Sudah lebih dari satu bulan ini Jaya Bayu Farm (JBF) menyatu di bawah bendera Ebod Jaya Farm. Breeding lovebird dan murai batu milik duet Om Eko dan Om Bayu ini sejak lama dikenal sebagai pencetak lovebird dan murai batu kualitas lomba. Bagaimana progress usaha breeding ini setelah berganti nama menjadi Ebod Jaya Farm?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Salah satu perbedaan mendasar ketika usaha ini masih bernama JBF dan ketika berganti menjadi Ebod Jaya Farm (EJF) adalah jangkauan pemasaran yang lebih luas.
“Kami makin intensif melayani pembeli dari luar kota, sehingga produk harus benar-benar prima sehingga burung-burung tetap fit ketika menempuh perjalanan darat maupun udara,” kata Om Bayu yang didampingi Om Jaya, saat ditemui di kandangnya, kawasan Rawalumbu, Bekasi.
Hal ini bisa difahami, mengingat pembeli dari luar kota lebih mengandalkan kepercayaan kepada pihak breeder, dalam hal ini EJF. Mereka tinggal menunggu burung dikirim ke rumah, dan dalam kondisi prima.
Lain halnya dengan pelanggan dan pembeli di wilayah Bekasi dan sekitarnya, di mana mereka bisa datang langsung ke farm, kemudian memilih sendiri burung yang diinginkan, dan membawa pulang ke rumah masing-masing.
EJF sudah menghasilkan beberapa gaco lovebird yang menjuarai even besar di Jabodetabek serta even nasional di Blok Barat. Misalnya Golden Boy dan Fernando.
Sejak masih bernama JBF, penangkaran lovebird ini memakai kandang model koloni. Materi induk jantan dan betina merupakan hasil seleksi ketat. “Target kami sejak awal beternak adalah menghasilkan lovebird yang memiliki suara ngekek panjang, untuk memenuhi kebutuhan para pemain lapangan,” jelas Om Eko.
Calon induk yang sudah lulus seleksi dimasukkan ke kandang koloni, kemudian dibiarkan untuk memilih pasangan masing-masing. Kalau sudah berjodoh, mereka akan menempati gelodok yang juga dipilihnya sendiri, sampai terjadi perkawinan, bertelur, dan mengerami telurnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Anakan yang baru menetas dibiarkan dalam asuhan induknya hingga umur 2 minggu. Setelah itu dipanen, dipindah ke kandang inkubator, untuk diasuh perawatnya.
Setelah bisa makan sendiri, anakan lovebird ditempatkan di kandang pembesaran. Memasuki umur 2 – 3 bulan, lovebird remaja sudah kelihatan bakat masing-masing. Di sinilah Om Bayu dan Om Jaya akan melakukan seleksi.
Burung-burung muda ditempatkan dalam kandang display, yaitu kandang battery yang disusun vertikal dan horizontal, di mana setiap kandang hanya berisi satu ekor burung saja.
Sampai di sini, burung sudah bisa dipasarkan. Calon pembeli bisa datang langsung dan memilih mana burung yang disukainya. Harga pada kondisi ini sekitar Rp 850.000 / ekor. Tetapi khusus lovebird dari pasangan induk yang anakannya pernah juara, harga sedikit lebih mahal. Misalnya harga anakan dari bapak-ibu Golden Boy lebih mahal daripada anakan dari induk lainnya.
Di kandang display, calon pembeli bisa memantau bakatnya. Namun, burung biasanya belum mulai narik-narik panjang. “Meski demikian, bakat latahnya sudah terlihat sejak burung berumur dua atau tiga bulan,” tambah Om Jaya.
Kemudian, untuk lebih maksimal dalam memantau, burung dikondisikan terlebih dahulu lalu dipindah ke sangkar harian dan mulai dilatih digantung dan ditrek dengan lovebird seusianya, pada tahap proses ini burung sudah dikondisikan dan dirawat mandi jemurnya.
Setelah berumur 3 bulan, burung mulai belajar narik-narik ngekek panjang saat digantang. Model yang diterapkan EJF adalah mengetrek 10-15 ekor lovebird muda yang usianya hampir sebaya. Burung-burung dipindah dulu ke sangkar harian, kemudian digantang bersama-sama.
Selanjutnya, performa masing-masing lovebird muda dipantau, terutama kualitas ngekeknya. Jika sudah mencapai tahap ini, harganya biasanya menjadi lebih mahal. Karena burung sudah dalam kondisi siap dilombakan, meski dianjurkan dalam level latberan dulu.
Untuk meingkatkan kualitas irama lagunya, lovebird muda dimaster dengan burung kenari yang digantang di atas kandang display. Kenari yang digunakan harus spesial, dalam arti memiliki lagu dan irama dengan cengkok yang enak didengar dan panjang, dan bisa diikuti lovebird muda.
Tambah 28 kandang murai batu
Selain sukses menangkar lovebird, Om Eko dan Om Bayu juga beternak murai batu, dan itu sudah berlangsung ketika usaha mereka masih bernama JBF.
Ketika Om Kicau berkunjung ke sana, pembangunan kandang tambahan murai batu masih terus dikerjakan. EJF berencana membangun 40 unit / petak kandang ternak murai batu.
Yang sudah rampung, bahkan sudah lama berproduksi, sebanyak 12 unit. Sisanya, 28 petak kandang, saat ini sedang dalam proses akhir pembangunan (90%).
Materi induk pun sudah disiapkan, sehingga ketika kandang tambahan sudah rampung, calon induk tinggal dimasukkan. “Semua induk merupakan murai batu medan,” kata Om Bayu. (d’one)