H Hakim Arief sejatinya merupakan pemain lama.Dulu dia sering main di kelas cucakrowo, dengan gaco andalan bernama Don Juan dan sering juara. Setelah lama tidak turun ke lapangan, satu tahun terakhir ini Om Hakim kembali lagi dengan jago murai batu Sadewa Raja. Bukan hanya itu, dia juga memiliki breeding murai batu trah juara, dengan 13 pasang induk, tujuh di antaranya sudah produksi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Murai batu Sadewa Raja sering menjuarai berbagai ajang di kawasan Joglosemar, terkadang sampai lebih jauh lagi. Cukup istimewa dan luar biasa, mengingat Hakim Arief belum “punya nama” di kelas murai batu.
Beberapa prestasinya antara lain juara 1 KPU Cup Purworejo (9/3), juara 1 Bupati Cup Jepara (20/4), tiga kali juara 2 dalam KMYK Idol Jogja (25/5), juara 1 dan 3 Anniversary Bodem Jogja (8/6), dan juara 1 KLI Cup II di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, 15 Juni lalu.
Saat memenangi even KPU Cup Purworejo, musuhnya juga tidak enteng. Ada sejumlah nama besar seperti Rossy milik Gendon Jogja, dan Black Devil milik H Hasto Cilacap yang kemudian ditransfer ke Jakarta dan moncer di Ibu Kota.
Dalam KMYK Idol di Jogja, Sadewa Raja tiga kali juara 2, dua kali di antaranya berada di bawah Apollo milik Ronny Stiga.
SebenarnyaOm Hakim berencana membawanya ke Presiden Cup III di Jakarta, Minggu(22/6) besok. Dia sudah menyiapkan sangkar khusus BnR, juga kerodong Prescup.
“Ternyata Sabtu (hari ini) ada acara keluarga, jadi terpaksa batal ke Jakarta. Pilih yang dekat saja, insya Allah ke Kapolres Cup Salatiga,” tutur Om Hakim ketika ditemui di kediamannya, Jumoyo, Muntilan.
Mudah dalam perawatan
Om Hakim merasa senang memiliki murai batu Sadewa Raja. Selain kerap menjuarai lomba, burung ini juga mudah dalam perawatannya. Dia menyebut perawatannyasumper gampang dan super irit.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Menu harian hanya jangkrik, masing-masing lima ekor pada pagi dan sore hari. Sama sekali tanpa kroto dan tambahan lainnya. Mandi setiap pagi hari, kemudian dijemur selama dua jam,” ujarnya.
Siang hari, burung digantang di luar tanpa kerodong.Sore baru dikerodong sampai pagi.
Kalau mau lomba, porsi jangkrik mulai ditambah pada hari Sabtu,masing-masing 10 ekor pagi dan 10 ekor sore hari. Minggu sudah dikembalikan ke porsi normal:5 ekor.
“Di lapangan tidak ada perlakuan khusus.Juga tidak perlu dijauhkan dari burung sejenis. Berdekatan dengan sesama murai atau kacer selama di pedok juga tidak masalah,” kata Om Hakim.
Selain murai batu, Om Hakim juga mengoleksi jagoan kenari, yang belum lama ini diperolehnya dari Ronny Stiga Jogja. Namanya kenari Baladewa,sudah dicoba dalam Latpres Sembego, Maguwo, Jogja Timur, belum lama ini dan meraih juara 1 dan 2. “Untuk melengkapi saja, biar kalau lomba tak hanya bawa murai batu saja,” jelasnya.
Saat ini, Om Hakim beternak dua jenis burung. Breeding jalak suren ada di rumahnya di Jumoyo. Tapi murai batu dititipkan ke tempat saudaranya di Gulon (sebelum masuk Muntilan dari arah Jogja).
“Ada 13 pasang induk murai batu, tujuh di antaranya sudah produksi. Saya jualnya per pasang, harga anakan murai batu di tempat saya Rp 3,5 juta per pasang. Tapi harus sabar karena mesti antre dulu,” ujarnya.
Bagi yang ingin kontak lebih dekat, atau ingin tukar fikiran soal perawatan dan breeding murai batu, silakan kontak Om Hakim Arief di 0817 243 541 atau Pin BB 23883e3c. (Waca)