Masalah umum yang pernah dialami sebagian sobat kicaumania adalah ketika burung kicauan tidak mau makan jangkrik. Hal ini biasanya terjadi pada beberapa jenis burung ocehan yang popular, misalnya kacer, murai batu, cucak jenggot, dan sebagainya. Apa penyebab burung yang tadinya mau makan jangkrik, tiba-tiba emoh dberi serangga tersebut? Bagaimana menyiasati burung yang tak mau makan jangkrik?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebagian besar jenis burung kicauan yang kita pelihara terbiasa diberi pakan hidup berupa jangkrik. Bahkan, jika dicermati, kebutuhan jangkrik pada burung kicauan lebih tinggi daripada kroto.
Sebab jangkrik umumnya diberikan 2 kali sehari (pagi – sore), bahkan atau ada juga yang tiga kali sehari (pagi – siang – sore).
Jangkrik diberikan dalam rangka meningkatkan birahinya secara optimal, sehingga burung menjadi rajin bunyi atau gacor.
Pemahaman inilah yang banyak dipakai sobat kicaumania, baik penggemar burung rumahan atau mereka yang sering ke lapangan untuk melombakan burungnya.
Bagi kalangan pemain, porsi pemberian jangkrik biasanya ditingkatkan pada H-2 (Jumat), atau bisa juga H-1 (Sabtu). Bahkan pada saat lomba, baik menjelang digantang pada sesi pertama, maupun menunggu sesi kedua dan seterusnya, selalu ada setelan mengenai porsi pemberian jangkrik.
Nah, semua ini bakal menjadi berantakan ketika burung tiba-tiba ngambek dan menolak makan jangkrik. Bagi burung lomba, dipastikan tak akan mampu bersaing di arena lomba. Bagi burung rumahan, si pemilik bakal kehilangan kesempatan untuk mendengar kicauan merdu seperti sebelum “mogok makan jangkrik”.
BEBERAPA PENYEBAB BURUNG TAK MAU MAKAN JANGKRIK
Ada beberapa faktor yang menyebabkan burung tiba-tiba tidak mau lagi makan jangkrik. Tetapi dua faktor berikut ini sangat dominan, yaitu :
1. Masalah psikologis / traumatis
Sama seperti manusia, burung dan satwa lainnya juga bisa mengalami stres ringan, stres berkepanjangan, bahkan gangguan psikologis lainnya yang mengarah pada trauma.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Burung yang trauma makan jangkrik biasanya bermula dari adanya perlawanan jangkrik, seperti meronta bahkan menggigit bagian dalam rongga mulutnya ketika serangga ini belum mati. Apalagi jangkrik yang diberikan berukuran besar, dengan kulit dan daging yang lumayan keras.
2. Sakit pada saluran pencernaan
Kasus lain yang sering terjadi adalah burung mengalami gangguan pada saluran awal pencernaannya, yaitu mulut, kerongkongan (esofagus), dan tembolok (crop). Sebab dalam ketiga organ pencernaan ini, jangkrik belum mengalami proses pencernaan seutuhnya,
Ketika pakan serangga masuk ke saluran awal pencernaan, dan ada beberapa individu jangkrik dengan daya tahan hidup luar biasa mencederai bagian pencernaan tersebut, burung akan mengalami kesulitan menelan. Ini yang membuatnya tidak mau makan jangkrik lagi.
Ada informasi yang menyebutkan bahwa burung tidak mau makan jangkrik karena tenggorokannya sakit. Informasi ini jelas keliru, sebab tenggorokan merupakan bagian dari organ pernafasan, bukan pencernaan. Apakah mungkin makanan masuk ke saluran pernafasan? Jadi, yang benar adalah kerongkongan.
3. Burung kehilangan nafsu makan akibat sakit
Sebagian penyakit burung memiliki gejala klinis berupa penurunan nafsu makan. Jika burung sudah mulai jarang mengkonsumsi pakan dalam bentuk apapun, tentu jangkrik dalam cepuk pun tidak akan disentuh.
Khusus untuk faktor penyebab ini, satu-satunya terapi adalah menyembuhkan penyakitnya. Kalau burung sudah sehat, tentu dia mau makan lagi, termasuk makan jangkrik.
Silakan cek beberapa penyakit umum pada burung di sini, dan carilah penyakit yang ditandai dengan gejala penurunan nafsu makan. Untuk referensi tambahan terkait kesehatan burung, Anda bisa melihat pula artikel-artikel penting dalam Klinik Kesehatan Burung.
