Tui adalah burung unik dari Selandia Baru yang pandai ngoceh dan punya kemampuan meniru kata-kata seperti beo. Penelitian terbaru mengungkap bahwa burung tui mudah tersinggung jika saingannya lebih pandai berkicau.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mendengarkan suara kicauan burung sungguh menenteramkan hati. Namun tahukah Anda, apa sih fungsi kicauan burung? Suara kicauan burung mempunyai dua fungsi utama, yaitu mempertahankan wilayah teritorinya dan untuk menarik lawan jenisnya.
Hal tersebut juga berlaku bagi burung tui / parson bird (Prosthemadera novaeseelandiae). Alasan utama burung ini berkicau adalah untuk mempertahankan wilayah kekuasaan atau tempatnya mencari makan, berkembang biak, serta untuk mendapatkan pasangan.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
“Ada pohon yang akan berbunga dan berbuah sepanjang tahun di Selandia Baru. Burung tui selalu memiliki sesuatu untuk dipertahankannya. Hal itu juga yang menjelaskan kenapa burung tui selalu berkicau sepanjang tahun,” ungkap Samuel Hill, peneliti dari Massey University, Auckland, seperti dikutip New Scientist (20/10/2017).
Tui termasuk keluarga burung isap-madu, atau masih berkerabat dengan cucak kombo. Spesies ini pandai berkicau, dengan lagu-lagu yang sangat bervariasi.
Lihat juga: Tui, burung isap-madu yang pintar ngoceh
Pada saat berkicau, burung tui akan mengeluarkan banyak energi untuk melakukan hal tersebut. Bagi pejantan, hal ini juga menjadi ajang pamer daya tahan fisiknya di depan burung betina.
Suara kicauan tui yang panjang dan kompleks bisa menjadi tanda keterampilan dari burung jantan. Tatkala berkicau, burung ini akan menggunakan otot vokalnya secara sangat cepat, untuk mengendalikan perubahan akustik secara cepat pula.
Dengan kondisi tersebut, burung tui jantan mudah sekali tersinggung ketika saingan potensialnya berkicau di sekitar wilayah teritorinya. Apalagi jika lagu-lagu yang dibawakan rivalnya ternyata lebih kompleks.
Keterkaitan antara kompleksitas lagu dan respon agresif burung tui jantan
Dalam melakukan penelitiannya, Hill bersama rekan-rekannnya mempelajari 12 wilayah di Tawharanui Regional Park yang berada di sebelah utara Auckland. Dengan menggunakan speaker, para ilmuwan memutarkan suara kicauan tui yang sederhana dan yang kompleks, serta sebuah lagu kontrol dari spesies burung lainnya.
Masing-masing suara rekaman diputar selama tiga menit di wilayah sekitar. Suara kicauan yang kompleks memiliki durasi lebih panjang daripada suara sederhana.
Setelah lagu-lagu yang kompleks diputarkan, burung tui jantan akan langsung mendekati speaker dalam jarak yang sangat dekat: sekitar 30 cm. Ketika diputarkan lagu sederhana, burung ini hanya mendekati dalam jarak cukup jauh: 6,3 meter.
Para ilmuwan juga mengamati, burung tui jantan segera menanggapi suara kicauan yang kompleks tersebut dengan lagu-lagu balasan yang lebih kompleks. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam Ibis International Journal of Avian Science.
Ya, burung-burung yang berkicau ternyata sangat sensitif terhadap apa yang disuarakan oleh burung lainnya. Hal ini juga terlihat dalam burung-burung lomba di Indonesia. Saat sendirian di rumah, burung lomba tak selalu rajin bunyi. Begitu ketemu lawan-lawannya di lapangan, burung langsung mengeluarkan suara terbaiknya dengan volume keras.
Namun, apa yang ditemukan para peneliti ini –bisa jadi– merupakan temuan pertama yang menunjukkan keterkaitan langsung antara kompleksitas lagu dan respon agresif dari burung jantan terhadap wilayah teritorinya.