoga ini bisa beberapa pertimbangan bagi Anda yang ingin menangkar cucakrowo di tahun 2014, meski harus menguasai betul sifat, karakter, kebiasaan, dan perilaku burung cucakrowo. Sebagian ilmu tentang cucakrowo bisa Anda pelajari di website omkicau.com. (*)
Sebelumnya << >> Berikutnya