Berawal dari kegemarannya memelihara berbagai jenis burung bulbul impor (cucak), Om Mohamad Apriansyah akhirnya serius terjun ke dunia penangkaran. Dia konsisten pada burung yang disukainya itu, yakni bulbul, dengan mendirikan BulBul BF.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Pria yang akrab disapa Om Aprian Apoyz itu sadar, beberapa spesies bulbul tidak selalu ada di Indonesia. Sebagian di antaranya memiliki habitat di wilayah Irak, Nepal, Pakistan, dan Thailand.
Om Apoyz juga sadar, bulbul bukanlah burung popular di Indonesia. Alhasil pasarnya relatif terbatas. Namun karena suka, dia melakoni semuanya dengan rasa suka.
“Enggak tahu kenapa saya suka sama burung bulbul. Mungkin panggilan jiwa, Om,” tutur Om Apoyz. Bahkan dia bersama pacarnya saat itu rela bersusah payah berburu bulbul di berbagai pasar burung. “Alhamdulilah, dia sekarang jadi istri saya, he.. he..”.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Awalnya, Om Apoyz hanya jual-beli burung bulbul impor. Tetapi melihat burung ini sudah dijumpai di pasar / toko burung, dia memutuskan untuk beternak karena ada peluang pasar di sana.
Jenis burung bulbul yang diternak Om Apoyz cukup beragam. Yang paling terkenal di Indonesia adalah red-whiskered bulbul (Pycnonotus jocosus), atau lebih tenar dengan sebutan kutilang jambul.
Selain itu, masih ada empat jenis burung bulbul lainnya yang ada di kandang ternak BulBul BF. Dua di antaranya dapat dijumpai di Indonesia, yaitu kutilang / sooty headed bulbul (Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerukcuk alias trucukan / yellow-vented bulbul (Pycnonotus goiavier).
Adapun dua jenis bulbul lainnya hidup di mancanegara, yakni kutilang irak alias white-eared bulbul / white chekeed bulbul (Pycnonotus leucotis) dan red-vented bulbul (Pycnonotus cafer).
Om Apoyz merintis penangkaran BulBul BF ini secara bertahap. Awalnya dia membeli beberapa burung jantan dan betina, lalu ditempatkan dalam sangkar yang saling berdekatan. Jika terlihat cocok, induk jantan dan betina disatukan dalam kandang ternak.
Setiap pasangan induk dirawatnya semaksimal mungkin. Pakan utamanya berupa voer. Extra fooding (EF) terdiri atas buah-buahan (pisang, pepaya, semangka, kersen, kurma) dan serangga (jangkrik, ulat hongkong, kroto).
Menurut Om Apoyz, burung bulbul memiliki kebiasaan bertelur di sembarang tempat. Kendati sudah disediakan tempat bersarang, kebiasaan itu tak langsung hilang.
“Terkadang induk betina bertelur di dalam cepuk, tetapi tetap dierami sampai menetas. Saya pernah mencoba pakai inkubator (mesin tetas). Tetapi anakan tak pernah hidup sampai besar, selalu mati di tengah jalan,” jelasnya.
Salah satu kendala terbesar yang masih dihadapi BulBul BF sampai sekarang adalah banyaknya kasus telur infertil. Namun Om Apoyz tak mau menyerah. Dia terus belajar dan belajar, serta mencoba dan mencoba lagi.
Sejauh ini, produk BulBul BF baru dipasarkan di wilayah Pulau Jawa saja. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 1 juta per ekor. “Soal omzet, saya nggak pernah menghitung, he… he…,” tambah Om Apoyz.
Penangkaran burung BulBul BF
Alamat: Kota Bambu Utara No 5, Jakarta Barat.
Di akhir wawancaranya dengan omkicau.com, Om Apoyz memberi pesan kepada siapapun yang ingin menjadi peternak burung. “Jangan pernah menyerah, coba terus berkreasi, serta kenali jenis burung yang diternak. Sebab setiap spesies burung punya sifat dan karakter yang berbeda-beda,” tandasnya. (neolithikum)