Salah satu perkembangan menarik dari lomba, latpres, maupun latber burung kicauan di wilayah Jabodetabek saat ini adalah kemunculan kelas lovebird baby. Banyak event organizer (EO) yang membuka kelas ini, meski terkadang ada yang menyebutnya kelas lovebird prospek.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sampai sejauh ini memang belum ada pakem mengenai umur lovebird yang bisa masuk di kelas spesial ini. Setiap EO memiliki aturan masing-masing, namun sebagian besar menetapkan batas maksimal umur 4 atau 5 bulan.
Kemunculan kelas lovebird baby ini ternyata mampu mendongkrak omzet penjualan di kalangan peternak / breeder maupun agen, pengepul, dan pedagang lovebird. Hal ini juga dirasakan Om Yusbani, penangkar lovebird di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Lelaki yang akrab disapa Om Iyunk Jagakarsa ini sebelumnya dikenal sebagai spesialis penyedia lovebird impor, terutama dari Taiwan. Kini dia lebih fokus ke ternak lovebird, namun materi indukannya tetap dari Taiwan, karena hasilnya memang digemari para pemain lapangan.
“Sekarang permintaan anakan lovebird umur empat bulan meningkat pesat, lantaran kelas baby di Jabodetabek makin ramai,” tuturnya.
Om Iyunk fokus breeding lovebird suara, terutama yang berpotensi ngekek panjang. Induk yang digunakan bukan hanya hijau standar saja, tapi juga pastel kuning, pastel hijau, dan pastel biru.
Para pembeli dan pelanggan yang datang ke penangkarannya biasanya memilih lovebird yang latah, gacor, dan ngekek panjang, serta memiliki volume yang lantang.
Berdasarkan pengamatannya selama ini, lovebird asal Taiwan paling digemari kalangan pemain. Sebab sering terbukti moncer di lapangan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Lovebird trah Taiwan memang punya beberapa keunggulan, antara lain gacor, volumenya lebih kristal, suaranya lebih garing, dan mental tempurnya bagus. Yang lebih penting lagi, burung juga mudah dirawat maupun diternak,” jelasnya.
Harga anakan lovebird trah Taiwan umur 4-5 bulan dibanderol mulai dari Rp 400.000 hingga Rp 600.000. Om Iyunk juga menyediakan lovebird dewasa, baik untuk lomba maupun diternak, tapi harganya tentu lebih mahal.
Menggunakan kandang model koloni
Penangkaran lovebird milik Om Iyunk menggunakan kandang model koloni, dengan ukuran 2 x 1,5 m2 dan tinggi 2 meter. Saat ini ada 2 unit kandang koloni yang mampu menampung puluhan pasang indukan.
Sebelum dimasukkan ke kandang koloni, Om Iyunk akan melakukan seleksi ketat terhadap calon induk jantan maupun betina. Kriteria utamanya adalah harus memiliki kualitas suara terbaik dan mampu ngekek panjang.
Setelah masuk kandang koloni, lovebird bebas mencari pasangan masing-masing. Apabila sudah berjodoh, pasangan baru ini akan memilih gelodok yang sudah disiapkan.
“Breeding lovebird menggunakan kandang model koloni memang lebih praktis. Yang terpenting, pakan kita siapkan sebanyak-banyaknya. Meski ditinggal berhari-hari, burung tetap aman,” kata Om Iyunk.
Kalau telur sudah menetas, anakan tetap dirawat induknya. Berdasarkan pengalamannya selama ini, anakan lovebird yang diasuh indukannya akan terlihat lebih sehat, lincah, dan cepat gacor.
“Jika anakan sudah keluar dari gelodok, barulah kita panen, kendati masih dalam kondisi belajar makan. Nah, anakan yang baru lepas sapihan seperti itulah yang paling laku,” jelasnya.
Karena anakan lovebird dirawat langsung oleh induknya hingga lepas sapih, bisa dimaklumi jika produktivitas induk relatif terbatas. Sebab induk harus mengasuh anak-anaknya minimal sampai umur 1 bulan.
Itu sebabnya, stok anakan lovebird di penangkaran Om Iyunk memang terbatas. Calon pembeli pun terkadang harus antre. “Alhamdulillah, sejak adanya kelas lovebird baby, banyak yang pesan anakan,” tandasnya. (d’one)