Orang-orang menyebutnya burung beo, meski nama resmi yang disepakati para ornitholog Indonesia adalah tiong emas (Gracula religiosa). Burung ini dikenal pandai meniru beragam suara, termasuk ucapan manusia. Sayangnya tak banyak orang di Indonesia yang mau menangkarnya, padahal banyak dibudidayakan di mancanegara. Selain dapat membantu menjaga kelestariannya di alam liar, penangkaran burung beo bisa menjadi salah satu sumber rezeki Anda.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selama ini, kita sering menjumpai anakan beo atau beo muda di pasar burung. Harganya lumayan tinggi, permintaannya pun juga cukup tinggi. Padahal hampir semua beo yang ada di pasar burung merupakan hasil tangkapan alam. Tak heran jika populasinya di alam liar makin menurun.
Dalam IUCN Red List, burung beo masih ditetapkan dalam status Risiko Rendah (LC). Tetapi ada salah satu subspesies / ras di Indonesia sudah tergolong langka, sehingga Pemerintah RI memasukkan ras beo tersebut ke dalam daftar burung dilindungi.
Ras yang dimaksud adalah beo flores (Gracula religiosa venerata). Ras ini memiliki wilayah persebaran di Sunda Kecil, mulai dari Lombok dan Sumbawa hingga Pantar dan Alor. Selebihnya masih aman, namun jangan dijadikan alasan bagi kita untuk sembarangan menangkap dan memperjualbelikannya.
Lebih elegan apabila sebagian dari kicaumania menangkarnya. Ini bisa menjadi peluang bisnis tersendiri, sekaligus ikut membantu mengurangi penangkapan di alam liar.
Jika Anda berminat, silakan urus izinnya dulu di Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di setiap provinsi, sebab burung ini termasuk kategori Appendix II, yang berarti bisa diperdagangkan dengan pengaturan tertentu. Jadi, seperti halnya beternak jalak bali dan jalak putih, Anda bisa menjalankan penangkaran beo dengan izin BKSDA.
Burung beo mempunyai wilayah persebaran terbatas di beberapa negara Asia, mulai dari India sampai China, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Semenanjung Malaysia, Indonesia, dan Kepulauan Palawan di Filipina.
Karena kepintaran dalam meniru aneka suara, termasuk ucapan manusia, burung beo yang ada di Asia sering ditangkap dan diperjualbelikan. Permintaan anakan / piyikan beo yang cukup tinggi membuat para pemburu seringkali memotong batang pohon hanya untuk mendapatkan sarang burung beo di dalam lubang pohon, sehingga menyebabkan kerusakan habitat burung secara permanen.
Karena itu, yuk kita menangkar burung beo!
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Perburuan liar disertai kerusakan habitat itu pula yang menjadi penyebab mengapa burung beo nias (Gracula robusta) kini sulit ditemukan di habitat aslinya, sehingga Pemerintah RI juga menetapkannya sebagai spesies burung dilindungi, sama seperti beo flores.
Dari beberapa website di luar negeri, kita seperti malu sendiri melihat fakta keberhasilan mereka dalam menangkar beo. Mereka tak sekadar memanfaatkan, tetapi juga mengembangbiakkan burung yang digemarinya.
Tetapi rasa malu ini perlu diubah menjadi semangat baru untuk melakukan hal sebagaimana dilakukan para penggemar beo di luar negeri, yaitu dengan cara menangkarnya.
Dalam penangkaran burung beo, yang perlu disediakan antara lain sarana untuk berbiak, seperti kandang ternak, wadah pakan dan air minum, sarang dan bahan sarang, serta membantu menciptakan kenyamanan burung selama di kandang.
Jenis-jenis burung beo
Burung beo termasuk dalam keluarga jalak-jalakan (Sturnidae). Di seluruh dunia terdapat lima spesies / jenis burung beo, yaitu:
- Beo biasa / tiong emas / common hill myna (Gracula religiosa)
- Beo nias / nias hill myna (Gracula robusta)
- Beo enggano / enggano hill myna (Gracula enganensis)
- Beo india / southern hill myna (Gracula indica)
- Beo srilanka / srilanka hill myna (Gracula ptilogenys)
Tiga spesies yang disebutkan pertama terdapat di Indonesia. Khusus tiong emas, spesies ini juga dijumpai di beberapa negara Asia lainnya, seperti penjelasan di awal artikel ini.
Berikut ini ras / subspesies burung beo biasa dan wilayah persebarannya:
- Gracula religiosa intermedia (Blyth, 1845): Habitat mulai dari wilayah utara dan timur laut Subbenua India hingga wilayah selatan Myanmar dan China (termasuk Pulau Hainan), wilayah utara Thailand, Kamboja, dan Indochina.
- Gracula religiosa peninsularis (Whistler & Kinnear, 1933): Habitat di bagian timur India tengah (Orissa dan Madhya Pradesh tenggara).
- Gracula religiosa andamanensis ( Beavan, 1867): Habitat di Kepulauan Coco (selatan Myanmar barat), serta Kepulauan Andaman dan Kepulauan Nicobar.
- Gracula religiosa palawanensis (Sharpe, 1890): Burung endemik di Kepulauan Palawan, wilayah barat Filipina.
- Gracula religiosa religiosa (Linnaeus, 1758): Habitat di wilayah selatan Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kepulauan Bangka, Kepulauan Belitung, Natuna utara, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Ras inilah yang paling banyak dijumpai di sejumlah pasar burung di Indonesia.
- Gracula religiosa batuensis (Finsch, 1899): Habitat di Kepulauan Batu dan Kepulauan Mentawai, ujung barat Sumatera.
