Penangkaran murai batu NSM BF Bogor saat ini memiliki 94 kandang indukan, bahkan 90% di antaranya sudah berproduksi. Tidak heran jika dalam satu bulan bisa memanen anakan murai batu. “Sebagian induk lainnya masih mengeram,” kata H Kuwadi, pemilik NSM (Niki Sae Mas) Bird Farm.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Breeding murai batu yang bermarkas di Jalan Raya Sukabumi Km 25 (samping Bakso Tukul), Warung Nangka, Ciawi, Bogor, itu mempunyai materi induk jantan yang umumnya berasal dari SWD Klaten, Maestro BF, serta murai batu jawara hasil buruan Om Kuwadi dan kru dari berbagai lapangan.
“Kalau induk betina, kita menggunakan hasil ternak sendiri, karena silsilahnya sudah diketahui secara jelas. Namun, untuk meningkatkan kualitas anakan, induk jantan kerap berganti pasangan,” ujar Om Kuwadi.
Beberapa induk jantan yang menjadi favorit para pelanggannya adalah murai batu Mio, Arjuna, Lorenzo, Panzer, Bintang Medan, Pendawa, Kapten, Maestro, Petruk, Gareng, Avatar, Lion, Reog, Mehong, Kenzin, Bima, dan Zombi.
Baru-baru ini Om Kuwadi kembali mendatangkan induk jantan yang dibelinya dari H Suwadi, pemilik SWD Klaten. Namanya Begal Plembon, yang diharapkan makin meningkatkan kualitas anakan murai batu yang dihasilkan NSM BF.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sudah banyak murai batu hasil ternak NSM BF yang moncer di tangan pemain lainnya, terutama dari kandang Petruk, Gledek, Mio, dan Bintang Medan.
Misalnya anakan MB Petruk yang sekarang ada di tangan Om Hendy S, kicaumania Cibinong. Belum genap berumur 1 tahun, burung ini sudah sering menjuarai even-even di Kota Bogor.
Begitu juga anakan Gledek, dengan ring kode NSM 061, yang sekarang di tangan Om Ferry G. Burung ini baru berumur 10 bulan, namun selalu berprestasi dalam even-even lokalan maupun regional.
“Masih banyak produk NSM yang sudah moncer di berbagai lomba. Biasanya para pembeli memberi kabar kepada saya kalau burungnya juara,” kata Om Kuwadi.
Selain menjual anakan murai batu, NSM BF juga menyediakan pasangan induk dari trah pilihan, baik yang baru berjodoh maupun yang sudah produksi. Apabila datang sendiri, pembeli bisa memilih langsung pasangan induk yang diinginkannya, dengan harga mulai dari Rp 20 juta per pasang.
Kalau pasangan induk sudah berproduksi, apalagi sudah bawah anakan, tentu harganya lebih mahal. Meski demikian, biaya pembelian pasangan induk biasanya sudah “balik modal” dalam kurun waktu kurang dari setahun. (d’one)