Banyak orang akan berpendapat, induk burung yang buruk adalah mereka yang selalu mengabaikan anak-anaknya. Faktanya, anggapan itu tidak selalu benar. Sebuah penelitian terbaru mengungkap perilaku buruk sebagian induk burung justru menjadi kunci sukses sebuah evolusi. Contohnya pipit zebra (zebra finch). Demi kelangsungan keturunannya, pipit zebra bisa bersifat parasit.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Perilaku buruk yang menjadi bahan penelitian ini adalah “parasit sarang” atau “brood parasitism” yang ternyata dilakukan juga oleh beberapa jenis burung, termasuk zebra finch.
Pipit zebra (Taeniopygia guttata) terkadang mempunyai sifat parasit dan akan meletakkan telur-telurnya pada sarang burung finch lain yang tidak begitu agresif (galak). Kelak, burung yang menjadi korbannya tanpa sadar akan mengerami telur-telur pipit zebra yang bercampur dengan telur-telurnya sendiri, sampai semuanya menetas.
Dalam penelitian sebelumnya, beberapa burung pemilik sarang dan bersifat agresif akan berusaha mencegah aksi nakal burung parasit. Misalnya mengusir pipit zebra yang hendak bersarang pada tempat miliknya, membuang telur-telur pipit zebra, bahkan ada juga yang melampiaskan kejengkelannya dengan menyerang piyik-piyik pipit zebra yang baru ditetaskannya.
Yang menarik, pipit zebra menjadikan semua reaksi korbannya sebagai pengalaman berharga. Misalnya, dia akan mencari calon korban lainnya yang “baik hati” dan mau mengerami telur-telurnya, bahkan merawat hingga dewasa.
Uniknya, pipit zebra akan melakukan hal ini secara terus menerus. Meski tidak ada isyarat, hal ini menyiratkan jika perilaku ini sudah menjadi sifat alaminya. Yang menjadi pertanyaannya, bagaimana perilaku tersebut bisa muncul?
Ketika seekor pipit zebra tidak punya waktu untuk mengerami telur dan merawat anaknya, maka burung dewasa akan bertelur jauh lebih banyak dan lebih sering daripada burung lain. Waktu hidupnya lebih banyak digunakan untuk “mencetak anak” dan membiarkan spesies lain menanggung beban dengan merawat dan membesarkan anak-anaknya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Pipit zebra pada dasarnya merupakan burung indukan yang baik. Namun faktor tertentu membuatnya beralih ke jalur evolusi yang aneh ini.
“Jika burung bertelur selama beberapa hari, tapi sarangnya rusak sebelum beres bertelur, dia akan menyelamatkan telur yang tersisa dengan meletakkannya pada sarang burung dari spesies lain. Jika anakan ini nanti dirawat tuan rumah tanpa rasa curiga, maka sifat parasit tak terduga ini bisa menjadi batu loncatan untuk berkembangnya perilaku ini lebih lanjut,” kata William Feeney, salah seorang peneliti.
Dalam riset yang hasilnya diterbitkan dalam Jurnal Ecology and Evolution, Feeney dan rekan-rekan peneliti lainnya melakukan percobaan dengan melakukan pengamatan terhadap 17 pasang burung pipit zebra.
Dalam kandang aviary tertutup, para penelititi menetapkan tiga sarang yang identik, serta beberapa bahan sarang, lalu membiarkan pasangan finch memilih sarangnya dan bertelur. Sebelum telur lainnya sempat diletakkan, sarang terlebih dahulu dihancurkan.
Sebagai tambahan, telur pipit zebra akan ditambahkan ke salah satu sarang yang tersisa. Adapun telur pipit bengala (bengalese finch) ditambahkan ke yang lainnya.
“Pipit bengala memiliki keterkaitan dengan pipit zebra, dan akan menghasilkan telur dengan ukuran lebih besar, dan terkadang memiliki warna berbeda dari telur pipit zebra,” ujar Feeney.
Nantinya, burung-burung tersebut memiliki pilihan, yaitu memulai semuanya dari awal atau menyimpan telurnya pada salah satu dari dua sarang. Biasanya, burung akan memilih opsi terakhir.
Feeney dan rekan-rekannya berpendapat, dengan skenario yang sama, ini bisa menjadi pemicu bagaimana “parasit sarang” akan terus terjadi. “Ini merupakan lompatan biologis yang ditemukan Charles Darwin saat dia pertama kali mempelajari burung finch,” tambah Feeney.