Tidak semua jenis burung bisa menjadi teman penghibur bagi manusia. Jika jumlahnya banyak, hidup di alam liar, dan terus mengganggu petani padi terutama menjelang masa panen, tentu layak disebut sebagai hama. Salah satunya adalah burung emprit (Lonchura leucogastra). Jika hama tikus bisa dilawan dengan predator alami bernama burung hantu, maka emprit bisa dilawan dengan jengkol! Lho?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Burung-burung kecil ini biasanya datang secara bergerombol (wah, beraninya keroyokan, he.. he.. he..). Mereka kemudian terbagi dalam beberapa koloni kecil, dengan jumlah sekitar 20-25 ekor.
Kawanan emprit kemudian terbang dari petak sawah yang satu ke petak sawah yang lainnya. Tujuannya apa lagi kalau tidak mencari padi yang sudah berisi. Mereka akan menghabiskan isi di dalamnya, sehingga padi menjadi kosong atau gombong / gabug.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Betapa sakit hati para petani yang telah bersusah payah menanam benih, ngelep di malam hari, memberi pupuk dan selalu menyiangi agar tanaman padi bersih dari aneka gulma pengganggu.
Eh, begitu mau panen, kawanan emprit membuyarkan harapannya. Padahal, uang hasil panen sudah direncanakan untuk melunasi utang, membayar SPP anaknya, dan berbagai kebutuhan penting lainnya.
Selama ini, ada beberapa cara yang dilakukan keluarga petani untuk mengusir kedatangan burung hama tersebut. Misalnya membuat boneka sawah / orang-orangan. Orang Sunda menyebutnya beubeugig sawah. Ada juga yang menggunakan tali untuk menggantung raneka barang yang akan berbunyi berisik jika tali ditarik.
Namun jujur saja, cara-cara tradisional dan manual itu hanya sebatas mengurangi gangguan saja. Faktanya, kawanan emprit masih bisa mencuri bulir-bulir padi, sehingga hasil panen tetap akan berkurang dari semestinya. Ketika petani atau anggota sudah kembali ke rumah, dan sawah tak terjaga lagi, kawanan emprit pasti akan datang lagi mengganggu.
Jengkol untuk mengusir burung emprit
Tahukah Anda, jengkol (Phitecellobium lobatum) dapat dimanfaatkan sebagai media pengusir burung-burung hama. Lho, kok bisa? Ya, aroma dari air rendaman jengkol sanggup mengusir burung-burung kecil seperti emprit dan manyar.
Bukan hanya itu, hama tikus pun mampu dienyahkan melalui cara yang sama. Ini bisa diterapkan pada daerah-daerah yang belum memelihara atau belum memiliki penangkaran burung hantu.
Tidak sulit kok untuk membuat pestisida nabati dari jengkol. Berikut ini caranya:
- Jengkol terlebih dahulu dikupas kulit luarnya.
- Daging jengkol direndam dalam air, dengan perbandingan 1 kg jengkol dan 20 liter air. Boleh juga membuat takaran lebih kecil, misalnya 1/2 kg jengkol direndam dalam 10 liter air. Lama perendaman 24 – 36 jam, sampai air rendaman memiliki aroma cukup kuat / sangat menyengat.
- Air rendaman kemudian dimasukkan dalam botol air kemasan, cukup setengah botol saja. Buatlah beberapa botol, karena akan ditempatkan di beberapa lokasi secara merata.
- Bagian atas botol dibuat lubang-lubang agar aroma rendaman jengkol bisa menyebar.
- Selanjutnya botol-botol diletakkan di beberapa lokasi di sawah secara merata. Usahakan minimal ada 20 botol yang disebarkan di areal persawahan. Makin banyak botol, tentu makin efektif pula daya kerja rendaman air jengkol.
- Selain dimasukkan ke dalam botol, air rendaman juga bisa disemprotkan pada tanaman padi.