Tangkringan batang asam disukai para kicaumania, karena dianggap nyaman untuk kaki burung kicauan. Tidak heran jika tangkringan batang asam bisa menjadi bisnis yang menguntungkan. Hal ini juga dialami Om Ibrahim, pria separo baya berperawakan kecil yang mukim di pinggiran Kota Bogor.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sudah cukup lama Om Ibrahim berjualan tangkringan batang asam. Dia kerap terlihat menggelar lapak dagangannya dalam berbagai even lomba burung kicauan di Jabodetabek.
Setiap Minggu, dia memacu sepeda motornya dari Bogor ke Jakarta, menuju lapangan / lokasi lomba burung yang sudah ditargetnya. Biasanya, Om Ibrahim mencari even-even besar dengan jumlah peserta yang banyak.
Ratusan tangkringan batang asam diikat dan dibungkus karung, memenuhi jok belakang sepeda motornya. Di antara tumpukan batang asam itu terdapat puka kandang kecil yang berisi ratusan ekor belalang kerek.
Begitu tiba di arena lomba, Om Ibrahim langsung menggelar lapaknya, kemudian menata barang dagangannya. Harga tangkringan ini bervariasi, tergantung ukuran dan panjangnya.
“Rata-rata seharga 10 ribu sampai 15 ribu. Harganya sih fleksibel. Kalau beli lebih dari satu ya bisa dapat diskon,” ujarnya.
Selain penggemar burung kicauan, tangkringan batang asam ini biasanya dibeli para pemilik kios burung. Mereka sengaja datang ke sebuah even untuk membeli puluhan sampai ratusan batang tangkringan untuk dijual kembali.
Pembeli dalam partai besar ini menjadi rezeki nomplok bagi Om Ibrahim. “Meski keuntungan tidak sebanyak eceran, perputaran uangnya lebih cepat,” tambah dia.
Dari hasil berjualan tangkringan batang asam, Om Ibrahim memperoleh penghasilan lumayan, bahkan lebih dari cukup untuk menyambung hidup di pinggiran Kota Bogor. Kalau bisa menjual hingga ratusan batang, omzetnya bisa mencapai dua juta hingga empat juta.
Om Ibrahim juga bisa mendapat penghasilan tambahan dari berjualan belalang kerek. Serangga ini kerap dijadikan masteran untuk berbagai jenis burung. Suara ngekreknya bagus untuk isian murai batu, cucak ijo, lovebird, kacer, pentet, dan sebagainya.
Seekor belalang kerek dijualnya seharga Rp 15 ribu. “Alhamdulillah, dari hasil jualan tangkringan dan belalang kerek setiap hari Minggu, bisa untuk menyambung hidup seminggu berikutnya,” jelas Om Ibrahim.
Lihat pula: Belalang kerek, master andalan untuk burung tipe petarung
Suka-duka berjualan tangkringan batang asam
Bagaimana Om Ibrahim memproduksi tangkringan batang asam? Kalau belalang kerek, dia aktif mencari sendiri di semak-semak tanaman di kaki Gunung Salak. Namun untuk tangkringan, dia hanya melakukan finishing saja.
“Saya memborong batang asam dari orang yang rutin menyuplai ke rumah. Batang-batang asam itu lalu saya potong sesuai dengan ukuran kaki berbagai jenis burung dan lebar sangkar.
Selanjutnya, Om Ibrahim akan menyerut batang asam, kemudian menghaluskannya, agar tidak melukai kaki burung. Jika sudah halus, tinggal dijual pada hari Minggu.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Berbagai suka-duka sebagai pedagang tangkringan sudah dialami Om Ibrahim. Jika lombanya di kawasan komersial seperti halaman mall dan sejenisnya, pihak panitia atau pengelola gedung biasanya menetapkan harga sewa lapak. Padahal dia hanya menggelar dagangannya di pinggir lapangan, dan tanpa tenda.
Bagkan ada beberapa event organizer maupun pengelola lapangan yang membuat kebijakan ”kejam”. Meskipun hanya menggelar tanpa tenda, dia harus membayar harga sewa lapak hingga ratusan ribu rupiah.
“Tapi kalau di lapangan-lapangan yang biasa jualan, misalnya Cibubur dan Lapangan Banteng, saya cukup membayar uang kebersihan saja, dan nggak terlalu mahal,” tandasnya. (d’one)