Banyak keluhan yang disampaikan para pembaca omkicau.com, terutama penangkar pemula, tentang burung induk yang sering mengabaikan atau bahkan merusak sarang di kandang ternaknya. Untuk menjawab pertanyaan ini, Om Kicau akan menjelaskan beberapa penyebab burung mengabaikan atau merusak sarangnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Jika dicermati, burung-burung di alam liar jarang sekali merusak sarangnya sendiri. Mereka juga jarang pergi begitu saja meninggalkan sarangnya.
Namun, perilaku mengabaikan dan merusak sarang maupun telurnya itu justru kerap dijumpai pada burung-burung yang dibudidayakan / dikembangbiakkan melalui campur tangan manusia. Hal ini dapat terjadi dalam penangkaran berbagai jenis burung, mulai dari kenari, lovebird, parkit, hingga murai batu.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Masalah seperti ini acapkali membuat para penangkar, khususnya pemula, merasa putus asa sehingga memutuskan berhenti menjadi penangkar / breeder burung.
Mengapa bisa begitu? Sebenarnya banyak sekali faktor penyebab burung-burung di kandang ternak kerap merusak atau mengabaikan sarang, bahkan membuang telur yang sedang dieraminya. Om Kicau akan menjelaskan beberapa saja, namun menjadi faktor paling dominan selama ini.
1. Stres terhadap lingkungan sekitar
Inilah penyebab utama mengapa burung seringkali mengabaikan dan merusak sarangnya sendiri. Sebagai makhluk hidup, burung pun membutuhkan tempat tinggal yang nyaman.
Di alam liar, mereka bisa mendapatkannya melalui instingnya sendiri. Namun di kandang penangkaran, kebutuhan tempat tinggal harus dipenuhi manusia. Belum tentu apa yang disediakan manusia sesuai dengan kebutuhannya.
Kandang ternak burung semewah apapun, kalau tidak nyaman bagi burung, tentu akan menyebabkan penghuninya merasa tidak betah. Ketidakbetahan itu bisa diekspresikan secara beragam, mulai dari sering loncat-loncat, sering turun ke dasar kandang, hingga ngelabrak dinding kandang / sangkar.
Ketidaknyamanan itu bisa dipicu oleh suhu / temperatur di dalam kandang yang terlalu panas, pengap, berbau tak sedap, atau kondisi lingkungan di sekitar kandang yang terlalu ramai, berisik, dan sering dilalui manusia.
Selain itu, kehadiran binatang-binatang seperti tikus, kucing, tokek, dan lain-lain juga bisa membuat burung-burung di dalam kandang merasa cemas dan takut, sehingga tidak mau bertelur, bahkan mengacak-acak sarangnya.
Induk yang sedang mengerami telurnya, atau merawat anak-anaknya yang baru saja menetas, juga bisa marah dan melampiaskan kekesalannya akibat stres lingkungan dengan membuang telur atau anaknya sendiri.
Karena itu, tatkala menjumpai burung kerap mengabaikan dan merusak sarangnya, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah memeriksa kondisi kandang dan lingkungan sekitarnya. Apakah sudah memenuhi syarat atau masih memiliki kendala pada suhu terlalu tinggi, pengap, terlalu berisik, banyak binatang pengganggu, dan lain-lain.
2. Kandang koloni terlalu sempit
Banyak spesies burung, terutama dari jenis finch, biasanya berkembangbiak bersama koloninya di alam liar. Mereka hidup berpasang-pasang, mencari makan dan bersarang pada lingkungan yang berdekatan.
Kehidupan mereka di alam liar ini kemudian diadopsi manusia ketika hendak menangkarnya. Burung-burung finch seperti blackthroat serta paruh bengkok seperti lovebird dipelihara manusia dalam kandang koloni / aviary. Dalam kandang terdapat beberapa ekor burung yang akan mencari pasangan masing-masing.
Namun perlu diingat, kandang koloni yang terlalu sempit sering menyebabkan suasana tak nyaman, sehingga terjadi pertikaian di antara penghuninya.
Apalagi kalau kotak-kotak sarang ditempatkan terlalu berdekatan, sehingga sering terjadi pencurian bahan sarang, perusakan telur dan sarangnya, bahkan pembantaian terhadap anakan yang baru saja menetas. Selain itu, indukan yang terlalu stres juga mudah sekali mengabaikan sarang dan anak-anaknya.
Berapa batasan jumlah burung dalam kandang koloni? Sebenarnya tidak ada aturan yang baku, namun dianjurkan agar setiap 1 m2 luas kandang diisi 2-3 pasangan induk saja, atau sekitar 4-6 ekor burung.
3. Kandang berisi pasangan sesama jenis
Beberapa burung monomorfik (jantan dan betina memiliki penampilan fisik yang sama) seperti lovebird, kenari, dan jenis burung finch tertentu memang menyulitkan kita untuk menangkarnya dalam kandang soliter, misalnya model battery, yang hanya berisi 1 pasangan saja.
Pasalnya, harus ada kepastian bahwa dua burung yang dimasukkan dalam kandang tersebut memiliki jenis kelamin yang berbeda (jantan dan betina). Jika tidak, burung tak akan pernah bertelur selamanya (karena keduanya sama-sama jantan) atau bertelur melebihi kapasitasnya dan tak pernah menetas (karena sama-sama betina).
Dalam breeding lovebird, masalah seperti ini kerap terjadi dan dialami para penangkar. Jangankan pemula, breeder yang sudah berpengalaman pun acapkali terkecoh oleh perilaku lovebird yang seolah-olah berjodoh, saling meloloh, padahal keduanya berjenis kelamin sama.
Akibatnya, pasangan lovebird sering terlihat bolak-balik membawa bahan sarang, tapi tak pernah bertelur (karena semuanya jantan), atau bertelur tapi tak pernah menetas (karena semuanya betina). Ujung-ujungnya, burung akan mengacak-acak sarangnya sendiri.
4. Telur yang dierami infertil
Burung memang memiliki instink tersendiri mengenai apa yang ada di dalam telur yang sedang dieraminya. Kalau sudah mengeram sampai batas waktu mestinya menetas, tapi tak kunjung menetas, burung biasanya meninggalkan sarang.
Bahkan, dalam beberapa kasus, burung akan membuang telur-telur yang dieraminya namun tidak pernah menetas itu. Para penangkar tentu akan kecewa, karena gagal mendapatkan anakan yang diharapkannya.
Sebagian besar telur yang tak menetas sampai batas waktu pengeraman merupakan telur infertil (gabuk) alias tak dibuahi oleh sel sperma dari burung jantan. Sebagian lagi merupakan telur di mana embrio sempat tumbuh, tetapi mati di dalamnya sebelum menetas.
Penyebab telur infertil juga beragam, mulai dari faktor genetik yang diwarisi dari salah satu atau kedua induknya, penyakit, faktor umur (terlalu tua), kekurangan gizi, dan sebagainya. Bisa juga karena pasangan induk dipaksakan untuk terus berproduksi sepanjang waktu.
Itulah beberapa penyebab burung mengabaikan atau merusak sarangnya. Jika Anda pernah atau sedang mengalami masalah seperti ini, silakan dicek satu-persatu faktor penyebabnya, agar kasus serupa tak terjadi lagi dan burung di kandang ternak bisa segera berproduksi.
Semoga bermanfaat.