- Gracula religiosa venerata (Bonaparte, 1850): Habitat di wilayah Sunda Kecil, mulai dari Lombok, Sumbawa, sampai Pantar dan Alor. Ras inilah yang disebut beo flores, dan masuk dalam daftar burung yang dilindungi di Indonesia.
Kandang dan kotak sarang yang digunakan
Materi utama dalam setiap penangkaran burung tentu saja memiliki sedikitnya sepasang burung berbeda jenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin burung beo memang tidak mudah. Tetapi Om Kicau pernah membuat panduan soal beberapa tengara dalam melakukan sexing terhadao burung beo.
( lihat lagi Identifikasi jenis kelamin pada burung beo jantan dan betina )
Kondisi suhu dan musim di Indonesia sangat tepat untuk memulai proses perkembangbiakkan burung pintar ngoceh ini. Umumnya burung beo ditangkarkan dalam kandang yang lumayan luas, namun itu hanya dilakukan jika jumlah burung yang akan ditangkarkan lebih dari sepasang dan sedang dalam proses perjodohan.
Jika ada sepasang burung yang sudah berpasangan, mereka harus segera dipindah dalam kandang yang lebih kecil, dan hanya berisi satu pasang saja, agar tidak bertengkar dengan pasangan lainnya.
Adapun bagi Anda yang hanya memiliki sepasang beo, penangkaran bisa menggunakan kandang yang berukuran lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 2 meter.
Tanda burung yang sudah berjodoh bisa dilihat dari perilaku pasangan ketika saling berdandan atau preening satu sama lainnya. Perilaku unik burung ini bisa ditemukan juga dalam penangkaran burung jenis lainnya. Selain itu, mereka selalu terlihat bersama-sama. Jika salah satu burung terbang ke sudut kandang, maka pasangannya akan segera mengikutinya.
Setelah burung mulai berjodoh, kotak sarang berukuran besar bisa ditempatkan di posisi paling tinggi di dalam kandang penangkaran. Tempatkan beberapa tenggeran untuk memudahkan burung keluar-masuk melalui lubang di gelodoknya.
Kotak sarang yang digunakan bisa memanfaatkan kotak sarang yang dibuat dari batang pohon kelapa atau batang pohon palem yang diberi rongga atau lubang sedalam 30 cm. Bisa juga menggunakan kotak sarang dari bahan kayu. Anda bisa membuatnya dalam bentuk persegi panjang dengan ukuran 30 x 30 x 50 cm3.
Pakan beo selama dalam penangkaran
Setiap burung induk membutuhkan pakan berkualitas (nutrisi serasi-seimbang), dengan kuantitas yang memadai pula. Begitu pula dengan burung beo selama di kandang penangkaran. Sebab induk bukan hanya memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keperluan reproduksi seperti mengeluarkan telur dan merawat anak-anaknya.
Berikut ini pakan harian untuk pasangan beo di kandang ternak:
- Voer dengan kandungan yang lengkap.
- Telur rebus.
- Ulat hongkong dan / atau jangkrik.
- Parutan tulang sotong yang dicampurkan dalam voer.
- Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, semangka, tomat, dan paprika.
Untuk mendukung keberhasilan dalam beternak, Anda bisa memberikan BirdMature, suplemen khusus untuk burung-burung dalam penangkaran, yang sudah mengandung pula aneka vitamin dan mineral esensial bagi burung indukan.
Perilaku burung beo selama berkembangbiak
Setelah pasangan beo dipindahkan ke dalam kandang ternak yang dilengkapi kotak sarang, tidak lama kemudian burung akan mulai menunjukkan perilaku hendak berbiak. Misalnya, mulai mengumpulkan bahan-bahan sarang yang disiapkan seperti rumput kering dan ranting, serta sering terlihat keluar-masuk kotak sarang.
Umumnya perilaku itu dilakukan burung dua kali sehari, yaitu pagi hari (pukul 07.00 – 09.00) dan sore hari (15.00 – 17.00) selama 7 – 8 hari. Jika burung sudah menunjukkan perilaku demikian, jangan sekali-kali menganggunya. Apalagi jika telur sudah menetas.
Burung beo biasanya mau mentolerir kehadiran manusia ketika telur-telurnya menetas. Jadi,Anda cukup mencatat saja kapan induk betina mulai bertelur dan mengeraminya. Mengganggu burung beo ketika sedang mengerami bisa membuat upaya penangkaran menjadi gagal!
Pengeraman dimulai oleh induk betina begitu semua telur telah dikeluarkannya. Tetapi selanjutnya, tugas pengeraman dilakukan secara bersama-sama oleh induk jantan dan betina.
Anda perlu menyediakan dedaunan segar di dalam kandang, yang nantinya akan dibawa ke dalam sarang. Mungkin hal ini digunakan untuk maintenance atau menjaga sarang dari parasit atau untuk menjaga kelembaban.
Malam hari, hanya induk betina saja yang berada di dalam kotak sarang. Adapun burung jantan berada tidak jauh dari kotak sarang. Kemungkinan hal itu dilakukannya untuk menjaga sarang dari kemunculan hewan predator.
Telur akan menetas setelah dierami selama 14 – 15 hari. Jika belum mahir, biarkan anakan yang menetas dalam rawatan induknya. Kelak, jika sudah mahir, Anda bisa menyapihnya sejak awal, yaitu ketika anakan berumur 7-10 hari, dengan konsekuensi anakan harus diloloh secara berkala. Saat meloloh anakan, Anda sudah mulai bisa mengajarinya dengan beberapa kata ringan.
Bagaimanapun, penangkaran burung beo harus segera dilakukan untuk menyelamatkan populasinya di alam liar.
Semoga bermanfaat.