Madura dikenal sebagai daerah yang produktif menghasilkan cendet-cendet berkualitas jawara. Secara substansial, sebenarnya tidak ada perbedaan antara cendet madura dan cendet dari daerah-daerah lainnya. Namun fakta memang berbicara lain: cendet dengan KTP Madura selalu diburu orang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mengapa itu bisa terjadi? Beberapa analisis yang mengemuka antara lain karena muncul persepsi bahwa cendet madura memiliki mental bertarung yang bagus (sangat fighter), kemampuan merekam dan meniru berbagai suara isian burung lain, serta gayanya yang khas saat digantang.
Namun bukan berarti cendet yang berasal dari luar Madura tidak bagus. Kawasan Muria (Kudus, Jepara, Pati, dan Blora), misalnya, juga menjadi habitat cendet yang berkualitas, dan seringkali memenangi even-even nasional.
Kekhasan yang dimiliki cendet madura ini boleh dibilang identik dengan cucak hijau dari Banyuwangi dan Jember, anis merah dari Bali, atau murai batu dari Medan dan Aceh. Ini semua sudah melekat pada memori para kicaumania.
Lantas, bagaimana cara mencetak dan mengorbitkan cendet madura? Benarkah anakan cendet di Pulau Garam itu sudah mulai langka, sehingga muncul rumor bahwa pengepul memasok burung dari luar Madura?
Bagaimana pengalaman para pencetaknya dalam mengirimkan cendet-cendet ke daerah lain, bahkan sampai keluar Jawa? Berapa pula transakasi paling mahal selama ini?
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, omkicau.com mewawancarai dua pencetak dan pengorbit cendet di Madura yang namanya sudah terkenal di kalangan cendet mania.
Pertama, Om Noval atau lebih popular dengan sapaan Om Rey Shafan. Dia berdomisili di Bluto, Kabupaten Sumenep. Kedua, Om Yusuf alias Om Yuza Serdadu yang bermukim di Waru, Kabupaten Pamekasan.
Isu “pengoplosan” anakan cendet, benarkah?
Saat ini beredar isu mengenai “pengoplosan” anakan cendet. Disebutkan, para pengepul sering mencampur anakan pentet asal Madura dengan anakan pentet dari daerah lain. Isu ini disebut-sebut sebagai upaya jitu mengatasi kelangkaan cendet madura, sekaligus mengambil keuntungan dari banyaknya cendet mania yang mencari burung bahan asli dari Madura.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Benarkah isu tersebut? Baik Om Rey Shafan maupun Om Yuza Serdadu tidak menampik adanya isu miring tersebut. Artinya, keduanya memang pernah mendengar selentingan seperti itu.
Namun Om Rey dan Om Yuza secara tegas menepis kebenaran isu tersebut. “Soal kabar tersebut, saya memang pernah mendengarnya. Tapi soal benar dan tidaknya, sejauh ini saya belum pernah menjumpai,” tutur Om Rey yang memelihara cendet sejak SMP atau tahun 1997.
Om Rey menjamin semua cendet yang dibelinya asli dari Madura. “Saya pribadi tak mau terlibat dalam praktik seperti itu. Saya beli trotolan cendet dari para pemikat yang sudah lama saya kenal, dan saya jamin asli Madura,” tambahnya.
Hal senada ditegaskan Om Yuza. Dia juga pernah mendengar, anakan cendet dari daerah lain kerap diakui atau diklam sebagai cendet madura. Itu biasanya dilakukan oleh oknum tertentu, dan biasanya diedarkan di pasar burung.
Para pencetak dan pengorbit yang sudah hafal dengan katuranggan antara cendet lokal asli (Madura) dan cendet dari luar daerah, pasti sudah bisa membedakannya.
“Kalau saya, maaf, secara pribadi belum pernah dan tidak pernah mencetak cendet dari luar Madura. Alhamdulillah, stok lokal masih sangat berenergi dan pastinya lebih ngeri,” tambah Om Yuza yang memelihara cendet sejak kelas 1 SMA (2002).
Tentang teknik pemasteran cendet
Om Rey dan Om Yuza memiliki cara / teknik pemasteran cendet yang hampir sama, yaitu kombinasi antara burung master dan memanfaatkan audio mp3 (sonic master).
Yang membedakan, Om Rey menggunakan burung cendet yang sudah jadi dan memiliki materi bagus untuk memaster cendet-cendet yang hendak dicetak atau diorbitkannya.
Om Yuza tak hanya menggunakan cara tersebut, tetapi ditambah dengan burung master seperti lovebird, burung gereja, LB, dan lain-lain. “Masteran dari burung bisa lebih cepat masuk dan ditangkap oleh trotolan cendet,” jelasnya.
Untuk pemasteran menggunakan mp3, Om Yuza biasanya menerapkannya secara full 24 jam. Adapun Om Rey hanya memasternya dari satu lagu dulu per 2 hari (pagi dan malam saja).
“Dalam sehari, kita putar play all materi pemasteran yang diinginkan. Play all lagu dapat menghasilkan burung dengan roll-roll yang enak. Sebab tidak semua materi bisa diserap baik oleh setiap burung. Tingkat kecerdasan cendet secara individu pasti berbeda-beda”, tuturnya.
Setelah proses pemasteran mulai terlihat hasilnya, cendet remaja yang menginjak umur 5 – 7 bulan mulai diajak jalan-jalan ke lapangan, meski tidak harus langsung digantang di dalam arena. Cukup tes mental di perjalanan dan berada dalam keramaian manusia.
Kesuksesan Om Rey dan Om Yuza ini membuahkan hasil. Om Rey sekarang punya cendet andalan dan sering berprestasi, yakni cendet Ababil. Om Yuza mempunyai cendet Messi yang juga sarat prestasi.
Lihat juga Video cendet Ababil dan Messi orbitan Om Rey dan Om Yuza.
Keduanya juga sering melayani pemesanan cendet madura, baik trotolan, remaja, bahan prospek, maupun cendet yang sudah berprestasi. Tingkat pengalaman dalam pengiriman cendet ke luar Madura juga beragam.
Om Rey lebih mengandalkan transportasi umum seperti bus dan kereta api. Bahkan saat mengirim cendet ke Sumbawa, NTB, dia menggunakan jalur udara.
Lain halnya dengan Om Yuza. Untuk cendet-cendet tertentu, terutama yang berprestasi dan nominal transaksinya mahal, dia tak mau ambil risiko dengan menyerahkan kepada agen travel. “Saya antar langsung kepada pemesan, seperti yang pernah saya lakukan ke Ponorogo, Jogja, dan Jakarta,” tandasnya.
Ketika ditanya berapa jumlah cendet yang pernah dipelihara, kedua pengorbit tersebut memberikan jawaban yang fantastis. Om Rey pernah mengorbitkan 90 ekor cendet. Om Yuza bahkan pernah mengorbitkan 100 ekor lebih hanya pada tahun 2001 dan 2012.
Harga termahal yang pernah dijual Om Rey sekitar Rp 16 juta / ekor, sedangkan Om Yuza pernah mencapai Rp 75 juta per ekor. Wow!!! Sebuah angka yang menggiurkan, semoga menjadi penyemangat bagi para pencetak, pengorbit, dan pemain cendet di Indonesia. (Bung Ali)
Semoga bermanfaat.