Om Dwi Wijaya (Koboi BF Jogja), atau kerap disapa Om Dwi Koboi, tak membayangkan kenari Kopi Atjeh andalannya bisa kembali ke puncak peformanya. Dalam seminggu, Kopi Atjeh hanya libur 1-2 hari alias di rumah saja. Selebihnya selalu meramaikan even latber, latpres, dan lomba di seputaran Jogja. Hebatnya lagi, dalam sehari burung ini bisa main di dua tempat sekaligus. Sebagian besar juara 1, atau “kepeleset” di posisi kedua dan ketiga.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam lomba burung berkicau Bangkit di Jogja, Minggu (23/4), kenari Kopi Atjeh nyeri juara 2. Pekan lalu meraih juara 1 dan tiga kali juara 3 dalam gelaran RA Kartini Cup (16/4).
Sebelumnya, kenari Kopi Atjeh juga moncer di even Zona Cup 1 Jogja (26/3; juara 1, 1, 2, 3), Latber 403 Enterprise (8/3; juara 1 dan 4), dan berbagai even lainnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Karena prestasinya yang terus meroket, kenari Kopi Atjeh saat ini ramai diperbincangkan. Dalam sebulan burung ini mampu meraih 50 trofi kemenangan. Padahal Kopi Atjeh sempat vakum dari lapangan hampir satu tahun lamanya. “Waktu itu bulunya rusak, dan performanya jauh menurun,” ungkap Om Dwi Koboi kepada omkicau.com.
Dia mendapatkan kenari Kopi Atjeh sekitar tiga tahun lalu. Kenari jenis F2 yang masih mempunyai darah campuran waterslager (WS) itu dibelinya ketika masih berumur empat bulan.
Mengapa burung ini bernama Kopi Atjeh? Ternyata yang memberi nama adalah Om Iskandar Atjeh, salah seorang tokoh kicaumania di Jogja. “Bang Is dan saya kebetulan sama-sama suka minum kopi aceh. Jadi, kloplah namanya,” jelas Om Dwi Koboi yang berdomisili di daerah Madukismo, Bantul.
Dirawat sejak belia, kenari Kopi Atjeh perlahan-lahan menjelma menjadi burung jawara yang disegani di berbagai lapangan. Burung ini memiliki keunggulan pada stamina yang kuat, volume tembus, dan tentu saja nyanyiannya.
Kopi Atjeh termasuk tipe petarung. Kalau dalam seminggu saja tidak dimainkan di lapangan, maka staminanya justru akan ngedrop. Itu sebabnya dalam seminggu hanya libur 1-2 hari saja, selebihnya rajin berlomba.
Om Dwi Koboi menjelaskan, prestasi Kopi Atjeh tidak terlepas dari tangan dingin dua mekanik andalnya: Om Gomet dan Om Pendol. Keduanya selalu setia mengawal kemana pun Kopi Atjeh berlaga, termasuk dalam even-even di luar kota.
Sehari-hari, kenari Kopi Atjeh diberi pakan bijian merek tertentu, serta pakan tambahan / extra fooding (EF) berupa telur puyuh rebus dan jagung. Untuk menjaga kondisi fisiknya agar selalu fit, beberapa hari sekali diberi vitamin tetes.
Kopi Atjeh termasuk kenari yang kurang suka berjemur. Setiap burung memang memiliki karakter serta kebiasaan masing-masing. Di sinilah pemilik atau perawat harus jeli dalam memahami karakter tersebut.
Kalau sudah berada di arena lomba, Kopi Atjeh juga membutuhkan penanganan tersendiri sebelum naik gantangan. Misalnya, harus dijauhkan dari burung lainnya, tetapi kerodong dibuka. Burung diberi minum dulu, dan pakan hanya berupa jagung.
Om Dwi Koboi masih mempunyai dua kenari jawara lainnya, termasuk Restu Ibu yang juga kerap juara di seputaran Jogja. Yang satunya lagi masih dirahasiakannya, namun memiliki karakter hampir sama seperti Kopi Atjeh.
Kalau sewaktu-waktu Kopi Atjeh harus lepas dari tangannya, karena saat ini banyak diminati rekan-rekan pemain lainnya, Om Dwi sudah punya pengganti yang sepadan. “Banyak yang ingin memiliki kenari Kopi Atjeh. Saya masih menunggu penawaran yang terbaik,” pungkas Om Dwi. (Galuh Candra)