Om Ichsan Paris dari 220 Volt JPC Jakarta boleh dibilang pleman sejati. Jauh sebelum kelas pleci popular, dia sudah aktif turun ke lapangan. Bahkan jagoan lawasnya, pleci Suparman, sudah mengorbit sejak lima tahun silam dan sampai sekarang masih langganan juara. Apa sih rahasianya?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Awalnya, Om Ichsan Paris eksis di kelas anis merah. Begitu pamor anis merah meredup, dia pun menekuni pleci dengan mengandalkan Suparman yang ternyata masih berprestasi hingga saat ini.
Karena prestasinya bertahan lama, pleci Suparman menjadi salah satu amunisi 220 Volt JPC Jakarta. “Prestasinya sudah banyak,” ujarnya.
Menghadapi lawan-lawannya yang rata-rata berumur lebih muda, pleci Suparman masih tetap terlihat bugar dan top form. Volumenya masih tembus. Materi lagunya berupa isian suara red siskin, “colibri” (burung-madu) dan kenari. Durasi kerjanya pun maksimal, sejak awal hingga akhir penilaian terus berkicau.
Perawatan pleci Suparman
Bagaimana cara Om Ichsan Paris menjaga stamina dan kebugaran pleci Suparman? “Sebenarnya perawatannya standar saja. Saya bahkan mulai merawatnya setelah jam sepuluh pagi. Penjemuran pun hanya sekilas, tak lebih dari 15 menit,” tutur Om Ichsan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sehari-hari, Suparman hidup berdampingan dengan beberapa partnernya sesama pleci jantan. Pakan harian mengandalkan voer halus 220 Volt, sedangkan minumnya berupa larutan penyegar rasa leci.
Kalau mau lomba, maka sehari sebelumnya (H-1) diberi mentimun, ditambah 2 ekor ulat hongkong, dan beberapa butir kroto segar.
Hanya dengan perawatan seperti itulah pleci Suparman bisa berprestasi selama lima tahun terakhir ini. Dalam kontes di Mampang Enterprise, Jakarta Selatan, 3 Januari lalu, Suparman meraih juara 1, 3, dan 6.
Bagaimana dengan pleci-pleci jantan yang menjadi partner Suparman? Ternyata sebagian di antara mereka menjelma menjadi burung lomba, bahkan kerap meraih juara. Soalnya, burung-burung yang mendampingi Suparman ternyata merekam materi lagu-lagu sang jawara, sehingga memiliki materi berkualitas pula.
“Suparman memang unik. Bahkan partnernya biasa gonta-ganti setiap hari, tidak melulu pleci A atau B saja. Sebagian pendampingnya saya turunkan juga ke lapangan, dan bisa meraih juara,” jelas Om Ichsan Paris.
Kiat memilih pleci ombyokan
Selain piawai mengorbitkan pleci jawara, Om Ichsan Paris juga rajin hunting pleci prospek di Pasar Burung (PB) Pramuka Jakarta. Harga seekor pleci, khususnya mata putih (maput), kini sudah lumayan tinggi, sekitar Rp 600 ribu / ekor. Adapun mata cokelat (macok) sekitar Rp 150 ribu / ekor.
“Biasanya, saya nyolok pleci di kandang ombyokan di PB Pramuka, untuk memenuhi pesanan rekan-rekan yang selama ini mempercayai saya. Banyak lho pleci hasil colokan di Pramuka, setelah dirawat secara konsisten, akhirnya bisa menjuarai lomba,” ujar dia.
Jika Anda ingin membeli pleci di kandang ombyokan, Om Ichsan menyarankan agar memilih burung yang masih anakan, setidaknya belum dewasa. Jika kita merawatnya sejak anakan, maka pleci lebih mudah dimaster sesuai dengan keinginan pemilik atau perawatnya.
“Kalau pleci yang kita dapatkan sudah hampir dewasa, atau bahkan sudah berumur, tentu dia sudah punya materi isian yang direkam di habitatnya,” jelas Om Ichsan.
Jangan lupakan pula soal katuranggan. Biasanya, Om Ichsan akan memperhatikan bentuk fisik dan postur tubuh. Mulai dari paruh, mata, hingga kaki. Usahakan memilih pleci yang paruhnya panjang dan besar. Alisnya juga harus tebal.
Untuk memastikan jantan dan betina, Om Ichsan akan memancingnya dengan membunyikan audio / rekaman suara pleci via handphone. Kalau pleci yang hendak kita colok meresponnya dengan suara doble, bisa dipastikan jenis kelaminnya jantan. (d’one)