Persaingan murai batu tak hanya terjadi di lapangan alias arena lomba, latpres, dan latber burung kicauan. Kalangan breeder / penangkar / peternak murai pun bersaing dalam menghasilkan anakan murai batu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Para pemain umumnya lebih menyukai breeder murai batu yang fokus pada kualitas, terlebih jika memiliki indukan trah prestasi alias trah jawara.
Nah, ketika permintaan meningkat, para breeder murai batu trah juara pun tergoda untuk menghasilkan anakan sebanyak-banyaknya. Cara yang dilakukan antara lain menambah jumlah pasangan induk. Namun tidak sedikit pula yang mengambil jalan pintas dengan memforsir pasangan induk agar terus-menerus berproduksi, dan nyaris tanpa istirahat kecuali saat mabung.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Cara yang disebut pertama lebih dianjurkan daripada memforsir indukan agar terus-menerus berproduksi. Soalnya burung bukanlah mesin produksi yang bisa dipergunakan secara terus-menerus. Bahkan mesin produksi pun secara berkala menjalani masa istirahat, diservis, dan dicek apakah ada sparepart yang rusak atau tidak.
Menurut Om Syamsul Saputro, pemilik breeding murai batu SKL Bird Farm di Jatibarang, Indramayu, sebaiknya induk betina murai batu diistirahatkan setelah 3-4 kali produksi. Jadi, peternak juga harus memperhatikan kondisi pasangan induknya, dan jangan sekadar memikirkan keuntungan belaka.
Di alam liar, murai batu memiliki musim kawin (masa breeding) dalam rentang waktu tertentu, tergantung habitat masing-masing. Dalam kandang penangkaran, murai batu bisa berproduksi sepanjang waktu. Bahkan dalam kurun waktu 1 tahun, sepasang induk bisa berproduksi hingga 8 kali atau lebih.
Untuk menjaga kondisi fisik, kesehatan, dan kesuburan (fertilitas), sebaiknya induk betina diistirahatkan jika sudah berproduksi sebanyak 3-4 kali.
Masa istirahat ini bervariasi, bisa dua minggu, atau bahkan satu bulan. Dalam hal ini, induk betina dan jantan dipisah sementara. Misalnya, induk jantan dimasukkan ke dalam sangkar, namun sangkar masih berada di dalam kandang ternak. Dengan demikian, kita tak perlu mengulangi lagi proses penjodohannya.
Jika induk betina dipaksa untuk berproduksi terus-menerus, dikhawatirkan bisa menimbulkan berbagai masalah di kemudian hari. Misalnya induk mati mendadak, banyak anakan yang cacat atau tak mampu bertahan lama, dan lain sebagainya.
Meningkatkan kualitas anakan murai batu
Selain masalah produktivitas indukan, perkara lain yang kerap muncul dalam ternak murai batu adalah banyak anakan yang mengalami kelumpuhan, terutama setelah dipanen atau dipisahkan dari induknya. Hal ini kerap terjadi pada anakan yang dipanen terlalu dini, misalnya saat masih berumur 5-6 hari.
Pemanenan anakan murai batu pada umur kurang dari 10 hari memang sangat riskan, sehingga kurang dianjurkan terutama untuk penangkar pemula. Pada umur yang masih sangat muda ini, anakan murai akan terus merasa lapar, bahkan frekuensi laparnya bisa kurang dari 30 menit sekali.
Apabila anakan murai diloloh untuk jarak waktu cukup panjang, misalnya satu jam sekali, maka ketika merasa lapar dan tak ada respon dari perawatnya, dia akan berusaha bangkit mencari induk yang sebenarnya sudah tidak ada di dekatnya sejak dipanen. Saat itulah posisi tidurnya sudah berubah. Padahal dalam umur segitu, anakan murai tidak boleh terlalu banyak bergerak.
Akibat yang mungkin terjadi adalah kakinya tertindih oleh tubuhnya sendiri, sehingga menjadi pengkor / bengkok, bengkak pada lututnya, dan dalam kondisi yang lebih parah bisa mengalami kelumpuhan. Banyak sekali penangkar yang menjumpai kasus kaki pengkor atau lumpuh pada anakan murai, padahal semua kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi, termasuk kalsium.
Karena itu, jika ingin memanen anakan murai dari sarangnya, sebaiknya dilakukan saat umurnya 10 hari atau lebih. Pada usia tersebut, tulang-tulang kaki sudah cukup kuat untuk menopang bobot badannya, sehingga kemungkinan patah atau lumpuh bisa diminimalkan.