Artikel ini tidak bermaksud mengkultuskan seseorang, melainkan sekadar menjadi trigger bagi pegiat event organizer (EO) lomba burung berkicau, untuk mempercepat terwujudnya lomba burung yang benar-benar fairplay, tertib (tanpa teriak), disiplin (saat menggantang), dan tertib administrasi (data hasil lomba). Jika Om Kicau memberi judul Adry Riady Efek, itu karena ada sosok yang telah terbukti mampu menjalankannya dengan baik, dan bisa dijadikan salah satu rujukan terbaik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ada tiga even besar yang berlangsung sukses dalam satu bulan terakhir ini. Pertama, Lomba Burung Berkicau Pangdam III / Siliwangi Cup di Bandung, 25 Mei 2014. Kedua, Lomba Burung Berkicau Ebod Jaya Cup di Surabaya, 1 Juni 2014. Ketiga, Gubernur Jawa Barat Cup di Bogor, 8 Juni 2014.
Dua even yang disebut pertama digelar oleh Ronggolawe, EO yang sedang naik daun. Adapun even ketiga digelar Yayasan BnR pimpinan Bang Boy, yang reputasinya juga tak perlu diragukan lagi.
Hampir semua kicaumania yang mengikuti salah satu, dua even, atau ketiga even itu mengakui kalau sistem penjurian berjalan relatif bagus, memenuhi kaidah fairplay, sehingga meminimalkan potensi komplain dan protes dari para peserta.
Begitu juga aspek penyelenggaraan secara umum, termasuk kedisiplinan peserta saat menggantang burung, juga budaya teriak yang relatif meredup. Dua hal ini kerap mewarnai lomba burung berkicau di berbagai daerah, namun bisa diredam dalam gelaran Pangdam Siliwangi Cup, Ebod Jaya Cup, dan Gubernur Jawa Barat Cup.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Yang menarik, pada ketiga even akbar tersebut terdapat sosok kicaumania yang sama, yang bertugas memantau dan mengawasi penjurian. Khusus gelaran Ebod Jaya Cup di Surabaya, sosok ini menjadi tempat “berguru” bagi sejumlah panitia inti.
Sosok tersebut tidak lain adalah Om Adry Riady dari Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam Pangdam Siliwangi Cup, dia sengaja didatangkan oleh H Ebod, pimpinan Ronggolawe Team sekaligus owner Ebod Jaya. Tugasnya adalah sebagai ketua pelaksana lomba.
Kesuksesan even Pangdam Siliwangi Cup dan Ebod Jaya Cup
Tentu bukan tanpa jika H Ebod merasa perlu mengundang Om Adry jauh-jauh dari Bangka Belitung. Om Kicau pun pernah mengulas masalah ini. Singkatnya, semuanya karena kapabilitas (kemampuan) dan pemahamannya soal lomba burung.
Hal ini juga dalam rangka perbaikan yang dilakukan Ronggolawe Team, menyusul even Jakarta Cup I di Lapangan Monas sepekan sebelumnya (18 Juni 2014), yang diakui memiliki sejumlah kelemahan.
Pangdam Siliwangi Cup berjalan mulus, aman, dan sukses. Adry diakui cukup berperan penting. Hal ini juga diakui orang-orang di luar kepanitiaan, seperti Andre “Obelix” Sutanto dan Jimmy DS, yang datang dari Surabaya untuk mematangkan persiapan even Ebod Jaya Cup 1 Juni 2014.
Mulusnya penjurian di Pangdam Siliwangi Cup juga diakui menjadi tonggak atau fondasi kesuksesan even Ebod Jaya Cup di Surabaya. Andre mengakui hal ini, dan secara khusus berkonsultasi dengan Adry dalam hal penilaian.
Kita kemudian tahu, Ebod Jaya Cup secara umum sangat sukses dan hingga kini masih menjadi buah bibir kicaumania, mulai dari ketertiban peserta sampai penjuriannya.
“Sayang, karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, Om Adry tidak bisa datang dan menyaksikan langsung kesuksesan Ebod Jaya Cup di Surabaya. Dia mengaku menyesal tidak bisa melihat sendiri ketertiban peserta dan penonton di Surabaya, yang biasanya suka berteriak lantang. Kami berterima kasih atas saran dan masukannya. Secara tidak langsung, Om Adry ikut membantu suksesnya even di Surabaya,” kata Andre Obelix.
Tentu kesuksesan even Pangdam Siliwangi Cup dan Ebod Jaya Cup, dua gelaran Ronggolawe, bukan semata-mata karena peran Adry. Semua personel panitia punya peran penting sesuai dengan bidang tugas dan job description masing-masing. Tetapi tanpa komandan atau pengarah yang baik, belum tentu yang baik-baik bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Pengawas lomba Gubernur Jawa Barat Cup
Tanggal 8 Juni lalu, Om Adry dipanggil untuk menjadi pengawas lomba Gubernur Jawa Barat Cup di Bogor. Selama ini, dia memang memang masuk struktur organisasi BnR, yaitu menjadi Pengawas BnR Bangka Belitung. Jadi, lumrah saja jika Yayasan BnR Pusat membutuhkan jasanya, meski bertugas di luar wilayah kerjanya.
