Sebagian besar burung kicauan yang berkelamin betina jarang sekali mengeluarkan suara nyanyian (song) atau lebih sering disebut suara kicauannya. Pada beberapa spesies burung kicauan seperti cucak jenggot atau cendet, si betina memang bisa berkicau sebagus burung jantan. Tetapi, sekali lagi, sebagian besar burung betina jarang mengeluarkan suara kicauannya. Mengapa?

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Burung betina superb fairy wren sedang memasuki sarangnya.

Burung betina pada umumnya hanya memiliki suara panggilan (call) dan suara alarm (semacam peringatan). Meski ada juga yang mampu berkicau, misalnya murai batu dan kacer, namun kurang bervariasi serta tidak terlalu sering diperdengarkan.

Belum lama ini, tiga orang ahli biologi berhasil mengungkap alasan mengapa burung betina jarang berkicau. Salah satu alasannya ternyata berkaitan dengan aspek keamanan. Lho, kok bisa begitu?

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Begini! Burung betina pada umumnya hanya mengeluarkan suara kicauan untuk merespon kicauan burung jantan. Sebagian burung jantan yang bersifat monogami akan terbang kembali ke sarangnya setelah mencari pakan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Saat itu dia akan berkicau, sebagai penanda bahwa dirinya sudah pulang. Burung betina lantas akan membalasnya dengan suara bernada serupa, namun dengan volume lebih rendah.

“Awalnya kami menduga, burung betina tak butuh menarik perhatian lawan jenisnya dengan suara kicauan seperti burung jantan,” kata Sonia Kleindorfer, salah seorang peneliti.

Tetapi pengamatan yang dilakukan selama dua tahun lebih terhadap 72 sarang burung berkicau di Australia berhasil mengungkap alasan lain. Suara kicauan burung betina ternyata bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahaya, karena bisa mengungkap lokasi sarang mereka bagi predator seperti ular.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti membuat sarang yang berisi telur puyuh, kemudian melengkapinya dengan rekaman suara kicauan burung. Frekuensi kicauannya sengaja diatur dalam angka-angka tertentu.

Hasilnya, pada sarang yang menggunakan frekuensi 20 suara kicauan / jam, sekitar 40% dikunjungi oleh predator yang langsung memakan telurnya. Adapun yang sarang yang menggunakan frekuensi rendah, yaitu 6 kicauan / jam, persentase kunjungan predator merosot hingga 20%.

Berdasarkan penemuan tersebut, tim peneliti menyimpulkan bahwa burung betina tidak mau mengeluarkan suara kicauannya demi melindungi sarangnya dari predator. “Bagaimana pun, kicauan ini memang mengundang bahaya,” ujar Kleindorfer seperti dilansir Phys.org.

Temuan yang diterbitkan dalam Jurnal Biology Letters tersebut memunculkan pemahaman baru mengenai evolusi burung. Kendati burung betina memiliki kemampuan berkicau yang sama seperti burung jantan, mereka terpaksa mengurangi frekuensi kicauannya, atau bahkan berhenti berkicau sama sekali, demi kelangsungan hidup.

Yang menjadi pertanyaan Om Kicau, mengapa perilaku di alam liar itu umumnya tetap dijumpai pada burung betina yang dipelihara dalam sangkar, dan relatif lebih aman dari gangguan predator. Ada yang bisa menjawab?

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.