Banyak penangkar burung cucakrowo, terutama pemula, yang gulung-koming saat melihat perilaku induk yang suka mematuki telur yang sedang dierami. Perilaku ini biasanya dilakukan induk jantan. “Tetapi karena merasa terganggu, induk betina pun menjadi stres dan ikut mematuki telur,” ujar Om Sutoto GRD, pemilik breeding cucakrawa GRD Bird Farm Balikpapan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Akibat perilaku ini, banyak breeder pemula yang enggan meneruskan usahanya, lantaran telur selalu retak atau pecah, sehingga tak mungkin menetas.
Sebagian besar breeder cucakrowo yang kini menuai sukses, misalnya Om Sutoto GRD, tentu pernah melewati masa-masa suram seperti itu. Kemampuan dalam mengatasi induk cucakrowo yang suka mematuki telur itulah yang membuat mereka punya pengalaman sehingga mampu bertahan sampai sekarang.
Untuk menyemangati para breeder pemula, atau siapapun yang ingin beternak burung cucakrowo, Om Sutoto GRD bersedia membagi tips sesuai dengan pengalamannya selama ini.
Dari puluhan pasangan induk cucakrowo di kandang ternaknya, Om Sutoto GRD mengamati ada satu pasangan bermasalah. Induk betinanya sudah 13 kali berproduksi, namun perilaku induk jantan tidak pernah berubah, yakni mematuki telur-telur yang dihasilkan pasangannya.
Karena induk jantan gemar mematuki telur, tutur Om Sutoto, maka jalan satu-satunya adalah segera mengambil telur asli yang baru keluar dari kloaka induk betina. Selanjutnya, telur tadi diganti dengan telur manipulasi, dalam hal ini telur puyuh yang sudah direbus.
“Kalau tidak segera diambil, atau terlambat beberapa menit saja, telur pasti akan dipatuk si jantan. Nah, telur asli untuk sementara disimpan dalam inkubator atau mesin tetas, ” jelas Om Sutoto.
Berikut ini cuplikan video mengenai proses pengambilan telur asli, untuk diganti telur manipulasi. Intinya, tunggu induk betina meninggalkan sarangnya untuk makan / minum:
Langkah selanjutnya, tangkap induk jantan untuk diasingkan dalam sangkar soliter. Meski betina kini sendirian, bukan berarti telur asli bisa langsung dikembalikan ke sarangnya.
“Tunggu dulu, jangan terburu-buru. Sebab, induk betina biasanya juga stres akibat ulah induk jantan. Sebaiknya pantau dulu betinanya, apakah masih mau mengerami telur manipulasi (telur puyuh) tadi, tanpa mematuk-matuk lagi,” tambah Om Sutoto.
Kalau kondisi sudah stabil, di mana induk betina mulai tenang dan mau mengerami telur manipulasi, barulah kita beraksi. Tunggu sampai induk betina meninggalkan sarangnya untuk makan / minum.
“Setelah itu, telur manipulasi dikeluarkan dan diganti dengan telur asli yang semula disimpan dalam inkubator. Prosesnya sama seperti terlihat dalam video tersebut. Insya Allah, cara seperti ini aman dan terkendali, he.. he..,” tukas Om Sutoto lagi. (OK-1)
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.