Karena keterbatasan waktu, tidak semua kicaumania bisa merawat sendiri burung kicauannya, baik burung lomba maupun sekadar untuk hiburan di rumah. Mereka kemudian mempercayakan pekerjaan ini kepada perawat, atau terkadang disebut mekanik atau joki burung.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Alhasil, joki burung juga bisa dijadikan profesi tersendiri. Profesi ini bisa ditekuni selama mungkin, atau bisa juga dijadikan batu loncatan untuk menjadi pemain lomba, penangkar burung, dan sebagainya.
Bahkan salah seorang reporter omkicau.com pun memulai karirnya sebagai joki merpati, kemudian joki burung kicauan, sampai akhirnya bisa membudidayakan beberapa jenis burung kicauan, yang sebagian produknya dibeli pemain dan moncer di lapangan.
Karena itu, jangan pernah minder menjadi seorang joki burung. Bagi yang berminat menjadi joki burung, artikel ini semoga bisa menginspirasi dan menjadi penyemangat Anda untuk menekuni profesi menarik tersebut.
Peran perawat / mekanik / joki burung tidak hanya sekedar merawat burung dalam kesehariannya. Ia juga harus pandai mengkondisikan burung dari nol hingga berprestasi. Bahkan dengan keahliannya, dia bisa menjadi partner sekaligus konsultan bagi majikannya dalam memilih (membeli) burung di lapangan. Ya, perawat sangat berperan dalam menentukan prestasi burung di lapangan.
Biasanya, pemilik burung yang memiliki uang berlebih lebih suka memilih cara yang lebih praktis: cukup membeli burung juara, meski harganya mahal. Selanjutnya, burung dipercayakan kepada perawat baik untuk perawatan harian maupun mengawalnya turun ke lapangan.
Peran perawat seperti ini tentu tidak terlalu rumit, karena hanya meneruskan pola rawatan dari pemilik sebelumnya. Kalau bisa, Anda harus menjadi perawat atau joki andal. Tugasnya tidak hanya merawat, memberi makan, memandikan, menjemur, atau membawanya ke lapangan.
Lebih dari itu, seorang perawat burung yang andal harus pandai menampilkan burung di lapangan dan mengkondisikannya saat burung dalam kondisi “rusak”, bahkan bisa membetulkan burung yang sudah rusak hingga kembali ke top form dan moncer kembali di lapangan.
Kita bisa belajar dari Bang Enim. Kicaumania yang tinggal di Depok ini sudah menekuni profesi sebagai joki burung pria selama lebih dari 30 tahun. Banyak kicaumania papan atas di Depok yang menggunakan jasanya, termasuk Om Wahid FIA (Inyonk BC).
Bang Enim bukan hanya berperan sebagai perawat harian hingga melakukan settingan lomba. Dia juga piawai memperbaiki burung yang awalnya tidak mau tampil menjadi moncer di lapangan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sudah banyak burung jawara di Jabodetabek yang moncer di lapangan berkat tangan dinginnya. Namun, untuk menjaga nama baik mantan-mantan majikannya, dia enggan membeberakan burung mana saja yang pernah moncer di tangannya.
“Saya sering kebagian membetulkan burung yang sedang mabung atau baru rampung mabung, bahkan burung yang kondisinya sudah rusak. Setelah rapi dan kondisinya pulih, saya serahkan ke pemiliknya,” ucap Bang Enim seraya menyebut beberapa nama murai batu dan cucak hijau jawara.
Untuk bisa memiliki burung jawara, kata Bang Enim, yang terpenting burung harus punya dasar kualitas yang bagus. Istilah kerennya, burung mempunyai kualitas genetis yang bagus, yang diwarisi dari salah satu atau kedua induknya, dan bisa diwariskan kembali kepada keturunan atau anak-anaknya.
Kualitas dasar itu mencakup materi lagu, volume, dan mental yang bagus. Sebab akan sia-sia merawat dan mengkondisikan burung jika secara genetis tidak memiliki materi yang baik.
Selanjutnya, seorang joki andal harus bisa memahami karakter burung yang ditanganinya. Sebab, setiap individu burung memiliki karakter yang tidak selalu sama.
Kalau sudah mampu memahami karakternya, maka kita bisa menyesuaikannya dalam perawatan sehari-hari, termasuk memahami kebiasaan-kebiasaannya menjelang dan saat berlomba.
Selain pemahaman karakter, seorang joki juga harus memantau kondisi terkini dari burung yang sedang ditanganinya. Jangan sampai burung dalam kondisi tidak top form dipaksa tampil di lapangan, karena hasilnya pasti sia-sia.
Semua tahapan itu juga harus dibarengi dengan ketelatenan dan kesabaran dari seorang joki. Pasalnya, burung bukanlah mesin atau robot yang bisa kita setel semaunya. Dia adalah makhluk bernyawa yang juga butuh interaksi dengan perawatnya, butuh perhatian dan kasih sayang.
Untuk mencari settingan lomba yang pas, seorang joki juga harus mau mencobanya dulu dalam even-even berskala kecil, misalnya latberan.
“Kalau masih ada kekurangan di sana-sini, kita bisa mengubah settingan sampai akhirnya ketemu settingan paling tepat untuk burung itu. Jika sudah ketemu settingan yang tepat, ya terserah bos mau dilombakan ke mana,” katanya.
Kehebatan Bang Enim dalam memoles burung kicauan tersebut juga diakui Om Wahid FIA. Karena itu, dia kini mempercayakan beberapa burung andalannya kepada Bang Enim.
Menurut Om Wahid, tugas seorang mekanik atau joki bukan hanya sekadar merawat burung, tetapi juga rekan diskusi yang mau memberi masukan dan konsultasi bagaimana dia harus memilih burung prospek di lapangan.
Kemahiran dan ketajaman dalam memantau burung prospek di lapangan harus dimiliki seorang joki andal. “Sebab nantinya dia kan yang megang, tentu harus sesuai dengan seleranya juga,” tutur Om Wahid, pemilik kacer King Safir.
Dari Bang Enim pula, Om Wahid mengaku banyak belajar bagaimana mendapatkan dan memilih burung dengan harga terjangkau, tanpa harus membeli dengan harga mahal, namun tetap berkualitas.
“Saya tidak pernah beli burung mahal, karena lebih sering berdiskusi dulu bila ingin memilih burung. Dan Bang Enim tidak hanya pandai merawat, tapi sudah saya anggap sebagai guru,” tandasnya.
Sebab, menurut Om Wahid, kemenangan seekor burung di lapangan harus diperoleh secara terhormat, yakni berdasarkan kualitas burung: bukan karena kedekatan pemilik dengan juri atau panitia. (d’one)