Om Kicau selalu mendukung kemunculan breeder-breeder burung berkicau, apapun jenisnya. Selain bisa membantu menekan angka perburuan burung di alam liar, usaha ini jelas amat menguntungkan mengingat penggemar burung di Indonesia hampir ada di setiap kota. Kali ini kita tampilkan kisah inspiratif Om Anggasona, pemilik Sekar Kencana Canary BF Jogja, yang mengaku belajar banyak dari ilmu-ilmu yang pernah diberikan omkicau.com. Bagus sekali untuk calon penangkar dan penangkar pemula.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Kicau sengaja membiarkan artikel ini dalam gaya bahasa orang pertama (aku), sesuai dengan apa yang dikerjakan dan dialami Om Anggasona. Selamat menikmati.
Beternak kenari? Ini pekerjaan yang dulu sama sekali tidak terlintas dalam fikiran saya. Benar, saat masih kuliah, saya bercita-cita kalau lulus ingin punya usaha sendiri. Apapun usahanya, yang penting saya tidak ingin bekerja pada orang lain, misalnya menjadi pegawai atau karyawan. Tetapi beternak kenari tak pernah ada dalam angan-angan saya.
Saya kelahiran Kota Belinyu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tahun 1984. Pada tahun 2013, saat masih berumur 19 tahun, saya merantau ke Jogja, kuliah di salah satu universitas swasta, dan menetap di Jogja hingga kini bersama istri dan seorang anak.
Uniknya, kehidupan saya dan keluarga saat ini justru ditopang dari usaha beternak kenari, pekerjaan yang dulu tidak pernah terfikirkan. Breeding kenari saya mulai sejak November 2011, ketika bisnis jual-beli batik kuno yang saya tekuni mulai jenuh dan persaingan makin ketat.
Di tengah kejenuhan itulah, saya mencoba memelihara burung. Saat itu bukan kenari yang saya beli, melainkan burung kicauan lain seperti cucak hijau, kacer, pentet, murai batu, pleci, cucak jenggot, ciblek, dan beberapa burung kecil lainnya.
Pertengahan 2011, saya baru mulai memelihara beberapa jenis burung tadi, dibarengi kelahiran anak pertama yang bernama Sekar Kencana Anandasona (Juli 2011).
Sekitar 3-4 bulan merawat burung, saya merasa pengeluaran makin bertambah. Ya tentu saja, sebab saya harus mengeluarkan uang untuk membeli pakan setiap hari, mulai dari voer, kroto, jangkrik, dan lain-lain. Kebetulan saya memelihara burung hanya untuk hiburan saja, bukan untuk lomba.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Saya berfikir, hobi kok malah membuat kantong tipis. Akhirnya saya jual satu-persatu burung ocehan tersebut, tetapi hasil penjualannya saya gunakan untuk tambahan modal beternak kenari.
Saya mengontak sahabat dekat, namanya Om Tomi Kurniawan yang tinggal di Solo. Kebetulan waktu itu dia sedang sibuk-sibuknya mainan burung, tetapi untuk lomba. Saya mulai cerita, kira-kira burung apa yang bisa dipelihara namun juga bisa memberi pemasukan, tapi juga tidak memerlukan ruangan yang luas.
Aneka jenis burung diusulkan Om Tomi, sampai akhirnya dia mengucapkan satu kata: kenari! Selain modalnya terjangkau, breeding kenari juga tidak membutuh ruangan yang luas. Mencari calon induk pun relatif mudah.
Singkat kata, saya mulai mencari informasi burung kenari di internet: apa saja jenisnya, bagaimana cara merawatnya, pakannya, cara menjodohkan, dan sebagainya. Ah, ketemu juga referensi artikel yang saya butuhkan, yaitu di omkicau.com. Ini gambarnya:
Saya pelajari semua. Setelah merasa mulai menguasai teori, saatnya beraksi. Selain dana yang sudah disiapkan (sekitar Rp 5 juta) untuk membeli calon induk, jauh-jauh hari sebelumnya saya juga sudah menyiapkan ruangan untuk beternak dan kandang-kandangnya.
