Usia muda sama sekali tidak menghalangi kita untuk menjadi meraih kesuksesan sebagai penangkar burung. Hal ini sudah dibuktikan sendiri oleh Om Andri Wicaksono dan Om Indra Prayudi. Duet in sukses mengelola penangkaran murai batu Sadajiwa BF Surabaya. Hebatnya lagi, duet ini mampu menerapkan sistem poligami murni.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Salah satu pasangan induk murai batu model poligami murni (1 jantan vs 2 betina) di kandang Sadajiwa BF Surabaya. Induk jantan (tengah) memiliki panjang ekor 24 cm.

Poligami dalam penangkaran murai batu semula dianggap mustahil, mengingat burung ini memiliki sifat agresif dan sangat teritorial. Namun ketika beberapa peternak mulai mencoba dan berhasil, sistem poligami makin popular kaena bisa mendongkrak produktivitas induk murai batu.

Ada dua model poligami yang diterapkan para breeder murai batu, yakni:

  1. Poligami murni, di mana seekor murai batu jantan disatukan dalam kandang ternak bersama beberapa ekor murai betina. Sudah ada beberapa peternak yang sukses menerapkan model ini, antara lain Om Edy Susanto (ET BF Bandung) dan Sadajiwa SF Surabaya.
  2. Poligami model kawin-cabut. Di sini murai batu jantan bertugas mengawini beberapa ekor murai betina yang dtempatkan dalam kandang terpisah. Setelah mengawini betina A di kandang X, maka si jantan akan dipindah ke kandang Y untuk mengawini betina B. Salah seorang penangkar yang sukses menerapkan model ini adalah Om Didik (RBBF Gresik).

Sadajiwa BF menerapkan sistem poligami murni, di mana seekor murai batu jantan disatukan dalam kandang breeding bersama dua ekor murai betina.

Murai batu jantan nangkring di atas. Dua betina ada di lantai kandang.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

“Untuk menjaga kondisi murai batu jantan agar tetap prima atau tidak mudah loyo, pastikan asupan extra fooding (EF) selalu tercukupi. Saya juga tak pernah lupa memberikan vitamin dan mineral, sehingga kondisi indukan tetap prima, jelas Om Andri Wicaksono yang juga pengguna setia produk Omkicau.

Om Andri Wicaksono, penangkar muda dengan segudang pengalaman.

Saat ini Sadajiwa BF memiliki empat pasangan induk murai batu yang hidup berpoligami secara murni. Bahkan tiga di antaranya sudah rajin berproduksi, sedangkan satu pasangan lagi masih dalam tahap indukan membuat sarang.

“Supaya hasilnya lebih maksimal, kami menggunakan induk hasil penangkaran beberapa kolega, bukan induk hasil tangkapan hutan. Sebab lebih jinak, sehingga mudah dijodohkan. Selain itu, murai batu hasil penangkaan memiliki trah atau silsilah yang jelas,” kata Om Indra Prayudi.

Om Indra Prayudi: Fahami karakter induk untuk memudahkan proses poligami murni.

Setiap pasangan induk poligami murni rata-rata bisa menghasilkan 6 ekor anakan setiap kali berproduksi. Artinya, masing-masing induk betina menghasilkan tiga ekor anakan.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Begitu menetas, anakan tetap dalam perawatan induknya selama lima hari. Setelah itu anakan dipanen, dipisahkan dari induknya, dan dipindah ke kandang khusus pembesaran. Sekitar 10 hari pascapenan, induk biasanya kembali membuat sarang.

Piyikan murai batu dari dua induk betina di kandang yang sama.

Proses penjodohan murai batu model poligami murni

Teknik penjodohan murai batu model poligami bisa menggunakan beberapa cara. Pertama, dua murai betina muda disatukan dalam kandang / sangkar hingga keduanya siap produksi (sekitar umur 1 tahun). Dengan cara ini, kedua calon induk sudah akur dan tidak akan saling serang.

“Kalau murai betina sudah siap produksi atau birahi, baru dijodohkan dengan murai batu jantan yang sudah birahi. Pastikan murai jantan bukan tipe burung yang galak, sehingga proses penjodohannya lebih mudah,” kata Om Andri.

Cara kedua, dua ekor murai betina dewasa disatukan dalam kandang. Kalau salah satunya berkarakter galak, maka dia harus disatukan dengan betina yang tidak galak. Jika calon induk betina sama-sama galak, tentu keduanya akan saling menyerang.

Dua induk murai batu betina mengeram dalam waktu hampir bersamaan.

Jika kedua calon induk betina sudah akur, dan mulai membuat sarang, maka murai jantan bisa dimasukkan dalam kandang, namun dalam kondisi masih terkurung dalam sangkarnya.  Proses penjodohan bisa berlangsung 2-3 hari. Setelah tidak ada yang saling dominan, burung jantan bisa dilepaskan dari sangkarnya.

Dengan menerapkan sistem poligami murni, produktivitas induk pun meningkat drastis. Selain itu, kita juga dapat menghemat penggunaan induk jantan yang harganya jelas tak murah.

Sadajiwa BF biasanya menjual trotolan murai batu pada umur 2 bulan, atau dalam kondisi sudah bisa makan voer kering. Harga trotolan bervariasi, mulai dari Rp 2,3 juta hingga Rp 3,5 juta per ekor.

Trotolan murai batu ring Sadajiwa BF umur 2 bulan dan siap jual.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.