Penampilan burung cica-daun kalimantan / borneo leafbird (Chloropsis kinabaluensis) sekilas mirip cica-daun sayap biru atau sering disebut cucak ranting / cucak rante (Chloropsis cochinchinensis). Spesies ini merupakan burung endemik di Pulau Kalimantan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Burung ini hanya bisa dijumpai di wilayah utara Kalimantan mulai dari kawasan selatan Gunung Kinabalu, Gunung Dulit dan Dataran Tinggi Usun Apau, hingga Kayan Mentarang. ditemukan juga di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Cica-daun kalimantan pernah dimasukkan sebagai salah satu ras / subspesies cucak ranting (Chloropsis cochinchinensis), dengan nama ilmiah Chloropsis cochinchinensis kinabaluensis.
Sebagian ahli burung (ornitholog) bahkan menganggap cica-daun kalimantan merupakan perpaduan antara cucak ranting dengan cica-daun leher-kuning / yellow-throated leafbird (Chloropsis palawanensis) danjerdon’s leafbird (Chloropsis jerdoni).
Setelah mengamati adanya beberapa perbedaan morfologi / bentuk fisiknya, para ornitholog kini menempatkan cica-daun kalimantan dalam spesies tersendiri, dengan nama ilmiah Chloropsis kinabaluensis. Dalam literatur internasional, spesies ini disebut borneo leafbird, atau terkadang disebut juga kinabalu leafbird.
Pada beberapa spesies burung cica-daun (leafbird), burung jantan dan betina dewasa mudah dibedakan. Cucak hijau serta cucak ranting jantan, misalnya, memiliki topeng hitam yang membuatnya berbeda dari burung betina.
Tetapi burung cica-daun kalimantan jantan maupun betina mempunyai bentuk tubuh atau penampilan yang hampir sama. Bulu-bulu tubuhnya didominasi warna hijau dengan topeng hitam pada bagian wajahnya.
Jadi burung betina juga memiliki topeng hitam di bagian wajahnya. Pada sayapnya terdapat bulu berwarna biru terang, yang mengingatkan kita pada cucak ranting / cucak rante. Ketika masih muda, warna bulu cica-daun kalimantan terlihat kusam.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Burung cica-daun kalimantan mempunyai postur tubuh sedang, dengan panjang sekitar 18 – 21 cm. Ujung lidahnya seperti sikat yang cukup besar dan kuat. Dengan bentuk lidah seperti itulah, cica-daun mengisap nektar atau cairan yang terdapat dalam bunga.
Pakan utama selain nektar adalah buah-buahan dan serangga. Paruhnya cukup tajam dan sedikit melengkung ke bawah. Ini sangat membantunya saat mencari serangga yang berada di balik kulit kayu. Mereka juga kerap mengejar mangsanya yang terbang di udara.
Buah-buahan berukuran kecil akan ditelan secara utuh. Jika ukurannya terlalu besar, buah akan ditusuk dengan paruhnya, kemudian diisap airnya.
Di alam liar, cica-daun kalimantan mulai berkembangbiak pada pertengahan November. Saat itulah, burung ini lebih mudah ditemukan, dengan suara kicauannya yang cukup ramai.
Sarangnya berbentuk seperti mangkuk terbuka, disusun dari potongan ranting, daun, dan akar-akaran. Sarang ini biasanya ditempatkan di ujung cabang dekat tajuk pohon.
Burung betina rata-rata bertelur sebanyak 2 – 3 butir, yang akan dierami oleh induk betina saja selama 14 hari dan. Burung jantan bertugas memberi makan pasangannya yang sedang mengeram.
Suara kicauannya tidak jauh berbeda dengan suara cucak ranting, namun volumenya lebih tajam dan nyaring. Burung ini juga mudah dimaster dan memiliki suara kicauan bervariasi.