Ruangan yang saya gunakan untuk beternak adalah salah satu kamar di rumah, dengan ukuran 3 x 4 m2 yang kebetulan memiliki pintu yang terhubung langsung dengan halaman belakang.
Tiba waktunya membeli materi indukan, dengan dana Rp 5 juta. Uang itu bisa untuk membeli seekor pejantan F1 YS dan 3 ekor betina siapan AF. Dari empat ekor calon induk inilah saya memulai ternak kenari, bermodalkan teori yang minim. Selebihnya modal nekat, he.. he.. Saya berprinsip, kalau jalan ya syukur alhamdulillah. Kalau tidak ya tinggal dijual lagi.
Satu bulan kemudian, burung-burung mulai kawin. Betina bertelur dan mengerami telur-telurnya hingga menetas. Wah, senang sekali hati ini. Proses awal yang cukup bagus. Anakan mulai dipanen dan seterusnya.
Setelah merasa bisnis ini mulai jalan, saya menambah lagi beberapa ekor kenari betina dan seekor pejantan F1 YS. Jadi, setelah tiga bulan beternak, saya sudah memiliki 2 ekor pejantan F1 YS, 8 ekor betina AF, dan 2 ekor betina F1 YS.
Langkah selanjutnya adalah membuat nama bird farm. Tercetuslah nama Sekar Kencana Canary, terinspirasi dari nama anak saya: Sekar Kencana Anandasona. Saya lalu mulai memesan ring sebagai indentitas farm, yaitu SKC JGJ BF, yang merupakan singkatan dari Sekar Kencana Canary Jogja Bird Farm.
Saya akhirnya memutuskan fokus beternak kenari, bahkan dengan mengorbankan kuliah yang ketika itu tinggal menyelesaikan skripsi. Karena sudah ada pengalaman, meski baru secuil, saya pun mulai berani memikirkan kandang ternak yang lebih baik lagi, pemberian indentitas ring untuk anakan, dan lain-lain.
Sebelum memutuskan menggunakan ring, saya sudah menghasilkan sekitar 35 ekor anakan kenari dari sejumlah indukan yang ada.
Sejumlah anakan kenari saat itu dibeli kenarimania Jogja, Magelang, Bekasi, dan Jakarta. Kok bisa? Saya menjualnya secara online, dengan harga (waktu itu) Rp 250.000 / ekor untuk silangan F1 YS x AF dan Rp 400.000 / ekor untuk hasil perkawinan sesama F1 YS.
Yang saya jual hanya anakan jantan, sebab anakan betina saya gunakan untuk keperluan regenerasi indukan nantinya.
Setelah resmi menggunakan ring SKC JGJ BF, produk kenari makin banyak dipesan. Celakanya, tak semua permintaan bisa terpenuhi, karena produksi indukan tak bisa melampaui permintaan. Mau tak mau saya mulai menjual anakan secara indent alias pesan dulu.
Ternyata konsumen, terutama pelanggan, tak keberatan. Mereka umumnya berasal dari luar kota Jogja, seperti Bekasi, Jakarta, dan beberapa kota di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Perlahan saya mulai mencicipi buah kerja keras selama ini. Dari hasil ternak kenari inilah, saya bisa menghidupi keluarga kecil, mulai menabung, dan yang tak kalah penting menambah seekor pejantan lagi, yaitu F3 YS. Ini terjadi pada bulan Maret / April 2012, atau 4-5 bulan sejak memulai beternak. Kini saya makin fokus lagi untuk mengembangkan ternak kenari.
Pada saat itu pula, saya mulai membenahi kandang. Sebelumnya, saya hanya menggunakan sangkar yang ditempel ke dinding. Sekarang sudah saya buat model rak sehingga terlihat lebih rapi. Ini dia gambar kandang ternak setelah dibenahi.
Seiring bergulirnya waktu, saya mulai memproduksi silangan lainnya sepanjang tahun 2012 – 2013. Jadi, produk yang saya jual makin beragam, yaitu:
- Anakan dari F1 YS x AF
- Anakan dari F1 YS x F1 YS
- Anakan dari F3 YS x AF
- Anakan dari F3 YS x F1 YS
- Anakan dari F2 YS x AF
Pesanan makin banyak, terkadang hampir keteteran. Ada juga indukan yang rehat produksi lantaran mabung, dan sebagainya. Tetapi semuanya bisa dilalui, seiring dengan bertambahnya pengalaman.
