Dalam dunia burung kicauan terkadang terselip kisah-kisah misteri. Beberapa di antaranya pernah juga dimuat di omkicau.com. Misalnya kisah lovebird Fretty milik Om Barnas Saputra (Depok). Jauh sebelum menjelma menjadi lovebird hebat, Fretty sempat dipajang di kios milik rekannya agar dibeli orang lain.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
“Saat itu memang saya sibuk, tak sempat merawat Fretty. Makanya mau saya jual, dibeli seharga sejuta pun saya kasih. Ternyata nggak ada yang beli,” kata Om Barnas. Fretty akhirnya dibawa pulang, kembali dirawatnya.
Sempat diternak beberapa kali, namun selalu gagal. Dengan pasangan pertama, Fretty hanya bertelur sekali. Menetas, tapi tak lama kemudian anaknya mati. Dengan pasangan kedua, Fretty malah tak mau bertelur.
Lihat juga Lovebird Fretty: Pernah dipajang di kios, tak ada yang beli
Kisah ini ternyata juga dialami lovebird Hello Kitty milik Om Arif Puniko (System SF Blora). Level mainnya memang tak seluas Fretty, karena Hello Kitty hanya main di seputaran Blora, Bojonegoro, Rembang, dan Tuban.
Sepanjang tahun 2015, Hello Kitty acapkali menuai prestasi, termasuk beberapa kali double winner serta hattrick. Setelah cukup lama malang-melintang, burung ini kemudian dipensiunkan dari lapangan, untuk diternak agar bisa menghasilkan anakan-anakan yang kelak sehebat induknya.
Berbeda dari Fretty yang nggak mau atau hanya sekali bertelur, Hello Kitty sudah beberapa kali menghasilkan telur, bahkan selalu menetas menjadi anakan. Sayangnya, semua anakannya selalu mati.
“Anakan itu mati karena lantaran dibantai oleh induknya sendiri, yaitu Hello Kitty. Sekarang saya sedang mencari cara bagaimana agar Hello Kitty tidak memakan anaknya sendiri,” tutur Om Arif.
Misteri lovebird Hello Kitty sebenarnya sudah terlihat lama, bahkan ketika burung masih aktif berlomba. Kalau berlomba, Om Arif Puniko sering mengajak putrinya yang berumur tujuh tahun.
“Percaya nggak percaya, apabila anak saya rewel saat saya ikut lomba, biasanya kinerja Hello Kitty tidak bagus. Kalau anak saya ceria, Hello Kitty biasanya juara. Itu terjadi berkali-kali,” tambah kicaumania yang sehari-hari bekerja sebagai account executive (AE) di Bank Mandiri.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Keanehan lainnya, Hello Kitty sudah beberapa kali dipinang oleh para pemain lovebird. Tetapi setiap kali dipantau calon pembeli dalam even latber, latpres, atau lomba, burung ini justru macet di lapangan.
“Tentu saja calon pembeli membatalkan niatnya. Saya ambil positifnya saja. Mungkin ini pertanda kalau Hello Kitty masih betah ikut saya, he.. he.. he..,” lanjut Om Arif sembari tersenyum simpul.
Dari mana Om Arif Puniko mendapatkan lovebird Hello Kitty? Ceritanya, salah seorang temannya sedang menggarap proyek di Lampung. Ketika mudik ke Blora, koleganya ini membawa lovebird yang kemudian langsung dibeli Om Arif. Sebab gerak-geriknya menunjukkan kalau ini lovebird prospek.
Benar saja pengamatan Om Arif. Tak butuh waktu lama untuk mengorbitkan Hello Kitty sebagai burung jawara. Kemenangan demi kemenangan terus diukirnya, sampai akhirnya Om Arif Puniko memutuskan untuk memensiunkannya.
Hello Kitty sebenarnya bukan tipe lovebird ideal. Pasalnya, burung ini kehilangan satu kukunya. Gayanya di lapangan juga cukup fatal untuk penilaian lovebird di kelas umum (bukan bebas aksi), lantaran sering ngeruji. Namun kelemahan ini mampu ditutupi oleh dua keunggulannya, yaitu gaya ngekek serta materi lagunya yang lebih dominan.
Perawatan lovebird Hello Kitty
Menurut Om Arif, perawatan harian lovebird Hello Kitty tidak neko-neko. Sehari-hari cukup diberi pakan bijian (millet). Mandi setiap pagi, kemudian dianginkan.
Kalau mau dilombakan, maka disiapkan sejak dua hari sebelumnya (H-2). Dalam hal ini, Hello Kityy sudah tak dimandikan lagi, bahkan tanpa dijemur pula. Burung hanya diistirahatkan dalam kondisi sangkar full kerodong. Pakan tetap sama seperti harian.
Pada hari lomba, sebelum berangkat ke arena lapangan, lovebird dimandikan, lantas diberi extra fooding (EF) berupa kangkung segar sebanyak mungkin, untuk mendongkrak birahinya. Om Arif tetap membawa kangkung ke arena lomba untuk diberikan saat menunggu naik gantangan.
“Karena bawa banyak kangkung, terkadang teman-teman sering bercanda saat ketemu di lokasi lomba. Mereka bilang saya ini mau lomba atau mau buat sayuran, he.. he.. he..,” ungkapnya. (neolithikum)