Dari beragam jenis burung pleci / kacamata yang terdapat di Indonesia, kacamata sangihe atau sangihe white-eye Zosterops nehrkorni) tergolong paling langka dan terancam punah. Bahkan spesies ini dikabarkan sudah punah, mengingat para ilmuwan terakhir kali mendengar suaranya pada tahun 1999 di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kacamata sangihe atau kita sebut saja pleci sangihe merupakan burung endemik di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Spesies ini sebelumnya dianggap sejenis dengan pleci dahi hitam / black-crowned white-eye (Zosterops atriforns). Belakangan, pleci sangihe dipisahkan menjadi spesies tersendiri oleh Pamela C Rasmussen, ornitolog asal Amerika yang berpengalaman meneliti aneka spesies burung di kawasan Asia.
Masyararakat setempat menyebutnya burung mata mawiera. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Tubuh bagian atas berwarna hijau-zaitun, tunggir kuning-hijau mencolok, dan ekornya hijau kehitaman.
Yang membedakan spesies ini dari jenis burung pleci yang biasa dipelihara pleman di Indonesia adalah bagian dahinya berwarna hitam, dengan lingkaran mata putih yang lebih lebar.
Sekilas, penampilan kacamata sangihe sangat mirip dengan kacamata dahi hitam. Wajar saja, karena pleci sangihe pernah dimasukkan sebagai salah satu ras / subspesies pleci dahi hitam.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Habitat burung kacamata sangihe terbatas di hutan-hutan primer di perbukitan pada ketinggian 700 – 1000 meter dari permukaan laut. Kawasan Gunung Sahendaruman dan Sahengbalira relatif sempit, dengan luas total hanya 8 km2.
Habitatnya yang sangat sempit membuat burung kacamata sangihe rentan terancam kepunahan. Apalagi sebagian hutan di kawasan ini rusak atau beralihfungsi menjadi kawasan pertanian, pemukiman, maupun industri.
Memang, sejauh ini populasi burung kacamata sangihe belum diketahui secara pasti. Namun keberadaannya bagai telur di ujung tanduk. BirdLife International memperkirakan populasinya tidak lebih dari 50 ekor individu dewasa.
Karena ruang geraknya makin sempit, dan ancaman kepunahan yang makin nyata, Badan Konservasi Dunia (IUCN) memasukkan burung kacamata sangihe dalam daftar merah / red list dengan status keterancaman tertinggi yaitu Critically Endangered atau Kritis.
Suara kicauan kacamata sangihe tidak jauh berbeda dari kacamata dahi hitam, namun terdengar lebih tipis / halus. Selain itu, irama dan lagu-lagunya terdengar mengalun lebih cepat.
Meski sudah dinyatakan sebagai spesies pleci paling kangka dan terancam punah di Indonesia, faktanya kacamata sangihe belum mendapatkan perlindungan dari Pemerintah RI. Sebab berdasarkan Lampiran PP No 7 Tahun 1999, kacamata sangihe belum tecatat sebagai jenis burung yang dilindungi. Wah, gimana nih?
Semoga bermanfaat.