Menekuni hobi burung tak membuat aktivitas Om Feri (Kibasari Team Purbalingga) terganggu. Lelaki yang membuka gerobak es cappucino cincau dan cendol di Kota Purbalingga tersebut cukup fleksibel dalam merawat gaco kesayangannya, cucak ijo Jabrik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kibasari Team kini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Purbalingga yang dipimpin Om Feri. Kibasari merupakan merek voer untuk burung pemakan serangga yang diracik Om Galileo Jr, kicaumania asal Pemalang yang kini mukim di Bekasi.
Menurut penciptanya, voer tersebut memiliki kelebihan dalam segi kepraktisan. Jika burung terbiasa mengkonsumsi voer tersebut, maka pakan tambahan / extra fooding (EF) tidak lagi wajib diberikan.
Karena kepraktisannya, banyak kicaumania yang menggunakan voer Kibasari. Mereka lalu membuat klub burung Kibasari Team di daerah masing-masing.
Para penggunanya cukup fanatik. Bahkan metode perawatan burung dengan cara ini dikenal dengan sebutan ilmu edan ala Kibasari Team.
“Pertengahan November tahun lalu, saya punya kacer yang saya beli seharga 500 ribu. Burung saya rawat dengan ilmu edan ala Kibasari Team. Alhamdulillah ada tanda-tanda peningkatan. Kacer saya bawa ke lapangan, eh… langsung diminati salah seorang rekan,” ujar Om Feri.
Rekan tersebut meminta tukar-tambah dengan cucak ijo andalannya yang sudah berprestasi di even latberan. Om Feri pun setuju, meski harus menambah uang Rp 100.000.
Ya, cucak hijau itulah yang bernama Jabrik dan kini menjadi andalan Om Feri di berbagai even lomba. Ternyata, Om Feri juga menerapkan ilmu edan ala Kibasari Team dalam merawat cucak ijo Jabrik.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Perawatannya sangat sederhana. Burung saya ajari makan voer Jibasari dulu. Setelah ngevoer total, baru saya terapkan setingan harian non-buah,” jelas Om Feri.
Mengenai kelebihan cucak ijo Jabrik, Om Feri dengan nada merendah mengatakan, burung ini tidak jauh berbeda dari cucak ijo lainnya. Hanya saja, lagu yang dilantunkan saat dilombakan tak monoton, alias selalu berganti-ganti.
“Namun urutan lagunya nggak bisa dipastikan, karena materi isian Jabrik lumayan banyak, mulai dari tengkek, kenari, lovebird, hingga burung gereja tarung,” jawab Om Feri.
Bahkan, materi lagu yang dibawakan cucak ijo Jabrik pada sesi pertama dan sesi berikutnya bisa saja berbeda. Volumenya terdengar cukup jelas dan menekan dengan jeda yang tipis. Durasi kerja rapat, gayanya nancep jamtrok (jambul + ngentrok).
Beberapa prestasi cucak ijo Jabrik
Cucak ijo Jabrik mulai berprestasi setelah 1,5 bulan di tangan Om Feri, atau awal Januari 2017. Sejak itu, burung kerap menjuarai lomba. Berikut ini beberapa prestasinya:
- Purbalingga BC (double winner)
- Sanila BC (double winner)
- Kartini Cup (juara 1, 3)
- CSL-86 feat Jatayu BC (1)
- Latpres JBC (1)
- Kamis Ceria (1)
- Latpres RM PA HE (2).
- Independen Ngapak (4)
- Kebumen Cup (6)
Salah satu prestasi cucak ijo Jabrik yang paling membanggakan adalah ketika mampu masuk empat besar dalam even nasional Piala Candi Borobudur yang berlangsung di halaman Candi Prambanan, Kabupaten Magelang, 21 Mei 2016.
Berikut ini cuplikan video cucak ijo Jabrik andalan Om Feri:
Perawatan cucak ijo Jabrik
Dalam merawat cucak ijo Jabrik, Om Feri sehari-hari dibantu Om Jipeng. Berikut ini tips perawatan cucak ijo Jabrik, di mana tidak ada perbedaan signifikan antara perawatan harian dan setelan lomba.
- Pagi hari, setelah buka kerodong, burung dijemur. Durasi penjemuran menyesuaikan dengan kesibukan kerja Om Feri.
- Pakan voer merk Kibasari. Sebab jika telah terbiasa dengan voer ini, burung akan mengatur sendiri kebutuhan EF-nya.
- Air minum wajib diganti setiap hari.
- EF jangkrik dan ulat hongkong tergantung kondisi burung. Kalau kurang birahi, jangkrik dan ulat hongkong dinaikkan. Begitu pula sebaliknya.
- Pada siang hari, sangkar tidak dikerodong. Namun pada malam hari, sangkar full kerodong.
- Pemasteran menggunakan perangkat audio merk Sonic yang diputar sehabis maghrib hingga subuh, dengan volume lirih dan lagu beragam. Adapun burung masteran berupa kenari dan lovebird.
- Saat akan dilombakan, EF jangkrik dan ulat hongkong diberikan semaunya burung.
- Cucak ijo Jabrik tidak mengenal kroto dan doping.
Tak disangka, hanya berselang setahun, harga cucak ijo Jabrik sudah melejit hingga Rp 65 juta. Harga ini berdasarkan penawaran tertinggi yang pernah diajukan kepada Om Feri.
“Tapi untuk saat ini, Jabrik belum saya lepas. Tapi jika ada kicaumania nekat yang mengajukan mahar menggiurkan, saya bisa berubah fikiran,” tandas Om Feri. (neolithikum)