Di sela-sela kesibukan mengurus Dika Bird Farm, penangkaran burung kenari di Boyalali, Komo menyempatkan hadir dalam even Perwira Cup di Bekonang, Sukoharjo, Minggu lalu (9/2). Dia datang membawa Melody, kenari ingusan yang belum berpengalaman mengikuti lomba. “Kalau tak pernah dicoba di lapangan, burung tak pernah merasakan suasana lomba,” kata dia. Dalam even ini, Melody tampil sebagai runner-up, prestasi lumayan untuk burung muda debutan baru.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dika BF merupakan salah satu breeder kenari cukup besar, setidaknya di wilayah Boyolali. Om Komo saat ini memiliki induk betina lebih dari 50 ekor. Induk betina terdiri atas F1 dan F2. Adapun pejantan lebih beragam, mulai dari YS, F1, F2, hingga F3.
Sebagian besar produknya dilempar ke Jawa Barat. “Terus terang, permintaan pasar selalu melebihi kapasitas produksi. Jadi kami belum bisa memenuhi semua permintaan calon pembeli,” kata Komo.
Penangkaran kenari yang dijalankannya cukup unik. Dia tidak sekadar menjual kenari hasil breeding Dika BF, namun burung yang sudah dilatih dan dijajal di berbagai even. Istilahnya, produknya adalah kenari siap lomba.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sebagian besar merupakan hasil ternaknya sendiri, dan sebagian lagi kenari prospek milik koleganya, yang juga sudah dipoles dan dicoba di berbagai even.
Selain itu, tak semua anakan produksi Dika BF dibesarkan Om Komo. Sebagian piyikan “dijual” dulu ke beberapa koleganya, untuk dirawat dan dibesarkan.
Setelah berumur sekitar 6 bulan, atau mulai belajar bunyi, kenari dibeli lagi oleh Om Komo. Tentu saja dengan memberikan keuntungan cukup tinggi kepada koleganya, karena yang memelihara juga memiliki risiko (misalnya mati).
Burung-burung ini kemudian dipoles Om Komo, dan dicoba di berbagai arena latber. Jadi, burung sudah terbiasa dalam situasi lomba, dan dapat bertarung dengan baik. Istilahnya sudah dalam kondisi siap lomba. Burung dalam kondisi siap lomba inilah yang banyak dipesan pelanggannya dari Jawa Barat.
Om Komo juga menampung kenari-kenari hasil penangkaran teman-temannya di Salatiga, Klaten, dan wilayah Solo Raya lainnya. Sebab, seperti dijelaskan sebelumnya, permintaan pasar selalu melebihi kapasitas produksi di Dika Bird Farm.
Kenari siap lomba harus dijajal dulu dalam latber atau lomba lokal. Misalnya Melody, yang akhirnya menjadi runner-up dalam even Perwira Cup di Sukoharjo, Minggu (9/2) lalu.
Melody masih muda usia, belum berpengalaman mengikuti lomba, tapi sudah berani bertarung dan rajin bunyi. Materi lagunya merdu dan panjang-panjang. “Jadi, kita dapat mengetahui pasti kualitas burung siap lomba tersebut, sekaligus menjadi salah satu faktor dalam menentukan harga,” kata Om Komo.
Biasanya, burung seperti ini tidak langsung dijual, tetapi masih dicoba dalam beberapa even lebih besar lagi. “Memang masih perlu dipoles lagi supaya makin matang saat dilombakan,” tambahnya.
Rencananya, Melody akan dibawa ke Valentine Day di Jogja, Minggu (16/2) mendatang. Pasalnya, di sana sudah banyak pemantau yang datang. Kalau bisa masuk 10 besar saja, biasanya langsung dilirik para pemantau.
Mengapa justru memiliih target pasar Jawa Barat, bukan ke Jawa Tengah dan DIY yang lebih dekat? Menurut Om Komo, sejak semester genap tahun lalu, dia sering mengikuti lomba di Blok Barat yang memang paling ramai untuk kelas kenari dan anis merah.
Sambil berlomba, dia membawa burung-burung prospek hasil penangkarannya, dan sebagian kenari siap lomba milik teman-teman di Boyolali. Dari situlah nama Dika BF mulai dikenal, dan banyak juga pemain yang melakukan pembelian langsung di lapangan, atau minta dikirim dari Boyolali. (Waca)