Masih ingat lovebird jawara bernama Liontin? Lovebird milik Om Puguh dari Liontin BF Boyolali ini pernah melambung namanya di berbagai kejuaraan, lantas beberapa kali berpindah tangan. Semula di tangan Itok LB Shop, kemudian diboyong Brother SF Bekasi, dan kini kembali moncer di tangan Mr Bagas Tangerang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Apakah Om Puguh kehabisan gaco untuk turun di lomba, sehingga yang bersangkutan relatif jarang lagi terlihat di lapangan lomba?
Ternyata tidak. Salah satu orbitan Om Puguh yang barusan moncer adalah lovebird Pancali. Lovebird yang sekarang dipegang Om Dafit (3 SF Indramayu) itu sukses meraih juara 1 dan 3 dalam Bursa Love Bird Triwulanan di Taman Pasar Burung Depok Solo, 21 Januari 2015.
Om Dafit memboyong Pancali akhir Desember 2014. “Seminggu saya setting, lalu diturunkan dalam bursa regular, juara dua dan tiga. Pada Bursa Triwulanan, penampilan Pancali makin baik dan stabil, sehingga meraih juara pertama dan ketiga,” jelas Om Dafit yang masih berada di Sukoharjo.
Ketika datang ke Boyolali dan memantau Pancali, burung terlihat rajin, fighter, dan tembus. “Ya, saya langsung pilih dan deal. Soal harga, biar saya dan Om Puguh saja yang tahu. Harga persaudaraanlah, kan kami kemudian jadi berteman akrab dan sudah seperti saudara,” ujar Dafit sambil tertawa.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Setelah ditelusuri, lovebird Pancali bukanlah gaco pertama Om Dafit yang diambilnya dari Liontin BF. Menurut Om Puguh, sudah empat kali Om Dafit datang ke rumahnya di Teras Boyolali, guna memilih lovebird prospek untuk dibawa pulang.
Lovebird yang diboyong Om Dafit dari Liontin BF adalah Sri Ayu, Blue Liontin, Putri Solo, Boy Liontin, hingga yang terakhir Pancali. Pancali merupakan anakan Gold Liontin. Om Dafit juga mengetahui jika saudara Pancali yang kini diambil Om Richard (Sidoarjo) juga tampil bagus.
Jarang lomba karena sibuk breeding dan kirim burung
Mengenai dirinya yang jarang sekali mengikuti lomba seperti dulu, Om Puguh mengakui belakangan ini sibuk breeding lovebird dan mengirim burung-burung prospek kepada pelanggan dan koleganya di berbagai daerah.
Breeding lovebird yang dikelolanya, Liontin BF Boyolali, memang belum sebesar breeder kelas kakap. Jumlah pasangan induk pun relatif terbatas. Namun Om Puguh memastikan, materi induknya benar-benar pilihan yang terbaik yang berhasil dipantaunya.
Anakan yang menetas dibiarkan diloloh oleh induknya sendiri. Setelah mentas (bisa makan sendiri) dan keluar dari gelodok, baru dipindah ke kandang ombyokan.
Om Puguh kemudian memantau satu persatu potensi anakan-anakan tersebut. Jika ada anakan yang kelihatan prospeknya, dia akan memindahkannya ke sangkar soliter.
Om Puguh mengakui kalau anakan lovebird produksi Liontin BF selama ini tidak memakai ring. Tetapi itu tidak menjadi masalah besar, karena pelanggan sudah memercayai produk hasil penangkarannya.
“Jika ada lovebird orbitan saya yang berasal dari tempat lain, bukan hasil breeding sendiri, saya juga akan cerita apa adanya,” kata Om Pugug.
Ya, selain mengorbitkan lovebird hasil ternak Liontin BF, Om Puguh juga kerap memperoleh materi hasil memantau dari Bursa Love Bird Solo. Seperti diketahui, Bursa Love Bird Solo kini sangat popular dan mulai diadopsi di berbagai kota di Indonesia. Kegiatan ini diprakarsai Om Itok, Om Puguh, dan Om Nano.
“Saya sendiri, juga Om Itok, sering memperoleh materi baru di Bursa Love Bird. Sebagian materi saya jadikan indukan, sebagian lagi dipoles dulu sampai prestasinya mengkilap, kemudian dilepas kembali kalau memang ada yang berminat,” jelas Om Puguh.
Bahkan, kesibukan Om Puguh kini bertambah. Tidak hanya mengelola breeding dan mengurusi Bursa Love Bird Solo, tetapi juga sibuk mengirim lovebird-lovebird prospek ke pelanggan dan pembeli dari berbagai kota di Indonesia.
“Meski sudah jarang ke lapangan, pertemanan dengan sesama lovebird lovers terus terbina dengan baik, bahkan makin luas. Apakah mereka pernah membeli, atau hanya sebatas bertanya-tanya dulu, semua saya layani dengan baik,” jelasnya.
Om Puguh berusaha memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada semuanya. “Saya selalu siap sharing tentang lovebird dengan semua teman, dan itu tidak harus jadi pembeli. Saya lebih senang pakai istilah sharing daripada konsultasi. Karena belum tentu saya lebih tahu. Bisa sebaliknya, malah saya dapat ilmu baru dari teman atau pembeli,” kata Om Puguh merendah.
Keterbukaan, kesediaan untuk melayani, selalu menjaga komunikasi dan hubungan baik dengan para relasi itulah yang menjadi salah satu rahasia kesuksesan Om Puguh dalam menjual burung-buurng orbitannya.
Dalam penjualan lovebird prospek, dia memberi jaminan seperti penggantian materi burung hingga mengembalikan uang yang telah dibayarkan. “Kalau ada komplain, tetap kita layani dengan ramah. Kita tanya kepenginnya seperti apa. Kalau mau ganti materi, bisa datang dan memilih sendiri, atau saya pilihkan,” tambahnya.
Saat ini Om Puguh mengaku kewalahan melayani para pembeli, atau mereka yang bertanya-tanya dulu. Banyak yang menghubunginya melalu telepon, sms, bbm, facebook, dan lainnya.
“Namun saya tetap enjoy, meski ada juga yang iseng. Banyak yang awalnya iseng, tanya-tanya, tetapi setelah saya layani dengan baik, mereka malah,” tuturnya lagi.
Jalinan kerjasama dengan pelanggan ini sudah lumayan jauh, termasuk ke Makassar. Karena itu, Om Puguh kehabisan waktu kalau masih harus turun ke lapangan untuk berlomba. Tidak masalah kalau sekarang jarang lagi turun ke lomba, toh burung-burung orbitannya sering moncer di tangan pemain lain. (Waca)