Saya merasa masih ada satu jenis indukan yang belum ada di kandang, yaitu kenari jantan yorkshire (YS). Akhirnya, burung dengan darah 100% yorkshire pun saya beli.
Dengan demikian, makin bervariasi anakan yang telah dihasilkan Sekar Kencana Canary, mulai dari AF hingga seri F dari YS.
Sejauh ini produk anakan AF lebih dominan di kandang saya, karena sejak awal memulai sudah sangat familiar dengan jenis tersebut. Bahkan peminatnya lebih banyak, karena harganya relatif terjangkau, bodi pun tak kalah dari anakan seri F dari YS.
Saat ini, di farm saya sudah ada materi pejantan YS, F1 YS, F2 YS, dan F3 YS. Untuk induk betina ada AF (60% hasil breeding sendiri), serta F1 YS dan F2 YS (100% hasil breeding sendiri).
Anakan AF sebentar lagi menyentuh no urut ring 200, sedangkan seri F dari YS masih di bawah ring 50. Sebab untuk anakan seri F dari YS saya anggap sebagai bonus saja. Untuk produksi regular, saya lebih menonjolkan jenis AF.
Harga anakan makin bervariasi. Untuk anakan AF mulai Rp 450.000 hingga Rp 1,5 juta. Adapun seri F1 YS dalam kisaran Rp 1 juta – Rp 2 juta, anakan F2 YS Rp 2 juta – Rp 3 juta. Semuanya tergantung bodi atau posturnya saja, serta asal-usul kedua induknya.
Merambah bisnis jual-beli kenari
Selain memproduksi anakan kenari, kini saya juga menggeluti bisnis jual-beli kenari mulai dari betina siapan sampai kenari pejantan F1 YS, F2 YS, dan F3 YS. Biasanya saya beli dari rekan-rekan terdekat yang memang bisa dipercaya. Sebagian lagi hunting ke beberapa lokasi di Jogja.
Mengapa harus diversifikasi? Sebab permintaan konsumen berbeda-beda. Ada yang ingin membeli anakan saja, tapi ada juga yang ingin mencari calon indukan untuk diternak. Terkadang ada yang pesan betina saja, atau pejantan saja.
Jadi, jika ada pembaca omkicau.com yang ingin menjual kenari, saya siap membelinya. Yang penting harga cocok, kondisi sehat, dan bodi bagus. Hasil jual-beli kenari ini ternyata lumayan juga untuk menambah tabungan.
Bagi yang berminat beternak kenari, jangan ragu untuk memulainya. Saya sudah merasakan hasilnya dan kini sudah bisa merambah ke bisnis lain, meski masih terkait dengan hobi burung.
Mulai bisnis pakan khusus kenari
Karena ternak kenari tinggal meneruskan dan mengembangkan saja, bisnis jual-beli kenari juga jalan, kini saya mulai bisnis pakan khusus kenari, baik untuk kenari lomba maupun kenari breeding. Bisnis ini baru saya mulai awal tahun 2014, tapi alhamdulillah sudah mulai banyak pelanggan tetap.
Begitulah sekelumit cerita dari saya, semoga bisa menginspirasi sobat kicaumania yang lainnya. Tak ada yang mudah dalam hidup ini, tetapi jika kita fokus, tentu semuanya bisa teratasi. Keyakinan kuat bisa mengatasi segala rintangan.
Apapun itu pekerjaannya, jika kita fokus menjalankannya, insya Allah hasilnya sesuai dengan semua pengorbanan yang dilakukan. Jadi, keputusan saya mengorbankan kuliah juga didengar Allah dengan hasil beternak kenari yang sudah bisa dinikmati.
Saya masih jauh dari kata SUKSES, tapi setidaknya 100% kehidupan saya dan keluarga kecil saya saat ini ditopang dari hasil beternak burung kenari. Alhamdulillah!