Berawal dari keprihatinan para pemain cendet beberapa tahun lalu, ketika kelas cendet dalam berbagai lomba makin sepi peminat, muncul kesadaran untuk menaikkan kembali pamor cendet dengan cara menjalin silaturahmi antarpemain, baik pertemuan langsung maupun tidak langsung seperti melalui media sosial.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Beberapa pemain cendet seperti Cak Dayat, Cak Nur, dan Cak Omesh lantas melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk para pegiat event organizer (EO).
Ketiga “pendekar cendet” yang sama-sama mukim di Jogja ini kemudian membuat grup di Facebook, dan diberi nama Komunitas Cendet Indonesia (KCI). Itu terjadi pada Januari 2016, sehingga KCI bulan ini genap berumur setahun.
KCI diharapkan dapat menjadi media silaturahmi, konsultasi, sekaligus transaksi online para cendetmania di seluruh Indonesia. Sekarang jumlah anggotanya sudah mencapai 12.675 orang.
KCI memang bukan satu-satunya grup komunitas cendet di FB. Ada beberapa komunitas kondang lainnya, misalnya Mania Cendet Jawara/Prestasi yang dikelola Om Gunawan Santoso (Mr Loper Semarang), Komunitas Pentet Indonesia (KPI) yang digawangi Om Renaldi “Kagum” Husada (Bandung), Pecandu Cendet Indonesia (PCI), Cendet Mania Yogyakarta (CMY), dan sebagainya.
KCI memiliki karakteristik yang khas, unik, selalu ramai pengunjung, serta saling bertegur sapa via FB. Komunitas ini tidak sekadar media komunikasi antarpemain cendet lintas-daerah, melainkan juga terjun langsung meramaikan kelas cendet.
Cak Dayat, Cak Nur, dan Cak Omesh sebagai juru kunci alias admin grup ini bahkan selalu siap melayani konsultasi atau pertanyaan dari para pemula soal perawatan cendet.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Pada awal terbentuknya KCI, kami bersama teman-teman cendetmania lainnya selalu datang ke setiap gantangan untuk meramaikan kelas cendet. Minimal bawa dua sampai empat ekor gaco agar kelas cendet makin ramai. Tidak peduli burung kondisi atau tidak, yang penting bisa gayeng,” tutur Cak Dayat.
Usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil. Kini kelas cendet kembali naik daun. Setiap latber, latpres, maupun lomba regional maupun nasional, kelas cendet tidak pernah sepi lagi. Bahkan dalam momen tertentu, misalnya latberan, kelas cendet di Jogja pernah tembus hingga 40 peserta. Itu terjadi dalam Latber KM Modalan beberapa waktu lalu.
“Saya bersyukur atas keadaan ini. Kalau ingat perjuangan bagaimana meramaikan kelas cendet di Jogja, saya pribadi bersama teman-teman lain sampai melobi panitia atau EO agar dibuka kelas cendet, kalau perlu dua hingga tiga kelas. Kami bahkan beberapa kali ikut menyumbang sukarela untuk tambahan hadiah, agar para pemain makin semangat saat meraih juara,” imbuh Cak Omesh.
KCI sebagai tim
Dalam perkembangannya, KCI makin solid dan pada akhirnya menjadi tim khusus untuk kelas cendet. Tidak hanya dalam even regional Jogja saja, karena para anggota yang ada di luar Jogja juga kerap menuliskan KCI sebagai nama tim pada sertifikat juara.
Sejak saat itulah, KCI bukan sekadar komunitas cendet lintas-daerah, tetapi juga menjadi identitas tim. KCI Jogja memiliki sejumlah gaco andalan dan langganan juara di berbagai even, misalnya Beatless, Mandala, Black Mamba, Predator, dan Ken Arok. Tentu banyak pengalaman mengesankan dalam setiap ajang lomba yang diikuti.
“Cendet Black Mamba dan Ken Arok sering juara dalam even-even kemasan BnR dan EO independen. Ferrary (sekarang berganti nama menjadi Beatless) pernah masuk sepuluh besar dalam even nasional Soeharto Cup 3,” tambah Cak Nur.
Mandala yang mempunyai materi unik lampiran juga sering juara. Yang terbaru, burung ini nyeri juara 1 dalam Piala Wakil Gubernur DIY, Desember 2016. Predator pernah juara di Solo, bahkan nyaris hattrick dalam gelaran Sumpah Pemuda Cup 6 di Jogja, Oktober 2016.
Jika Anda termasuk cendet mania, apalagi pemula, tidak ada salahnya untuk bergabung dengan Komunitas Cendet Indonesia (KCI). Selamat bersilaturahmi…. (Bung Ali)