Tulisan kali ini merupakan sharing dari Om Yunus Ariwibawa, kicaumania yang mukim di Pinang, Tangerang, mengenai perawatan burung khususnya murai batu, ketika sang pemilik harus berangkat kerja pagi hari dan pulang malam hari, tanpa memiliki perawat di rumah. Materi tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi Om Yunus terhadap murai batu Balloteli, yang ternyata tetap bisa juara di berbagai arena lomba.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Biar lebih gayeng, Om Kicau sengaja membiarkan penulisan ini dengan gaya bertutur orang pertama (“aku”), sesuai dengan naskah yang dikirim Om Yunus via email. Selamat menikmati.
Sabtu dan Minggu merupakan hari yang ditunggu-tunggu para pegawai / karyawan setelah menjalani rutinitas kerja yang padat dalam lima hari sebelumnya. Apalagi orang seperti saya, yang harus merantau dari kampung halaman di Klaten, mencari nafkah di Ibu Kota.
Selama bekerja di Jakarta, saya harus berangkat sebelum matahari terbit dan pulang malam selepas maghrib. Rasanya, ini hal biasa bagi kebanyakan pegawai dan karyawan di Ibu Kota.
Berjibaku dalam kubangan kemacetan jalan raya, juga banjir saat musim hujan, juga hal biasa di Jakarta. Lelah, letih, dan penat serasa lenyap setiap tiba hari Sabtu dan Minggu. Itulah kesempatan bagi saya untuk merawat dan melombakan burung.
Saya punya seekor murai batu, namanya Balloteli. Burung ini saya beli sejak masih bahan seharga Rp 800.000, saya master dan rawat sendiri dalam keterbatasan waktu. Mungkin karena kualitas genetiknya memang bagus, saya cukup puas dengan prestasinya selama ini.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Beberapa teman menyebut Balloteli sebagai murai batu dengan harga kaki lima, tapi rasa bintang lima, he.. he.. Ya, meski perawatannya minimalis, tetapi hasilnya maksimalis.
Note: murai batu Balloteli milik Om Yunus ini berbeda dari murai batu ekor hitam milik Om Bonni N yang juga memiliki nama serupa. Perawatan MB Balloteli milik Om Bonni bisa dilihat di sini.
Berikut ini tips perawatan murai batu Balloteli dalam kondisi keterbatasan waktu saya selama ini.
Perawatan harian
- Pukul 05.00, burung dikeluarkan, dan langsung masuk kandang umbaran. Kandang umbaran berada di teras, dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
- Sarapan pagi berupa 6 ekor jangkrik alam, ditambah 1 sendok teh kroto.
- Pukul 07.30 sudah tiba di kantor, absen pagi dulu, kemudian mencuri waktu sebentar ke pasar burung untuk membeli kroto dan jangkrik.
- Setiba di kantor, kroto disimpan di dalam kulkas milik kantor, he.. he.. (waduh, ketahuan bro).
- Pukul 19.00, saya sudah tiba di rumah. Burung langsung dipindah ke sangkar harian, kemudian dikasih 6 ekor jangkrik, dikerodong dan dimaster menggunakan audio mp3 sampai pagi.
- Karena pagi hingga petang tidak sempat merawat, saya memandikan murai batu Balloteli pukul 20.00, tetapi hanya tiga hari sekali.
Perawatan jelang lomba
- Perawatan lomba dimulai sejak Kamis, atau H-3.
- Sejak Kamis hingga Sabtu, burung full kerodong. Porsi jangkrik dinaikkan dua kali lipat, menjadi 12 ekor pada pagi hari, dan 12 ekor malam hari (sepulang kerja).
- Minggu pagi, burung dijemur sebentar biar hangat, kemudian masuk karamba mandi sambil menyantap 6 ekor jangkrik (seperti setelan harian).
- Habis mandi, burung dianginkan sebentar, kemudian dikerodong biar istirahatnya nyaman, sebelum akhirnya dibawa ke arena lomba.
- Sekitar 1 jam sebelum sesi murai batu dimulai, Balloteli diberi 3 ekor ulat hongkong dan 3 ekor jangkrik, supaya saat lomba bisa mengeluarkan tembakan-tembakan andalannya.
Begitulah sobat kicaumania, sepenggal kisah perawatan murai batu Balloteli. Semoga bisa menginspirasi sobat kicaumania yang kebetulan menjadi pegawai, karyawan, atau buruh di Ibu Kota yang sejak pagi hingga petang sudah tidak berada di rumah.
Om Yunus Ariwibawa
Kontak: 081 673 8797
Pinang – Tangerang
Semoga bermanfaat.