Black-headed bunting (Emberiza melanocephala), atau emberiza kepala-hitam, pernah menjadi burung finch yang popular pada tahun 2011-2012. Saat itu mudah ditemukan di sejumlah pasar burung di Indonesia. Para pedagang menyebutnya burung kardinal, meski penyebutan ini jelas keliru. Ada juga yang menyebutnya kenari kardinal, kenari arab, hingga kenari india. Terlepas dari penyebutan yang tak sesuai, saat ini black-headed bunting makin jarang ditemukan. Ini bisa dimaklumi, sebab spesies ini merupakan burung migran, yang mampir ke Indonesia ketika habitat aslinya memasuki musim dingin.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Black-headed bunting termasuk salah satu anggota keluarga Emberizidae. Spesies ini berkembang biak di wilayah tenggara dan timur Eropa, dan menyebar hingga ke Iran.
Pada musim dingin, burung ini akan bermigrasi ke India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Eropa, spesies ini dikelompokkan sebagai burung bunting, adapun di Amerika Utara dikenal sebagai sparrow, meski tak ada hubungannya dengan burung pipit /sparrow dari keluarga Passeridae yang dikenal di Indonesia.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sebagian besar burung yang menjadi anggota Emberizidae memiliki pola kepala yang khas. Di seluruh dunia terdapat 275 spesies burung emberiza, 18 di antaranya terdapat di India dan tiga spesies lain di Andhra Pradesh.
Indonesia kerap menjadi tujuan migrasi dari spesies burung emberiza, termasuk emberiza kepala-hitam dan emberiza muka-hitam / black-faced bunting (Emberiza spodocephala)
Entah bagaimana ceritanya, beberapa tahun lalu burung emberiza kepala-hitam banyak ditemukan di sejumlah pasar burung, dengan banderol Rp 350.000 – Rp 400.000 / ekor. Kini, burung ini jarang lagi dijumpai di pasar burung.
Boleh jadi, saat itu (2011-2012) terjadi migrasi besar-besaran, sehingga mudah sekali ditangkap oleh para pemikat burung dan dipasok ke pasar burung-pasar burung. Dua tahun terakhir (2013-2014), jumlah burung yang bermigrasi jauh berkurang, setidaknya dalam pengamatan para pemikat.
Boleh jadi pula, saat itu sebenarnya ada beberapa importir burung yang mendatangkannya dari Eropa sehingga membanjiri pasar burung di Indonesia. Namun, dua tahun terakhir, aktivitas impor emberiza kepala-hitam terhenti, atau minimal tidak seheboh tahun 2011-2012.
Burung emberiza kepala-hitam mendiami habitat padang rumput terbuka, di mana mereka terbang bersama kelompoknya untuk mencari pakan berupa biji-bijian.
Burung jantan dewasa bisa dibedakan dari warna hitam pada kepalanya. Tubuh bagian bawah, mulai dari dada hingga perut, berwarna kuning.
Adapun burung betina memiliki warna agak kusam. Dalam kondisi breeding, penampilan burung betina mirip dengan red-headed bunting (Emberiza bruniceps).
Meski pakan utamanya biji-bijian, pada musim berkembang biak burung ini juga memakan serangga, terutama saat meloloh anak-anaknya.
Emberiza kepala-hitam berkembangbiak pada saat musim panas. Saat itulah mereka membangun sarang di semak-semak rendah atau di atas tanah. Sarang terbuat dari rumput kering yang dilapisi bulu-bulu hewan atau rambut yang dibentuk menyerupai cangkir terbuka.
Burung betina bertelur sebanyak 4-6 butir, yang dierami selama 13 hari hingga menetas. Anakan yang sudah berumur 10 hari sudah bisa keluar dari sarangnya.
Suara kicauan burung ini tidak jauh berbeda dari burung emberiza muka-hitam. Jika dirawat dengan baik, terutama rajin diberi bijian dan serangga seperti jangkrik, burung ini akan rajin berkicau.
Suara kicauannya memang cenderung monoton, namun iramanya bervariasi. Jika penasaran, silakan dengar kicauan burung emberiza kepala-hitam berikut ini:
- Suara kicauan emberzia kepala hitam variasi 1 | DOWNLOAD
- Suara kicauan emberiza kepala hitam variasi 2 | DOWNLOAD