Lomba Burung Berkicau Kapolres Magetan Cup baru akan berlangsung 10 hari ke depan di Mapolres Magetan, Minggu, 2 Februari 2014. Namun pesanan tiket membeludak, terutama di kelas lovebird. Itu sebabnya, panitia yang diketuai Muhammad Bader dan ketua pelaksana Edy Kim menambah satu kelas lovebird lagi sehingga menjadi tiga kelas.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sesi tambahan ini dimasukkan ke Kelas Kabag dengan tiket seharga Rp 80.000. Bagi kicaumania yang ingin mengikuti even ini tetapi belum memesan tiket, silakan menghubungi Budi Azerehe (0812 3432 9480) untuk memesan dan / atau mengecek ketersediaan tiket di masing-masing kelas.
Menurut Budi Azerehe, tiket untuk beberapa kelas lainnya juga makin menipis, terutama murai batu, cendet, cucak hijau, kacer, anis merah, dan kenari. Sejak brosur lomba dipublikasikan melalui Tabloid Agrobur dan Om Kicau, Budi sudah meyakini even ini bakal dibanjiri peserta.
Apalagi Budi Azerehe dan beberapa anggota panitia lainnya memiliki jaringan cukup luas, termasuk para pemain di wilayah Solo Raya dan seputar Jogja. Diharapkan para pemain dari wilayah pantura, baik di Blok Timur dan Blok Tengah, juga ikut hadir meramaikan even Kapolres Magetan Cup.
“Kami melakukan semacam jemput bola. Teman-teman kami hubungi melalui telepon, SMS, BBM, dan media komunikasi lainnya. Intinya supaya segera pesan tiket, selagi tiket masih tersedia,” kata Budi.
Malam hari sebelum lomba, atau Sabtu (1/2) mulai pukul 18.30, panitia akan menggelar Welcome Party di Mapolres Magetan, yang diikuti seluruh peserta dan dihadiri Kapolres Magetan AKBP Riky Haznul SIK.
Kemasan even ini memang menarik: tiket terjangkau, tetapi hadiahnya wah. Lihat saja, dengan tiket Rp 150.000, juara pertama bisa membawa pulang hadiah 2,5 juta. Tiket Rp 100 ribu, hadiah juara 1 Rp 1,5 juta, tiket Rp 80 ribu hadiah untuk juara 1 Rp juta, dan tiket Rp 60.00 hadiah Rp 750 ribu.
Panitia menjamin semua hadiah diberikan secara autuh, tanpa potongan. Juara 1- 3 juga mendapat trofi eksklusif patung polisi.
Doorprize utama berupa sepeda motor, yang bisa langsung dibawa pulang tanpa biaya adminstrasi apapun. Bahkan, di setiap kelas tersedia doorprize 1 unit TV 21 inci. Masih banyak bingkisan kejutan lainnya, seperti puluhan angpau bernilai jutaan rupiah.
Ini baru dari sisi hadiah. Dari sisi teknis lomba juga banyak hal baru yang belum tentu dijumpai dalam even lain. Misalnya untuk kali pertama di wilayah Jalaratu (wilayah Jawa Timur bagian barat), panitia menggunakan dua pagar. Setiap satu tiket / satu burung hanya boleh diikuti dua orang yang masuk ke dalam pagar pertama.
“Pembatasan jumlah peserta dan penonton yang paling dekat dengan pagar utama diharapkan lebih mudah dalam menjaga dan mengendalikan suasana lomba, sehingga even bisa tertib, tidak ada yang teriak-teriak,” tambah Budi Azerehe.
Kapolres Riky Haznul kebetulan juga seorang kicaumania. Beberapa kali dia hadir dalam lomba burung berkicau di wilayah kerjanya, termasuk saat berlangsung kontes Magetan The Beauty of Java di Telaga Sarangan, beberapa waktu lalu.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Berdasarkan pengalamannya melihat lomba, yang umum terjadi antara lain budaya saling tunggu saat mau menggantang, dan kebiasaan berteriak yang membuatnya tidak bisa menikmati suara burung. Itu sebabnya, muncul ide menggelar lomba burung yang benar-benar berbeda dari yang pernah dilihatnya selama ini.
Setelah tokoh-tokoh burung berkicau di Magetan berkumpul, akhirnya disepakati menggelar kontes Kapolres Magetan Cup, yang diketuai Muhammad Baderi dan ketua pelaksana Edy Kim. Kapolres hanya berpesan: “Lomba harus sukses!”
Sukses menyangkut beberapa aspek: jumlah peserta harus ramai, sehingga kemasan mesti menarik. Sukses berikutnya adalah lomba harus tertib, tidak saling tunggu, tidak berteriak, serta tim juri harus bekerja dengan cermat dan fair agar tak ada komplain berlebihan, syukur-syukur nihil protes.
Kapolres memang berkepentingan dengan lomba ini. Pertama, sebagai sarana mendekatkan diri dan korpsnya dengan masyarakat Magetan, khususnya komunitas kicaumania. Kedua, kalau lomba dapat berjalan sukses, maka akan meninggalkan kesan indah bagi peserta khususnya dari luar kota. Ini bisa menyokong pencitraan Kabupaten Mageta.
Kalau even Kapolres Magetan Cup dapat berjalan sukses, secara tidak langsung ikut mempromosikan nama daerah ini, termasuk potensi ekonominya yang didominasi sektor pariwisata, kerajinan sepatu, kuliner, dan sebagainya.
“Saya pun bagian dari masyarakat Magetan. Senang rasanya jika masyarakat luar daerah dapat lebih mengenal Magetan. Mungkin sekarang orang tahunya Telaga Sarangan, tetapi belum tentu tahu ada sentra kerajinan sepatu di Jalan Sawo yang kualitasnya tak kalah dari produk impor,” ujarnya.
Bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal Lanud Iswahyudi berada di Madiun. Padahal sekitar 90 persen area lanud masuk wilayah Magetan. “Kalau semua pihak ikut bergandengan tangan mempromosikan daerah, tentu akan lebih efektif, termasuk kali ini kami melalui lomba burung,” kata Kapolres Magetan. (Waca)