Sejak kecil Om Noto memang hobi beternak burung kicauan, terutama murai batu. Awalnya sih coba-coba, dengan membangun tiga petak kandang. Kini sudah berkembang menjadi 15 petak kandang, dengan mengibarkan bendera NN-PKS Bird Farm Surabaya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menurut Om Noto, sudah puluhan tahun murai batu di alam liar menjadi incaran para penghobi burung kicauan di Indonesia. Tidak heran jika habitatnya kini menurun drastis. Itu sebabnya, dia terpanggil untuk ikut melestarikan murai batu dengan jalan menangkarnya.
Petak-petak kandang induk murai batu berjejer rapi di lantai dua rumahnya. Semuanya sudah terisi pasangan induk murai batu, yang didominasi murai batu ekor panjang.
Induk jantan rata-rata memiliki panjang ekor 22-23 cm, adapun induk murai betina memiliki panjang sekitar 14 cm. Om Noto fokus ke murai ekor panjang, karena memang menjadi buruan para penggemar murai batu. “Salah satu keindahan murai batu terletak pada panjang ekornya, selain materi suara dan gayanya,” tutur Om Noto.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Memang tidak mudah untuk mencetak trotol murai ekor panjang, meski salah satu maupun kedua induknya memiliki ekor panjang. Jika gen ekor panjang pada kedua induknya bersifat homozygot, tentu peluang mendapatkan anakan ekor panjang juga besar.
Tetapi genetika memang cukup rumit. Jika gen ekor panjang bersifat heterozygot, apalagi jika itu terjadi pada kedua induknya, tentu panjang ekor anaknya bisa bervariasi. Ada yang pendek, sedang, maupun panjang.
( lihat juga Perkawinan sesama murai ekor panjang: Kok anaknya berekor pendek? )
Faktor asupan pakan, dalam hal ini nutrisi protein, vitamin, dan mineral, sangat berperan penting dalam membantu menghasilkan anakan murai batu dengan ekor panjang.
Menyadari hal itu, Om Noto rajin memberikan pakan bergizi untuk anakan-anakan murai batu yang dihasilkannya, didukung pemberian rutin BirdVit dan BirdMineral, yang diperolehnya dari Om Endar Wardhana, agen produk Om Kicau di Surabaya.
Banyak sekali perubahan yang dialami Om Noto setelah menggunakan kedua produk Om Kicau. Pertama, dulu dia sempat galau lantaran banyak trotolan murai batu yang mati setelah disapih dari induknya.
“Ketika trotolan murai batu mulai belajar mandiri, secara mendadak nafsu makannya menurun drastis, dan burung menjadi pucat. Tak lama kemudian, burung langsung mati. Itu sempat terjadi beberapa kali,” keluh Om Noto.
Namun kegalauan itu tak menjurus ke rasa frustasi. Om Noto tetap bersemangat, sambil belajar dan terus belajar, sampai akhirnya memperoleh formula tepat untuk menghasilkan indukan yang produktif serta anakan yang sehat.
“Sejak kejadian itu, saya mulai rutin memberikan BirdVit dan BirdMineral untuk semua pasangan induk yang ada di kandang ternak. Dengan demikian, sudah ada jaminan burung memperoleh semua kebutuhan vitamin serta mineral esensial,” tambah Om Noto.
Kedua produk Om Kicau itu juga diberikan kepada anakan murai batu sehabis dipanen (dipisahkan dari induknya), atau sejak dimasukkan ke kandang inkubator. Ini dilakukannya hingga anakan burung siap dipasarkan.
Hasilnya di luar dugaannya (meski sebenarnya tidak mengejutkan bagi Om Kicau, he.. he.. he..). Pasangan induk pun menjadi produktif. Anakan tumbuh sehat dan angka kematian menurun drastis.
Alhasil, kini Om Noto dalam setiap bulan bisa menghasilkan rata-rata 20 ekor anakan, dari 15 pasangan induk yang tentu saja tidak berproduksi dalam waktu bersamaan.
“Saya akui, kualitas trotolan murai batu yang rutin diberi asupan produk Om Kicau menjadi lebih bagus, baik secara katuranggan, kesehatan, maupun mentalnya. Bulu-bulunya juga terlihat lebih mengkilap,” kata Om Noto.
Selain itu, sebagian besar murai jantan produk NN-PKS BF Surabaya juga mewarisi ekor panjang dari induknya yang jantan. Hal inilah yang membuat produknya laris-manis dibeli para pelanggannya.
Om Noto terapkan sistem poligami kawin-cabut
Untuk meningkatkan produktivitas, Om Noto juga menerapkan sistem poligami model kawin-cabut. Karena itu, dia membuat kandang yang dirancang untuk sistem poligami.
Dengan demikian, ketika induk betina mulai mengerami telur-telurnya, maka induk kantan bisa digeser ke kandang di sebelahnya yang sudah berisi induk betina siapan.
“Namun untuk menjaga kondisi induk jantan, terutama kesuburannya, saya membatasi seekor pejantan maksimal hanya mengawini tiga ekor betina saja,” jelas Om Noto.
Selain itu, tidak semua induk jantan bisa menjalani sistem poligami. Dalam hal ini, Om Noto harus memahami dulu karakter setiap induk jantan. Jika burung tidak terlalu agresif, namun tetap fight saat mendengar suara murai batu jantan lainnya, kondisi birahinya stabil, serta tidak mudah stres, maka akan dipilih sebagai pejantan poligami.
Namun jika induk jantan murai batu tidak memenuhi kriteria tersebut, dia akan dikawinkan hanya dengan seekor induk betina yang akan menjadi pasangannya dalam jangka waktu lama.