MENGATASI BURUNG TAK MAU MAKAN JANGKRIK
Tips ini hanya berlaku untuk faktor penyebab yang pertama (trauma) dan kedua (sakit pada saluran pencernaan). Untuk menyiasati burung yang tidak mau makan jangkrik, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan:
Pertama, berikan jangkrik berukuran kecil, karena kulit dan dagingnya masih lembut. Dengan demikian, burung tidak akan kesulitan menelannya dan tidak melukai saluran pencernaan yang sebelumnya agak terluka.
Bagi burung yang mengalami trauma, jangkrik kecil juga bisa diberikan, tetapi bagian kepala dan semua kaki belakang dihilangkan dulu, sehingga burung merasa nyaman. Pada kasus trauma yang berat, boleh jadi burung tetap tidak mau makan jika tidak kita lolohkan, atau minimal kita sodorkan dengan bantuan lidi.
Selain jangkrik kecil, jangkrik yang baru ganti kulit (jangkrik warna putih) juga memiliki tubuh yang masih lembut sehingga bisa diberikan untuk merangsang burung mau makan lagi.
Masalahnya, tidak mudah untuk memperoleh jangkrik yang sedang ganti kulit, kecuali jika Anda beternak jangkrik, atau memiliki teman yang beternak jangkrik. Terkadang kita bisa menemukan jangkrik putih di dalam kotak penyimpanan jangkrik, tetapi dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kedua, berikan bagian perut jangkrik saja ke dalam wadah pakan. Aroma khas jangkrik bisa menarik minat burung untuk mencobanya. Ketika pakan ini dirasa tidak menyakitinya, burung akan ketagihan dan meneruskan makannya.
Ketiga, perhatikan jangkrik yang disukai burung. Ada beberapa burung yang memiliki preferensi (pemilih) terhadap pakan yang diberikan, termasuk pakan jangkrik.
Jika sudah terbiasa makan jangkrik alam, sebagian burung akan menolak ketika diberi jangkrik jenis lain, seperti jangkrik kalung. Begitu pula sebaliknya. Burung yang terbiasa diberi jangkrik kalung, belum tentu mau diberi jangkrik alam.
Akibatnya, kita sering menyangka burung tidak mau makan jangkrik, padahal sebenarnya dia mau, tetapi kita memberikan jangkrik yang tidak disukainya.
Di pasaran banyak beredar jenis jangkrik dengan beraneka warna. Ada jangkrik dengan warna full hitam, bahkan ada juga yang berwarna mirip kecoak (belang-belang). Untuk itu, silakan perhatikan jenis jangkrik yang ditolak dan diterima burung, lalu cobalah berikan jenis jangkrik yang berbeda.
Keempat, berkebalikan dari siasat ketiga, yaitu mengganti jenis jangkrik. Jika burung tak mau lagi makan jangkrik dari jenis yang biasa disantapnya, dan Anda sudah melakukan sisasat pertama dan kedua, maka siasat keempat ini bisa dipakai.
Bagaimana kalau masih mentok? Untuk burung yang mengalami gangguan pada saluran pernafasan, bisa dicoba menggunakan terapi BirdBlown. Campurkan 1/2 sachet kecil BirdBlown ke dalam 30 – 50 ml air minum (setara dengan wadah minum untuk burung ukuran tanggung).
Bisa juga dioleskan ke kroto atau buah. Dosisnya cukup ambil sejumput serbuk BirdBlown, atau seukuran pentol korek api jres, kemudian dioles ke kroto maupun buah-buahan. Lakukan terapi ini selama 4 -6 hari, kemudian coba lagi satu-persatu siasat di atas, mulai dari siasat pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Kata kuncinya tetap sabar dan telaten, karena kita mengurusi nyawa, bukan benda mati.
Di luar seluruh siasat yang diberikan Om Kicau, sebenarnya masih ada upaya alternatif ketika burung tak mau lagi makan jangkrik. Caranya adalah beralih dari jangkrik ke tepung jangkrik. Anda bisa membuatnya sendiri. Om Kicau pernah memberikan panduannya di sini.
Dari aspek kualitas gizi, khususnya protein, tepung jangkrik justru lebih bagus daripada jangkrik hidup. Pemberiannya bisa dicampur dengan kroto dan / atau voer.
Namun perlu juga diperiksa tingkat kegacoran burung setelah dibiasakan makan tepung jangkrik. Meski kandungan protein lebih tinggi, sangat dimungkinkan beberapa individu burung pemakan serangga akan mengalami penurunan performa suara, lantaran burung kehilangan naluri menyantap pakan hidup.
Sekali lagi, kasus ini tidak bersifat general, melainkan bisa dialami pada individu burung tertentu. Apabila performa suara (dan gaya) tidak terpengaruh, pemberian tepung jangkrik malah lebih praktis.
Semoga bermanfaat.