Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, belum lama ini mengadakan diklat penangkaran burung berkicau. Peserta yang berjumlah sekitar 20 orang itu merupakan warga masyarakat yang tinggal di sekitar Tahura dan dibimbing oleh Om Hasan Kuswara, staf pada Balai Pengelolaan Tahura.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Para peserta diklat memperoleh materi teknik penangkaran di Bowo BF Citeureup, Rabu (13/5).

Tahura Ir H Djuanda ini berada wilayah Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Teknis pengelolaannya berada di bawah Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. “Selama tiga hari, warga Tahura mengikuti diklat penangkaran burung berkicau,” ujar Om Hasan Kuswara.

Salah satu materi diklat adalah praktik langsung dengan mengunjungi Bowo Bird Farm (BF) di Citeureup, Bogor.  Bowo BF merupakan pusat penangkaran burung cucakrawa dan murai batu milik Om Saidi yang dikenal sukses.

Peserta diperkenalkan beberapa bentuk sarang burung.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Saat ini Bowo BF memiliki 74 kandang murai batu dan 54 kandang cucakrawa. Om Saidi juga membina delapan peternak yang mukin di sekitar Citeureup. Inilah yang membuat Balai Pengelolaan Tahura Djuanda memilihnya sebagai contoh keberhasilan peternak dan sekaligus tokoh inspirasi.

Kunjungan warga Tahura ke Bowo BF berlangsung Rabu (13/5), dan dipimpin langsung oleh Om Hasan Kuswara. “Diklat ini memang bertujuan untuk memberdayakan warga masyarakat desa di sekitar kawasan Tahura,” jelas Om Hasan.

Om Saidi, pemilik Bowo BF Citeureup, sedang meloloh anakan murai batu.

Penangkaran burung berkicau dalam konteks kekinian memiliki dua aspek penting, yaitu pelestarian alam dan ekonomi. Dari aspek pelestarian alam, masyakarat diharapkan bisa memiliki kesadaran untuk membudidayakan burung, khususnya burung-burung langka dan dilindungi.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

“Tetapi, dari aspek ekonomi, masyarakat yang membudidayakan atau menangkar burung juga bisa memperoleh penghasilan sehingga bisa meningkatkan taraf hidup keluarganya. Sebab burung kicauan juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi,” tambah Om Hasan.

Dari kanan: Om Saidi (Bowo BF), Om Yuwono, dan Om Hasan Kuswara (Tahura)

Ditambahkan, pihak Tahura nantinya akan menyiapkan burung-burung calon induk yang akan dibudidayakan masyarakat setempat. Anggaran untuk pengadaan burung induk pun sudah disiapkan, dan bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.

Om Saidi selalu pemilik Bowo BF terlihat antusias menerima tamunya. Apalagi hadir pula tokoh- tokoh peternak dari Paguyuban Pelestarian Burung Nusantara (P2BN) yang dipimpin Om Heru Sutarman.

Para peternak senior dari P2BN ini juga berbagi ilmu kepada para peserta diklat yang didominasi kawula muda. Sebagian besar materi penangkaran pun diberikan, mulai dari cara penjodohan, membuat kandang ternak, bentuk sarang ideal, pascapanen, hingga pemasaran.

Sebelumnya, Om Saidi menjelaskan kisah keberhasilannya dari mulai sebagai peternak kecil hingga sukses seperti saat ini. “Yang penting jangan putus asa, sabar, terus berbuat, tetap semangat, dan mau bekerja keras,” ujarnya.

Usaha penangkaran burung berkicau ini bisa menjadi penghasilan utama bagi yang belum mendapatkan pekerjaan, dan bisa juga menjadi penghasilan tambahan bagi yang sudah memiliki usaha pokok.

Sejumloh tokoh penangkar dari P2BN juga ikut membagikan ilmunya kepada peserta diklat.

“Asalkan mau belajar dan bekerja keras, Insya Allah akan berhasil,” kata Om Saidi yang membuat para peserta makin bersemangat.

GALERI GAMBAR BOWO BF CITEUREUP (KLIK DI SINI)

Om Saidi memang pantas dijadikan salah seorang tokoh inspiratif bagi calon penangkar burung kicauan di Indonesia. Dia mulai menangkar sejak hanya dari 1 pasangan induk cucakrawa, kemudian berkembangbiak menjadi 54 pasangan induk. Bahkan kini menjadi salah satu penangkar terbesar di Jabodetabek untuk cucakrawa dan murai batu. (d’one)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

Page: 1 2 3 4 5