Penjurian dalam kontes Gubernur Jawa Barat Cup pun dilaporkan berlanggsung mulus, tanpa dihiasi protes. Sejumlah peserta terang-terangan menyebutkan, salah satu faktornya karena ada semacam Adry Riady Efek. Dari pesertalah Om Kicau mengambil istilah ini, yang sebenarnya mengadopsi pada tren setelah Pemilu Legislatif 2014: Jokowi Efek atau Prabowo Efek.
Konteks Adry Riady Efek di sini bukanlah meminta Om Adry untuk menjadi pengawas di setiap lomba burung. Tapi setiap EO, terutama di lini penjurian, benar-benar dapat menjalankan tugas secara fairplay, tak peduli burung siapa, tak peduli ada big boss atau tidak.
Om Kicau lalu mencoba mengkonfirmasi langsung kepada Om Adry soal istilah tersebut. Eh…, dianya malah tertawa.
“Ha ha ha, masa sih sampai segitunya. Orang-orang terlalu berlebihan menilai saya. Saya hanya coba menjalankan tugas secara benar, dan bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi tanggung jawab saya,” ujarnya merendah.
Karena ini amanah, dia selalu menekankan kepada para juri agar bekerja tanpa pernah memedulikan siapa pemilik burung. Faktanya, dia sendiri tidak tahu persis yang berlomba itu burung siapa. Sebab dia memang jarang ikut lomba di Jawa.
“Jika ada satu-dua orang peserta yang saya kenal, bahkan berteman, ya iyalah. Tetapi, alhamdulillah, itu tidak mempengaruhi bagaimana saya harus bekerja secara profesional,” kata Om Adry.
Apapun istilahnya, dia hanya ingin membawa virus kebaikan kepada para pegiat EO lomba burung di mana pun, agar selalu menomorsatukan kualitas penjurian, juga ketertiban dan kedisiplinan peserta.
Istilah Adry Riady Efek, dalam pandangan Om Kicau, harus dibaca bahwa semua penyelenggara even lomba burung (termasuk latber) harus memiliki cita-cita yang sama, sesuai dengan semangat dasar hobi burung kicauan.
Namanya hobi, tentu ingin mendapat kepuasan batin. Kalau disakiti melalui penjurian yang tidak fair, reaksi peserta sangat beragam. Ada yang kecewa, sakit hati, meski ada juga yang tetap happy.
Menjawab kritikan sebagian orang
Tak ada pohon tinggi yang bebas dari terpaan angin kencang. Meroketnya pamor Adry Riady dalam “mengendalikan” beberapa even akbar rupanya mengundang kritikan sejumlah pemain. Sebagian para pengkritiknya menyoal dua kaki Om Adry: kaki kanan di BnR, dan kaki kiri di Ronggolawe.
Bagaimana tanggapan Om Adry?
Lagi-lagi, dia tertawa saja menanggapi rumors tersebut. Diakuinya, dia dipercaya menjadi Pengawas Lomba BnR di Bangka Belitung. Tapi, sebagai pribadi, dia berteman dan dekat dengan semua orang, dari semua komunitas, dan dari sejumlahEO lomba burung.
“Saat dihubungi Haji Ebod, kebetulan jadwal BnR di Babel kosong, tidak ada lomba. Jadi, kenapa saya harus menolaknya? Prinsipnya, saya siap membantu siapa saja, EO apa saja, asal waktunya pas atau tidak saling berbenturan. Yang terpenting, tak melanggar aturan di masing-masing EO,” jelasnya.
Lebih dari itu, sampai saat ini, Om Adry juga tidak terikat perjanjian tertulis dengan pihak mana pun. Apabila di kemudian hari ada salah satu atau kedua EO ingin melepasnya, dia pun mengaku tidak ada masalah. “Tentu sangat siap, dan saya tidak mempermasalahkannya sama sekali,” tegasnya.
Kalau sekarang dipanggil di sini atau di sana, mungkin karena sedang dibutuhkan. Kalau nanti sudah tidak lagi diperlukan, ya tidak masalah. Itu sesuatu yang normal alias wajar-wajar saja.
“Sejak awal saya juga tidak di mana-mana, orang bebas. Kalau kemudian kembali menjadi tidak di mana-mana, ya sangat siaplah. Malah lebih enak, bisa ikut lomba lagi di mana-mana, tak ada beban,” kata Om Adry, kali ini serius, keluar dari lubuk hatinya.
Perkembangan terakhir, sebelum Om Kicau menurunkan artikel ini, BnR tetap memberi kepercayaan kepada Om Adry untuk membantu pelaksanaan lomba terakbar tahun ini, yaitu Presiden Cup III di Jakarta, Minggu (22/6) mendatang, atau tiga hari lagi.
Sama seperti dalam even Gubernur Jawa Barat Cup, dia juga kembali ditugaskan menjadi pengawas. Artinya, secara teknis tenaga dan keahlianbta masih dibutuhkan. Semoga saja semua tugas berat ini bisa dijalankan dengan baik, dan even Presiden Cup III bisa berjalan dengan lancar.
Partisipasi peserta dan penonton juga sangat diperlukan untuk mewujudkan lomba yang fairplay dan tertib. Kalau bukan kita siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi, he… he… (Waca)
Semoga bermanfaat.