Untuk urusan kenari, Sounda Grisyandi memang jagonya. Sudah 10 tahun lebih dia jadi penangkar kenari. Kini dia juga dipercaya menjadi ketua Paguyuban Kenari Jabodetabek (PKJ) menggantikan Nova Smith, sang pendiri yang menghendaki adanya regenerasi. Di bawah bendera Gudang Kenari Bird Farm Depok, Om Sounda menangkar berbagai jenis kenari. Untuk produk lomba, dia menggunakan pejantan trah juara.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Beberapa pejantan trah juara yang digunakannya adalah KGB, Si Iklan, Jodar, Capulet, Pegasus, dan Steal. Semuanya merupakan jenis F2 yorkshire (YS).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Adapun untuk jenis spanish timbrado (ST) lokal, dia menggunakan pejantan Little Buldozer. Produk yang dihasilkan beragam, mulai dari F1, F2, AF, ST lokal, hingga fife fancy.
Om Sounda sengaja menggunakan pejantan trah juara, karena pelanggannya selama ini didominasi kalangan pemain. Mereka biasanya membeli sejak masih anakan, kemudian dimaster sesuai dengan selera masing-masing.
Sudah banyak produknya yang moncer di lapangan. “Selain karena kualitas genetiknya memang bagus, semua itu juga karena konsistensi perawatan dari masing-masing pemilik burung,” kata Om Sounda merendah.
Kalau induk pejantan didominasi kenari YS trah juara, maka induk betina yang ada dalam penangkarannya lebih bervariasi. Selain induk betina YS, ada juga ST, fife fancy, dan sebagainya.
Semua induk betina ditempatkan dalam kandang breeding khusus, dan dikawinkan secara bergiliran. “Jadi, induk betina tidak dikawinkan secara sekaligus, tetapi bergantian. Sebab kami memang berorientasi pada mutu anakan, bukan kuantitas,” jelas Om Sounda.
Misalnya untuk periode tertentu, dia hanya mencetak F1 dengan dengan menyiapkan betina AF dan pejantan YS. Setelah itu, periode berikutnya, dia mencetak F2, atau ST, atau jenis lainnya. Dengan cara seperti ini, dia lebih mudah menyeleksinya. “Anakan tiga bulan sudah pecah suaranya,” ungkapnya.
Karena perkawinan dilakukan dengan sistem bergilir, produk anakannya relatif terbatas. Padahal permintaan dari pelanggan Gudang Kenari lumayan tinggi. Dalam penangkaran kenari, Om Sounda berkolaborasi dengan koleganya: Heru dan Andri Moelana.
Poligami sistem kawin-angkat
Dalam penangkaran di Gudang Kenari BF, kandang-kandang diletakkan secara berjajar serta bertingkat, dengan cara ditempelkan pada tembok ruangan. Sebagian lagi digantung. Tiap kandang memiliki ukuran panjang 60 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 50 cm. Silakan lihat gambar di bawah ini.
Untuk menghemat induk jantan, perkawinan dilakukan secara poligami sistem kawin-angkat. Jantan dimasukkan ke kandang betina hanya untuk kawin. Setelah kawin, induk jantan diangkat dan dimasukkan ke kandang betina lainnnya. Selanjutnya, induk betina yang sudah dikawini akan bertelur dan mengeram.
“Induk betina dan jantan sengaja berganti-ganti pasangan, dengan tujuan untuk mendapat anakan yang terbaik. Betina yang baru berproduksi langsung diistirahatkan agar kualitas produknya tetap bagus,” kata Om Sounda.
Anakan kenari yang sudah menetas dibiarkan dirawat induknya selama 1 minggu. Setelah itu dipanen atau dipindah ke sangkar khusus yang dilapisi kawat halus dan dilengkapi lampu penghangat.
Om Sounda, atau perawatnya, kemudian meloloh anakan. Ring dipasang saat anakan berumur 7-10 hari. Produk Gudang Kenari BF menggunakan ring berkode x-baru dan Amclf.
Menjelang remaja dan suudah bisa makan sendiri, anakan dimasukkan ke sangkar soliter: 1 sangkar 1 ekor burung. Biasanya hanya kenar jantan yang dipasarkan, kecuali memang ada yang membutuhkan kenari betina.
F1 YS lokal umur 1 bulan Rp 1,25 juta
Harga anakan kenari di Gudang Kenari tergantung jenisnya. Untuk F1 YS umur 1 bulan, harga dibanderol Rp 1,25 juta / ekor. Kalau ST lokal dengan umur yang sama hanya Rp 500 ribu per ekor.
Jika pembeli ingin mencetak kenari isian, maka sejak dini bisa dimaster dengan suara burung blackthroat, perenjak, ciblek, dan sebagainya.
Meski blackthroat menjadi masteran favorit untuk kenari isian, Om Sounda secara pribadi kurang menyukainya. Sebagian besar kenari isian yang mengikuti lomba memang punya isian blackthroat.
“Saya pribadi kurang suka lagu blackthroat untuk burung lomba. Lebih bagus isian burung lokal seperti perenjak atau ciblek. Power dan volumenya menjadi lebih keras, melebihi lagu blackthroat,” ujarnya. (d’one)