Meski pendatang baru, Om Edy tidak ingin setengah-setengah dalam mengembangkan breeding murai batu. Di bawah bendera King Bali Bird Farm (BF), saat ini Om Edy sudah memiliki 18 petak kandang induk, dan sebagian di antaranya sudah mulai berproduksi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Seluruh materi induk berasal dari Leuser Bird Shop Pekanbaru milik Om Johan Shia yang dikenal sebagai penyedia murai batu bahorok prospek dan prestasi, serta calon induk maupun pasangan induk yang sudah berjodoh.
Murai batu bahorok merupakan salah satu varietas murai batu medan. Varietas lainnya dikenal dengan istilah murai batu marike. Tidak heran jika sebagian kicaumania menyembut murai batu marike sebagai murai batu medan.
Untuk melengkapi materi indukan, belum lama ini King Bali BF mendatangkan sepasang murai batu marike. Kebetulan Om Johan memilikinya, yaitu murai batu Black Mamba dan induk betina yang menjadi pasangannya.
Black Mamba yang memiliki kode L-99 di Leuser Bird Shop awalnya milik Om Willy, pemilik JP Hero BF Belitung. Om Johan dipercaya menyimpan MB Black Mamba, dan itu berlangsung sejak enam bulan lalu.
Cerita menarik mengenai murai batu Black Mamba
Menurut Om Johan, Black Mamba memiliki kisah menarik sebagaimana dituturkan para pemikat senior di kawasan Marike, yang secara administratif berada di Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Jarak antara Desa Marike dan Kota Medan sekitar 75 km. Nah, Kecamatan Bahorok juga berada di wilayah kabupaten yang sama. Marike dan Bahorok sama-sama berada di kaki Gunung Leuser, atau lebih dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Bisa dibilang, Marike merupakan subhabitat murai batu, yang tersambung dengan habitat murai batu bahorok. Melihat hubungan dekat ini, sulit bagi awam untuk membedakan murai batu yang berasal dari Marike dan Bahorok.
Menurut sejumlah pemikat, murai batu Black Mamba sudah menjadi incaran mereka bertahun-tahun. Konon, burung ini merupakan rajanya murai batu di habitatnya.
Bahkan seorang pemikat yang sudah belasan tahun menekuni profesi ini harus bersabar untuk mendapatkannya. “Setelah bertahun-tahun diincar, akhirnya dapat juga, “ kata Om Johan.
Kehadiran Black Mamba ketika masih di habitat aslinya mudah dikenali, karena burung lain pasti akan kabur menjauhinya, termasuk burung sejenis. Hal ini sering membuat para pemikat jengkel jika melihat Black Mamba, karena murai-murai lainnya pasti menghilang.
Ciri-ciri murai batu Black Mamba
Tongkrongan atau ciri-ciri fisik murai batu Black Mamba memang agak berbeda dari murai batu pada umumnya. Ini terlihat dari bentuk kepala, paruh, hingga sorot matanya yang sangat tajam.
Uniknya lagi, bagian kloaka (dubur), tenggorokan, dan bagian dalam mulut (termasuk lidahnya) berwarna hitam. Belum lagi kualitas suaranya yang luar biasa. Volumenya tembus dan lantang, speed di atas rata-rata, dan materi isiannya masih berupa suara-suara burung asli hutan. Ini menandakan Black Mamba bukan murai sembarangan.
Akhirnya, enam bulan lalu, murai Black Mamba berhasil dipikat dan dua hari kemudian langsung gacor. Burung langsung dibeli Om Willy Belitung, dan dititipkan perawatannya kepada Om Johan di markas Leuser Bird Shop Pekanbaru, sampai akhirnya dipinang Om Edy dari King Bali BF.
Nilai maharnya sebesar Rp 60 juta, termasuk betina yang menjadi pasangannya. “Semoga proses produksinya lancar, sebagaimana induk-induk lainnya yang saya boyong dari Leuser Bird Shop,” kata Om Edy.
Selama ini, Om Edy hanya butuh waktu sekitar dua bulan untuk menikmati piyikan-piyikan murai batu yang baru menetas. Rentang waktu ini dihitung sejak pasangan induk murai batu masuk ke kandang ternak hingga menghasilkan anakan.
Kini Om Edy menuai sukses bersama King Bali BF. Pasalnya sudah banyak penggemar murai batu di Bali yang indent anakan murai batu produksinya. Apalagi sejak kehadiran Black Mamba. (d’one)